tag:blogger.com,1999:blog-49492510759201347832024-03-27T16:53:42.655-07:00PUSPITAMedia Berbagi Pengalaman dan Ilmu Pengetahuan Baik Dengan Sesama Guru, Siswa Maupun SahabatPuspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.comBlogger178125tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-21099550819880183492011-10-15T19:28:00.000-07:002011-10-15T20:11:51.249-07:00Berminatlah pada Minat Anak Anda<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOWDja4gujNsB4BrsNqB1gCdvj5O0I1PmGIxa4MveePsNkRC6ZyNDyh4tO8IrU8dxJORJr6niXv2ng1e6F10qYjuhLC-5RlvlFtFGpEU5yZcgJyiB7bRPjuIBuvBmbpPlzCbdlBn7x9Jxj/s1600/IMG_0342.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOWDja4gujNsB4BrsNqB1gCdvj5O0I1PmGIxa4MveePsNkRC6ZyNDyh4tO8IrU8dxJORJr6niXv2ng1e6F10qYjuhLC-5RlvlFtFGpEU5yZcgJyiB7bRPjuIBuvBmbpPlzCbdlBn7x9Jxj/s200/IMG_0342.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada suatu saat, kapan waktu
tepatnya saya lupa. Ada seorang tetanggga yang bertanya tentang aktifitas kedua
anak saya. Beliau mengeluhkan perilaku
kedua putranya yang menurut beliau, “sulit diatur”. Setelah agak lama beliau
bercerita, saya menjadi sedikit memahami maksudnya permasalannya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada
saat kita bersama anak-anak, sebagai orangtua mungkin pernah mencoba membuat Anak
kita tertarik pada apa yang kita lakukan, pernahkah kita sebagai orangtua
berpikir untuk mengembangkan hal-hal yang menarik minat anak kita? Hal ini akan
membuat kita memiliki waktu bersama mereka. <br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Memang
menyenangkan sekali mengajak anak-anak menerjuni minat maupun kegiatan yang
kita sukai. Hal ini menciptakan kesempatan bagi kita untuk saling berhubungan
dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama anak-anak, berbagi sesuatu yang
istimewa. Apakah itu sejenis hoby, bersepeda, berolahraga, bermain musik,
menyanyi, membuat kerajinan tangan, mereparasi radio/sepeda maupun mobil, atau
bahkan sesuatu yang sederhana seperti membaca buku, menonton film tertentu atau
berjalan-jalan di persawahan maupun hutan, membuat anak tertarik pada minat
kita. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cara
lain untuk berhubungan dengan anak kita adalah dengan menaruh minat pada minat
yang disukai anak kita. Kegiatan ini memberi kesempatan kepada kita untuk
menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak-anak, saling terikat dan
membahagiakan. Kegiatan ini memberikan perasaan berbeda pada anak-anak
dibandingkan dengan jika kita mengajak anak-anak melakukan minat kita. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Anak-anak
begitu terbiasa mengikuti jejak dan bukan memimpin orangtua sehingga terasa
menyenangkan sesekali ketika membalik peranan itu. Pada saat anak-anak semakin
dewasa, anak-anak mungkin atau bahkan mulai mengajari orangtuanya hal-hal
tertentu, dan pembalikan peran ini membuat mereka merasa lebih kompeten dan
dewasa. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i>Sering,
orangtua mengharapkan anak-anaknya bersabar saat diajak melakukan kegiatan yang
mereka sukai namun menjadi tidak sabar apabila kebetulan kegiatan itu adalah
pilihan anak. </i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Alhamdulillah
kami bertiga (saya dan kedua anak saya) suka menonton film fiksi ilmiah, kami
terbiasa menonton bareng tidak demikian halnya dengan Bapaknya. Namun ternyata
keterlibatan saya mampu membuat anak-anak bahagia. Banyak hal yang bisa kami
diskusikan. Meskipun demikian saya juga menyempatkan diri menonton kembali
bagian-bagian yang paling disukai anak-anak, supaya apabila mereka suatu saat
membahas film tersebut saya bisa menjelaskan dan mengerti. Sehingga anak-anak
merasa dihargai. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada
saat pra remaja anak bungsu saya suka sekali main video game, dan suka
mengoleksi kaset game PC. Maka saya ajak
dia ke hunting kaset ke Kediri dan Madiun kota terdekat dari rumah. Bahkan ke
Solo dan Yogya. Bahkan saya ajak anak saya hunting kaset hingga ke Bogor, Bandung
dan Jakarta. Bahkan sampai saat ini kaset koleksinya puluhan jumlahnya.
Alhamdulillah dari kebiasaan bermain game dia menjadi tertarik untuk belajar
animasi secara otodidak. Bahkan belajar bahasa pemrogaman secara otodidak
sehingga mampu membawanya meraih prestasi sebagai finalis di tingkat Nasional.
