Bandingkan Gaji Membuat Hidup Tidak Bahagia

Baru-baru ini Paris School of Economic mempublikasikan hasil European Social Survey yang melibatkan 19.000 orang partisipan di 24 negara Eropa.Survey itu menunjukkan bahwa orang yang suka membanding-bandingkan gajinya dengan orang lain cenderung kurang bahagia.

Berapa banyak orang model begini? Survey itu menunjukkan bahwa 75% orang yang disurvey ternyata suka membanding-bandingkan pendapatannya dengan pendapatan orang lain (teman atau sejawatnya).

Bukan kurang bahagia melainkan menurunkan produktifitas kerja. Miskin inovasi dan kreatifitas. Akibatnya pikiran menjadi stress karena makin besar perhatian mereka terhadap pendapatan (gaji) orang lain makin rendah tingkat kepuasan hidupnya. Tak ada perbedaan apakah mereka laki-laki atau perempuan.

Orang-orang dari negara-negara yang "lebih miskin" cenderung lebih banyak melakukan perbandingan-perbandingan itu dibanding mereka yang berada di negara yang lebih kaya. Selain itu orang yang "lebih miskin" dalam suatu negara cenderung lebih suka membanding-bandingkan pendapatan (gajinya) dibanding mereka yang lebih kaya.

Apabila kita punya kesempatan melakukan survey di desa-desa atau pada golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Orang-orang sibuk mengurus penghasilan orang lain daripada melakukan inovasi untuk meningkatkan taraf hidup. Sedangkan orang-orang yang lebih kaya sibuk berkarya untuk meningkatkan pendapatan keluarga mereka. Mereka lebih suka membuang-buang waktu untuk menilai orang lain. Hidup dipenuhi dengan perasaan iri dan pikiran negatif. Membuat sakit hati dan jasmani.

"Namun lebih baik jangan membanding-bandingkan pendapatan kita dengan yang lainnya, syukuri saja apa yang didapat dan syukuri kondisi di mana kita berada. Syukuri apa yang ada.  Itu akan membuat kita lebih bahagia! Setuju, teman-teman?

Hanya orang yang mampu bersyukur, adalah orang yang kaya dalam arti kata sebenarnya