Meskipun belum mampu meraih juara Nasional namun bagi saya semua itu merupakan
prestasi yang membanggakan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Begitu
juga dengan putri sulung saya, dia suka menari dan melukis. Karena saya tidak
paham masalah tarian maupun lukisan, maka Bapaknyalah yang lebih banyak
melakukan pendampingan berkaitan dengan minatnya. Meskipun baru mampu menjuarai
kejuaraan tingkat kabupaten namun semua itu sudah mampu membuat dia merasa
bangga dan dihargai. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya
melihat begitu banyak orangtua begitu sibuk mengajari anak. Tanpa pernah
memberi ruang dan waktu pada anak-anaknya untuk bermain atau mencoba sesuatu
tanpa rasa khawatir apakah anak melakukannya dengan benar atau berusaha
memenuhi standar pekerjaan orang lain. Anak-anak suka melakukan kegiatan
bersama orangtua mereka tanpa koreksi atau dilatih dengan prosedur “yang
benar”. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Biarkan
anak-anak mencoba sendiri, dengan caranya sendiri, tanpa diberi intruksi,
sampai kita sebagai orangtua merasa bahwa anak memerlukan petunjuk dari kita. Anda
akan takjub dengan kreatifitas dan ide-ide liar anak-anak. Apabila hal ini
sering Anda lakukan, Insyaallah di masa depan akan tumbuh generasi baru yang
inovatif, kreatif dan bertanggungjawab. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-14713000089647148552011-09-10T05:25:00.000-07:002011-09-10T05:35:06.137-07:00Setiap Anak butuh Dukungan<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di rumah saya banyak belajar pada kedua anak saya, Dita dan Kresna. Meskipun mereka berdua sudah kami latih mendiri sejak kecil, namun ternyata kadangkala mereka masih memerlukan dukungan dari kami dalam memutuskan suatu masalah yang seharusnya bisa mereka putuskan sendiri. Padahal mereka sudah kami anggap dewasa. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Begitu juga siswa kami di sekolah. Bahkan alumni juga sering meminta dukungan pada saat mereka ingin memutuskan untuk membangun usaha, memilih jurusan pada saat mau kuliah, dan sebagainya. Terutama anak-anak yang telah ditinggalkan ibunya sejak kecil. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5DtSgoL_LdU-gNed1KFCl3D2VJzd381w9VH8rljIkj4jHFbp9IDXwCAFVzssTELjCqmK2-kKPA-CGafs7SJm5-umre3aZkkmT3BNbMcZvdUyPTMXV6J8_3vbW0fIcGwRUzuvozhNWZfhr/s1600/22649_108752575801861_100000013582418_226062_377727_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5DtSgoL_LdU-gNed1KFCl3D2VJzd381w9VH8rljIkj4jHFbp9IDXwCAFVzssTELjCqmK2-kKPA-CGafs7SJm5-umre3aZkkmT3BNbMcZvdUyPTMXV6J8_3vbW0fIcGwRUzuvozhNWZfhr/s200/22649_108752575801861_100000013582418_226062_377727_n.jpg" width="200" /></a></div>
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya jadi teringat saran dari Bobbi de porter dalam bukunya “Quantum Teaching”. Saran-saran untuk membangun hubungan, antara lain:</div>
<ul>
<li><span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span>Perlakukan siswa sebagai manusia sederajat.</li>
<li><span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span>Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.</li>
<li><span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span>Bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri, mengenai diri sendiri.</li>
<li><span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span>Ketahuilah apa yang menghambat mereka memperoleh hal yang benar-benar mereka inginkan. Jika Anda tidak tahu tanyakanlah.<span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></li>
<li><span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Berbicaralah dengan jujur kepada mereka, dengan cara yang membuat mereka mendengarkannya dengan jelas dan halus.</li>
<li><span style="font-family: Symbol;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></span>Bersenang-senanglah bersama mereka.</li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Perlakukan siswa sebagai manusia sederajat. Anak-anak memerlukan dukungan untuk tumbuh dewasa. Perlakuan guru di sekolah sangat berpengaruh pada pertumbuhan emosinya pada saat proses mencari jati diri. Kepercayaan yang diberikan guru pada mereka mampu memaksimalkan potensi yang mereka miliki. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka. Saya selalu memanfaatkan jam-jam kosong maupun jam-jam istirahat untuk berkomunikasi secara personal dengan siswa. Dan hal ini sangat bermanfaat sekali. Terutama berguna untuk memaksimalkan potensi peserta didik. Tugas saya sering kali hanya menjadi pendengar, mencatat dan mengingatkan pada saat diperlukan. Bahkan kadang mendokumentasikan kegiatan kami. Dan ternyata hal ini sangat kami perlukan pada saat mereka semua telah meninggalkan bangku sekolah. Dan Alhamdulillah saat ini semakin banyak guru yang berminat untuk mengadakan komunikasi personal dengan siswa, guna meningkatkan efektifitas belajar di dalam kelas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Salah satunya Fery, sejak kelas X dia bercita-cita membuat novel. Meskipun waktu dan jarak telah memisahkan kami, namun komunikasi dan silaturahmi tidak pernah berhenti kami lakukan. Baik di dunia nyata maupun melalui dunia maya. Dan Alhamdulillah sebentar lagi novelnya terbit. Sejak kelas X idenya banyak sekali, ada saja pesanan buku yang dia butuhkan. Seringkali kami kewalahan mengabulkan semua permintaannya. Namun kami selalu berupaya untuk memenuhi pesanannya. Dia senang sekali. Hampir setiap hari dia ke perpustakaan sekolah. Membantu membuat majalah dinding, book talk, menyampul, dan lain sebagianya. Kami selalu merindukan kehadirannya setiap hari di perpustakaan sekolah. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Ketahuilah apa yang menghambat mereka memperoleh hal yang benar-benar mereka inginkan. Jika Anda tidak tahu tanyakanlah. Di SMK rata-rata peserta didiknya berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Sehingga banyak sekali hambatan yang dialami siswa untuk mewujudkan mimpi dan menggali potensi yang mereka miliki terutama kalau sudah berhubungan dengan dengan materi. Disinilah pentingnya peran guru untuk mendengarkan keinginan dan hambatan yang mereka alami dalam memperjuangkan keinginannya. Semampunya kita bekerja sama untuk mencarikan solusinya. Bahkan kadang kami (para guru) hanya mampu membantu sebatas berupa sebuah doa, namun mereka semua sudah sangat bahagia karena merasa mendapat dukungan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Bersenang-senang bersama mereka (peserta didik), hal ini penting dilakukan. Mengapa demikian? Pengalaman masa sekolah akan dikenang sepanjang hidup mereka. Saya sudah membuktikannya, alumni masih mau datang bersilaturahmi ke rumah saya karena mereka selalu mengenang masa-masa bahagia di sekolah. Begitu juga anak-anak saya mereka selalu rajin bersilaturahmi ke rumah guru-gurunya setiap liburan karena mereka semua mengenang masa-masa bahagia di sekolah. Terutama mengenang dukungan yang diberikan guru-gurunya selama mereka bersekolah. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Semoga di masa depan semakin banyak anak-anak yang mengalami masa-masa bahagia pada saat belajar di bangku sekolah. Karena apabila mereka memiliki kenangan manis pada saat muda (sekolah) saya yakin di masa dewasa mereka juga akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-10032584225018276972011-08-19T05:50:00.000-07:002011-08-20T05:40:38.342-07:00You’ re not my teacher. You don’t even believe me<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhOBQ6pfZDlORquUCeAimo41N2UH0mnGmQ0vbgg5W5mcm5v4wVRQlKzj-WuwUg5GJj5hVXNRr2ejvveBM3U5qFPP0qP3MNDsCix_ebLk4bsfjP4-euJ30AfMfZRA4P8Qja896v4MnCY6-M/s1600/100_0962.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhOBQ6pfZDlORquUCeAimo41N2UH0mnGmQ0vbgg5W5mcm5v4wVRQlKzj-WuwUg5GJj5hVXNRr2ejvveBM3U5qFPP0qP3MNDsCix_ebLk4bsfjP4-euJ30AfMfZRA4P8Qja896v4MnCY6-M/s200/100_0962.JPG" width="200" /></a></div>Kepercayaan yang diberikan guru merupakan modal awal bagi peserta didik untuk yakin bahwa dia mampu. Dari rasa percaya itu, seorang peserta didik akan membangun keyakinan diri bahwa dirinya mampu untuk berbuat yang lebih baik.<br />
<div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pernah nonton film Disney berjudul “<b><i>Kungfu Panda</i></b><i>”</i> ?. ceritanya adalah tentang panda gendut bernama “<b><i>Po</i></b>” yang bermimpi menjadi ahli kungfu. Tentu saja semua orang mentertawakan. Kita semua tahu seorang ahli kungfu harus menguasai tehnik-tehnik kungfu yang mementingkan kelenturan dan kecepatan. Sedangkan Po hanyalah seekor panda yang gemuk dan lamban. Bahkan ayahnya sendiri pada dasarnya lebih suka apabila Po meneruskan usaha warung bakminya yang terkenal. Sampai suatu hari keajaiban takdir membuat Po terpilih sebagai <b><i>Dragon Warrior</i></b> dan wajib mengikuti latihan kungfu di bawah asuhan Master Shifu.<br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal"> Saya mendapat pembelajaran dari kata-kata yang diucapkan Po pada Master Shifu<b><i>, “You’ re not my teacher. You don’t even believe me”</i></b>. Kata-kata Po mengingatkan saya pada siswa saya di sekolah, yang mungkin menyatakan hal yang sama, dalam diam mereka. Naudhubilah min dhalid. Amin. </div><div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiCS7b-UNtWi_5zlVvQlhmTc8bCtv0kOEY195X2iPb7eoI0_JzMgtY5jXOx8CxEz71aQIhyphenhyphenn19vf9ZLUAbsPKO1XmEVVxGMW4rW4gpo9kSpRXTPnCkFueBhsXTis6h1PqLTutvDxxOP5JC/s1600/100_1011.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiCS7b-UNtWi_5zlVvQlhmTc8bCtv0kOEY195X2iPb7eoI0_JzMgtY5jXOx8CxEz71aQIhyphenhyphenn19vf9ZLUAbsPKO1XmEVVxGMW4rW4gpo9kSpRXTPnCkFueBhsXTis6h1PqLTutvDxxOP5JC/s200/100_1011.JPG" width="200" /></a></div> Mempercayai siswa memang tidak mudah. Beruntung sejak awal saya mengajar memiliki keyakinan, bahwa setiap siswa adalah special. Setiap siswa memiliki keistimewaan sendiri-sendiri. Dan setiap awal semester saya biasa menugasi siswa membangun impian. Mencatat dan sering membaca dan mengingatkan. Apabila ada siswa yang mulai melenceng sikapnya, tinggal mengingatkan akan tujuan hidupnya di masa depan dan Alhamdulillah. Saat ini banyak yang telah berhasil meraih mimpinya. </div><div class="MsoNormal"> Saya teringat pada Wiga siswa saya, yang saat ini telah berhasil menjadi manager dan trainer padahal dia baru sekitar 25 bulan lulus dari SMK. Saya dan temannya masih menyimpan foto-foto terakhir kami di sekolah tepatnya diperpustakaan. Bagaimana Wiga kecil ditertawakan teman-temannya waktu menyatakan cocoknya menjadi manager dan ingin naik pesawat gratis keliling Indonesia. Subhanallah Wiga bisa mewujudkan mimpinya. Dia sekarang sering keliling Indonesia menjadi trainer. </div><div class="MsoNormal"> Ternyata di dalam proses KBM yang dibutuhkan siswa amatlah sederhana, “<b><i>Rasa Percaya</i></b>” Namun inilah yang paling sulit diberikan. Namun saya terus menerus berdoa supaya selalu memiliki kesempatan mempercayai keistimewaan setiap siswa yang saya ajar. Alhamdulillah rasa itu selalu hadir di dalam jiwa saya setiap kali mau masuk ke dalam kelas untuk memulai proses KBM. Dengan harapan saya selalu memiliki kesempatan memancarkan energi positif ke semua siswa. Sehingga membuat proses KBM menjadi menyenangkan dan waktu terasa cepat berlalu. </div><div class="MsoNormal"> Setiap kali saya bertemu Hadi Dariyanto, selalu teringat Po dalam film Kungfu Panda. Saya suka pada semangatnya untuk bisa. Anaknya bongsor kelebihan berat badan. Di kelas pada setiap pelajaran fisika selalu duduk di depan. Meskipun dia bukanlah termasuk anak yang cerdas namun semangatnya untuk bisa luar biasa. Setiap kali mengerjakan latihan soal selalu berusaha supaya bisa, kalaupun kurang jelas pasti maju ke meja saya dan bertanya sampai sejelas-jelasnya. Kadang terkesan menjengkelkan namun saya bangga padanya. Setiap kali selesai mengerjakan satu soal dan benar jawabannya dia selalu melakukan standing applause sendiri tanpa peduli dengan sikap teman-temannya. Saya sering dibuat tertawa dengan sikapnya yang lugu dan jujur serta apa adanya. </div><div class="MsoNormal"> Hakim Afied beda lagi sikapnya dengan Hadi. Dia sedikit memerlukan waktu yang lebih lama setiap kali mengerjakan soal-soal latihan. Namun dia lebih teliti dalam setiap kegiatan praktikum, lebih hati-hati namun tidak lamban dalam bekerja. Saya suka pada kejujurannya. Meskipun sering terlambat mengerjakan tugas namun dia selalu berusaha untuk mengerjakannya sendiri. Tidak suka nyontek. Meskipun pekerjaan sering kurang rapi namun saya bangga padanya. Bangga pada usahanya</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Ketika rasa percaya pada pesert didik sudah tertanam di benak seorang guru, maka:<br />
<ol><li>Guru lebih variatif dalam menentukan metode pembelajaran, karena yakin bahwa kepandaian setiap peserta didik berbeda-beda.</li>
<li>Guru melihat siswa dengan optimis dan obyektif. yakin bahwa jika peserta didik yang lemah di satu bidang, maka pasti ada bidang lain yang dapat dikuasai.</li>
<li>Guru menilai siswa tidak hanya berdasarkan nilai, namun berdasarrkan pengamatan yang menyeluruh.</li>
<li>Guru kembali menyadari bahwa tugasnya tidak hanya mengajar, tapi juga menanamkan nilai-nilai, memupuk rasa percaya diri dan mampu membangun konsep diri positif. </li>
</ol>Ternyata yang dibutuhkan peserta didik sangatlah sederhana, hanya rasa percaya. kepercayaan yang diberikan guru, akan membangun keyakinan diri bahwa dirinya mampu untuk berbuat yang lebih baik lagi. <br />
<ol><blockquote></blockquote></ol></div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-5998486450065070422011-08-17T18:21:00.000-07:002011-08-20T05:42:56.170-07:00Standing Applause<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXIwJjZCAkhpzwq1vu5deF0riHHhJmvRjn4vtdhHqeEvgJt70F6YOHrxQp0LpLhJFhfWqrikuZ8LLld2Wu5VOkU8T_6MYY5j0rYIY04R-ifkYKQ6_8Tu7zlnTaoIH1WiAyHDcloXOddoKq/s1600/100_1991.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXIwJjZCAkhpzwq1vu5deF0riHHhJmvRjn4vtdhHqeEvgJt70F6YOHrxQp0LpLhJFhfWqrikuZ8LLld2Wu5VOkU8T_6MYY5j0rYIY04R-ifkYKQ6_8Tu7zlnTaoIH1WiAyHDcloXOddoKq/s200/100_1991.JPG" width="200" /></a></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sudah lama saya berjuang untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Berbagai strategi dan metode sudah saya coba. Namun saya masih sering merasa gagal. Meskipun begitu saya tidak pernah berhenti untuk berusaha membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan, apalagi mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab saya merupakan materi pelajaran yang sering dianggap sulit, yaitu fisika. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Hampir setahun saya mendapat kepercayaan untuk mengelola PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Kusuma Bangsa, dari sini saya banyak belajar. Salah satunya adalah metode <b><i>standing applause</i></b>. Setiap kali selesai kegiatan pembukaan, bernyanyi dan menari dalam lingkaran. Sebelum masuk pada kegiatan inti, seperti biasa guru pendamping memberi kesempatan peserta didik untuk menari atau menari di tengah-tengah lingkaran, dalam upaya melatih keberanian peserta didik. Senang sekali hampir setiap hari semua peserta didik berusaha untuk maju ke tengah lingkaran, baik menari maupun menari. Setelah selesai guru pendamping mengajak peserta didik melakukan <b><i>standing applause</i></b>. Semua peserta didik bertepuk tangan dengan gembira. Bahagia sekali melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah seluruh peserta didik. <br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Metode ini saya terapkan di SMK, Alhamdulillah saya melihat perubahan positif pada semua kelas yang saya ajar. Pada awalnya mereka kebingungan mengapa saya mengajak semua peserta didik berdiri dan bertepuk tangan, setelah saya jelaskan tujuan <b><i>standing applause</i></b>. Kini kebiasaan baru ini sering dilakukan peserta didik tanpa saya komando setiap kali mereka semua selesai melakukan kegiatan yang positif atau telah melakukan kebaikan. Saya melihat wajah-wajah puas terpancar dari wajah semua peserta didik. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Setiap akan memulai proses KBM saya absen dulu sambil melakukan tanya jawab secara acak. Alhamdulillah semua peserta didik antusias menjawab dan berjuang supaya bisa. Minimal mampu sedikit miningkatkan kosep diri positif peserta didik. Selesai absen dan melakukan tanya jawab, tanpa dikomando semua peserta didik melakukan standing applause sebelum masuk pada kegiatan inti. Dan hasilnya proses KBM menjadi lancar dan menyenangkan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebenarnya salah satu tujuan metode standing applause adalah menghargai prestasi peserta didik. Meskipun peserta didik sudah mengetahu prestasi yang sudah mampu dicapainya, peserta didik akan merasa senang apabila tahu dirinya diberi perhatian dan diberi penilaian atas prestasi yang sudah mampu dicapai. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLOp6WxzO0RNVw0eTUnWF8PKyUrdXfCkNQp7_ehby9B2rmjEW7BzrrjW6AU5jheC1g_6VYGC2B_-Oro3YWZURLiWaIPUEvNPJvN3XmdDqnwVJ3grx8nuTLd5Y2gCdwq97QjkvHydDQIKYd/s1600/100_1995.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLOp6WxzO0RNVw0eTUnWF8PKyUrdXfCkNQp7_ehby9B2rmjEW7BzrrjW6AU5jheC1g_6VYGC2B_-Oro3YWZURLiWaIPUEvNPJvN3XmdDqnwVJ3grx8nuTLd5Y2gCdwq97QjkvHydDQIKYd/s200/100_1995.JPG" width="200" /></a></div> Semoga di masa depan, saya semakin bisa melakukan pelayanan yang terbaik bagi perkembangan karakter peserta didik, sehingga mereka semua tumbuh menjadi peribadi-pribadi yang menyenangkan, mampu meraih sukses dan bisa menjadi pemimpin yang berkepribadian baik dan bertanggung jawab. Amin. </div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-77925634498645602032011-07-01T20:46:00.000-07:002011-08-20T05:46:26.217-07:00Solo Batik Carnival<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRK7mUh5I79S5PzdPlilBXV6jwsyID246LOsHd5558gP8VkYRT3KW6uLPwPVtQdwUIL83hLqKvqp_wivOvXnEKqCQFXfZnHwtkejNdKa-BCKVCc2JmTCbXjqGJI7f7DgZifV6-5oJ4Xo5r/s1600/100_1791.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRK7mUh5I79S5PzdPlilBXV6jwsyID246LOsHd5558gP8VkYRT3KW6uLPwPVtQdwUIL83hLqKvqp_wivOvXnEKqCQFXfZnHwtkejNdKa-BCKVCc2JmTCbXjqGJI7f7DgZifV6-5oJ4Xo5r/s320/100_1791.JPG" width="240" /></a></div>Hari sabtu, tanggal 25 jam 09.00 WIB saya bersama kedua anak saya, Dita dan Kresna berangkat ke Solo untuk menonton SBC(Solo Batik Carnival). Kami tidak ke terminal dulu namun nyegat bis di perempatan Prayungan selatan rumah kami. Tak berapa lami kami tiba di perempatan, datang bis Mira AC. Bis penuh namun kami nekat naik juga. Maklum liburan sekolah. Sampai di Saradan kedua anak saya Alhamdulillah sudah bisa mendapat tempat. Tak lama kemudian saya juga mendapat tempat duduk.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Jam 13.00 Wib kami tiba di Palur. Kemudian kami turun dan pindah angkot menuju masjid Agung dekat pasar Klewer untuk sholat dhuhur. Selesai sholat kami jalan-jalan di pasar Klewer, sambil menunggu waktu sholat ashar. ketika menjelang ashar kami kembali ke masjid Agung untuk mengikuti sholat berjamaah dan tentu saja menyempatkan mandi. Baru kemudian kami melanjutkan jalan-jalan di PGS (Pusat Grosir Solo) hingga magrib menjelang.<br />
<br />
Selesai sholat magrib di masjid Agung. Kami siap-siap ke lokasi SBC, kami memilih taman di depan Hotel Premier Solo. Masyarakat sudah berkumpul di sana. Karena berdasarkan informasi SBC akan diberangkatkan jam 07.00 WIB. Namun hingga jam 21.00 WIB belum kelihatan tanda-tanda kedatangan para peserta SBC. Akhirnya karena capek kami duduk-duduk di jalanan. Hingga pukul 22.00 WIB masyarakat masih sabar menunggu.<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh78NbLv6G-robf2wXA60wP4NOmnHOCjbfzYramkDNsxPPKgq9lr_LzfhnRXBFhPf5BFnEUwyoPSst92RUNdJ6qmm20X_D2XPVbDAQPNFIX5c12MrYQrdgZly0iBGnyOCbrYRCB7-uP_F8Y/s1600/100_1741.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh78NbLv6G-robf2wXA60wP4NOmnHOCjbfzYramkDNsxPPKgq9lr_LzfhnRXBFhPf5BFnEUwyoPSst92RUNdJ6qmm20X_D2XPVbDAQPNFIX5c12MrYQrdgZly0iBGnyOCbrYRCB7-uP_F8Y/s320/100_1741.JPG" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div> Alhamdulillah jam 22.15 peserta SBC tiba di jalan tempat kami berkumpul. Namun sayang sekali kami tidak dapat menikmati sajian SBC sesuai harapan, bahkan kami kesulitan mengambil gambar. Termasuk mengambil gambar tiga putri istimewa yakni Nadine Alexandra Dewi Ames (Putri Indonesia 2010), Reisa Kartikasari (Putri Indonesia Lingkungan Hidup 2010) dan Alessandra Khadijah Usman (Putri Indonesia Pariwisata 2010).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKMqT5cJ_gA_CIOX-bcDM12mklnWMmTcPg6w2yNCQmN7w1r1w6SAOtL63kDIgwJ-tm4GtiVAR6lm-krkBWYVLaopXzC8sXwOVmdkFTfGonza6DfIC0I8YCa9rygU9MPpsQpxVrGnqfQyie/s1600/100_1803.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKMqT5cJ_gA_CIOX-bcDM12mklnWMmTcPg6w2yNCQmN7w1r1w6SAOtL63kDIgwJ-tm4GtiVAR6lm-krkBWYVLaopXzC8sXwOVmdkFTfGonza6DfIC0I8YCa9rygU9MPpsQpxVrGnqfQyie/s320/100_1803.JPG" width="240" /></a></div><br />
Saya hanya bisa mengambil gambar beberapa peserta saja, karena yang terpenting Dita dan Kresna bisa mendokumentasikan SBC di kamera mereka. Fotografernya banyak sekali. Berebut mencari momen yang terbaik. Namun saya senang. Kelihatannya Kresna bisa mengambil momen-momen yang baik. Sayang sekali saya belum memiliki kesempatan melihat hasil perjuangan Kresna karena kesibukan sekolahnya. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwb4xYhY7Dhoh_oQAADpWyjrvsMDy3NXCk04c7hnHqRe0b1vXH4d1cIYOW1snj8BstjBa807xuExIN3p5hjyHCbT5Qq2oiE2Hx5IX0qFNQQ2rF4R39u9vzl-JTbHg4Zk6yBYQLgehukTqw/s1600/100_1805.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwb4xYhY7Dhoh_oQAADpWyjrvsMDy3NXCk04c7hnHqRe0b1vXH4d1cIYOW1snj8BstjBa807xuExIN3p5hjyHCbT5Qq2oiE2Hx5IX0qFNQQ2rF4R39u9vzl-JTbHg4Zk6yBYQLgehukTqw/s320/100_1805.JPG" width="240" /> </a></div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-31366615002117546002011-06-24T01:16:00.000-07:002011-06-29T21:50:38.823-07:00Siap-siap Nonton Solo Batik Carnival 2011Pagi tadi sebelum ke sekolah tiba-tiba putra bungsuku minta diantar ke Solo. Padahal beberapa hari yang lalu katanya mau hunting bersama teman-temannya. Sebelum ke Solo, pagi tadi saya dipaksa ambil rapot di sekolahnya dan bertemu dengan wali kelasnya, pak Sugiono. Maklum karena kami sama-sam sibuk pada hari sabtu, terpaksa rapot anak saya belum saya ambil. Padahal sebenarnya Kresna boleh mengambil rapotnya sendiri, prioritas aktifis sekolah. Dan kebetulan wali kelasnya juga teman bapaknya. Namun Kresna selalu mematuhi aturan, dia tidak suka mendapat fasilitas maupun prioritas special dari wali kelasnya. Biasa, masih menghargai idealisme.<br />
<br />
Alhamdulillah nilainya seperti yang kami harapkan. Mendapat nilai 9 plus pada mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, PKN, TIK dan Seni Budaya. Sedangkan mata pelajaran lainnya cukup di bawah 9. Anak saya memang termasuk anak kelas khusus yang salah jurusan. Seharusnya masuk jurusan Bahasa dan Satra namun terpaksa masuk jurusan IPA. Kelas khusus di SMASA Nganjuk memang unik. Hampir semua siswa-siswinya berprestasi meskipun bidang keahliannya berbeda-beda. Seperti halnya Kresna dia beberapa kali menjuarai lomba Fotographi dan TIK baik di tingkat kabupaten maupun Karisidenan. dan saat ini sedang berjuang menang di Tingkat Propinsi untuk OSN (Olympiade Sains Nasional) bidang TIK. Mohon doanya supaya dia bisa lolos Propinsi dan mendapat tiket OSN tingkat Nasional. Amin. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Sore ini terpaksa saya harus kerja keras menyelesaikan beberapa tugas sosial saya. terutama pengajuan dana untuk pembelian APE (Alat Permainan Edukatif) PAUD (Pendidikan Anak usia Dini) ke PNPM (Progrram Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Semoga semua segera selesai dan terealisasi sesuai dengan harapan. Amin.<br />
<br />
Kebetulan kami sekeluarga memiliki kesibukan sendiri-sendiri; Bapaknya sibuk mengurus perkembangan kebudayaan Jawa sebagai koordinator propisnsi Jatim, saya aktif di PKK sedang memperjuangkan perkembangan PAUD serta bekerja sama dengan Telkom berjuang meningkatkan keterampilan ibu-ibu tentang Tenologi Informasi terutama internet, si sulung (Dita) lebih asyik dengan organisasi di kampusnya, yang teakhir Kresna sibuk dengan komunitas Photografi dan IT yang dibentuknya .<br />
<br />
Kresna bertanggung jawab terhadap perkembangan School Comunitas Photografi (Spyco) yang telah dibentuknya beberapa bulan yang lalu. Oleh karena itu dia minta diantar ke Solo. Namanya juga photografer, setiapkan ada kegiatan festival di luar kota pasti berusaha hadir dan mengoleksi foto-foto terbaik mereka.<br />
<br />
Besuk pagi kami terpaksa ke Solo naik bis, karena bapaknya sibuk dengan urusan organisasi, kebetulan mau kedatangan tamu dari pusat (Semarang). Sedangkan Kresna juga harus mempersiapkan penerimaan siswa baru. Biasanya memegang kendali IT besama guru TIKnya. Sedangkan teman-temannya yang lain, terlihat sibuk membersihkan ruangan OSIS untuk pendaftaran siswa baru. <br />
<br />
Semoga hari ini semua tugas-tugas kami bisa selesai. Sehingga tidak punya tanggungan. Bisa nonton SOLO BATIK CARNIVAL 2011 dengan tenang. Solo ...Tunggu kedatangan kami !!!.Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-14209555410175611872011-06-21T19:32:00.001-07:002011-06-22T02:13:56.166-07:00Bahagia Itu Menular. Benarkah?<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqCugXbKcXKrwEwc0nLjMJsd_7Vrsk9gcbKc5NRVqmPaL4496mWJD8-vkZxD8ECjCb09fcdz17NyinRmQm-Gyzrl7NfeoDyjrCkeRSD9vXLKRLPuy6IJSdPS8EfwsKWEx_D-0yyKt9xSO0/s1600/100_0173.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqCugXbKcXKrwEwc0nLjMJsd_7Vrsk9gcbKc5NRVqmPaL4496mWJD8-vkZxD8ECjCb09fcdz17NyinRmQm-Gyzrl7NfeoDyjrCkeRSD9vXLKRLPuy6IJSdPS8EfwsKWEx_D-0yyKt9xSO0/s200/100_0173.JPG" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
-->
</style> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bukan hanya penyakit yang bisa menular. Rasa bahagia atau gembira pun bisa menular. Anda yang sedang diliputi kebahagiaan bisa menularkannya kepada keluarga, teman maupun tetangga. Benarkah?.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Teringat kejadian di kelas X Busana Butik 1 beberapa tahun yang lalu. Seperti biasa saya mengajar IPA pada jam terakhir jam 7 – 8. Biasanya suasana kelas sangat panas, namun hari itu sangat berbeda. Segar dan nyaman.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Hari ini ada yang berbeda. Siapa yang sedang bahagia hingga mampu membuat suasana kelas terasa segar dan nyaman?”, tanya saya pada anak-anak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Tidak ada bu, biasa saja”, jawab Santi.<o:p></o:p></span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Ada bu ... ada. Hari ini Lina sedang bahagia. Pagi tadi diantar ke sekolah pacarnya!”, kata Mei kembaran Lina.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Saya lihat Lina tersipu malu. Dan ternyata benar, saya melihat cahaya terpancar wajahnya yang cantik. Mei dan Lina anak kembar. Mereka berdua anak-anak yang manis dan cerdas. Meskipun sedikit agak berbeda, Lina anaknya pendiam. Sedangkan Mei anaknya cerdas dan selalu ceria.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Ah, masa iya?’, tanya saya pada Mei.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Benar bu, hari ini Lina sangat bahagia”, sambung Tina rekan sebangku Lina. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi0Fw3Md3Oph2q7vMaGqNodE_JB9OGfpqs2CEAcuGTAvs4Ii_9PNFPp-w4f7_Lz1Cl2U6fiF64xnHlF2UKmVrm3L7170brAOIhdRvj1GalyekRrKTGS6i31_1rQXURMVIUwIPB9t0uqNgA/s1600/IMG_1460.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="111" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi0Fw3Md3Oph2q7vMaGqNodE_JB9OGfpqs2CEAcuGTAvs4Ii_9PNFPp-w4f7_Lz1Cl2U6fiF64xnHlF2UKmVrm3L7170brAOIhdRvj1GalyekRrKTGS6i31_1rQXURMVIUwIPB9t0uqNgA/s200/IMG_1460.JPG" width="200" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Satu siswa bahagia bisa mempengaruhi suasana kelas. Perasaan bahagia menyebar tanpa kendali. Membuat perasaan bahagia di hati. Apalagi jika semua anggota kelas semua bahagia. Tentu lebih menyenangkan lagi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Saya juga sering mengalami pancaran kebahagiaan yang disebarkan oleh teman-teman dan tetangga di sekitar rumah. Begitu juga sebaliknya. Kami sering mendiskusikan hal ini bersama ibu-ibu di pertemuan PKK Kelurahan. Maupun teman-teman guru di sekolah. Bahagia merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Supaya terhindar dari stres dan stroke. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Menurut Prof. Nicholas Christakis dari Harvard amedical Scholl dan Prof. James Fowler dari auniversity of California San Diego, menyatakan: ”Apabila Anda bahagia, tetangga yang berada di samping rumah anda akan terdongkrak kebahagiaannya hingga 34%. Virus bahagia ini juga mampu diterima teman yang tinggal sekitar 3 km dari kediaman Anda sebesar 25 %” (Kesehatan Mental, Pebruari 2011). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Berusaha bahagia sebelum masuk rumah maupun masuk kelas. Pentingkah? Menurut pendapat saya sangalah penting. Saya sering membuat kesepakatan bersama suami dan anak-anak. Berusaha membuat hati bahagia sebelum masuk rumah. Tidak mudah memang. Namun apa salahnya kita saling berusaha menyebarakan kebahagiaan pada saat bertemu. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Masing-masing memiliki cara yang unik. Cara Suami dan anak-anak tentu saja berbeda dengan cara saya. Namun yang terpenting hasilnya. Tidak masalah prosesnya berbeda yang terpenting kita memiliki niatan yang sama untuk berbagi kebahagiaan ketika tiba di rumah. Apabila salah satu pulang dalam keadaan suntuk, stres atau menyimpan prasangka negatif. Bisa kacau suasana rumah. Satu suntuk yang lain bahagia. Insyallah, anggota keluarga yang suntuk menjadi terasa nyaman dan damai akibat pengaruh kebahagiaan dari anggota keluarga yang lain. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Begitu juga pada saat masuk kelas. Saya selalu berusaha berpikir positif, supaya perasaan nyaman dan bahagia ketika melakukan proses pembelajaran. Menata hati dan emosi, karena saya mampu memancarkan kebahagiaan, terutama pada saat jam-jam terakhir. Pada saat anak-anak mulai mengalami kejenuhan belajar, karena lelah dan lapar. Benarkah? Buktinya apa?. Apabila saya masuk kelas dalam keadaan lelah dan suntuk, suasana kelas menjadi semakin kacau dan membosankan. Waktu dua jam pelajaran serasa sehari. Namun apabila saya masuk ke dalam kelas dengan penuh semangat, bahagia dan nyaman. Waktu dua jam pelajaran serasa singkat. Kalau tidak percaya tanya saja pada siswa saya. Ha ha ha ... bercanda!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bagaimana pengalaman Anda?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-65710329051651306382011-06-20T21:12:00.000-07:002011-06-20T21:26:05.144-07:00Positif Berucap, PD anak Meningkat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWgKHhhwTdhlCw6bIKXf55-8XsXEqYQOvlAoy1sT1dfZa3nPrmK4QL0el7yzYqoRJqhJJ8tZQi5nr3fuPPZQzAv04okRlfTtZYm8e5MDGkBUt7dfmkkkoRlIavoOmUQRcz4fkNtPhGVX1p/s1600/100_0171.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWgKHhhwTdhlCw6bIKXf55-8XsXEqYQOvlAoy1sT1dfZa3nPrmK4QL0el7yzYqoRJqhJJ8tZQi5nr3fuPPZQzAv04okRlfTtZYm8e5MDGkBUt7dfmkkkoRlIavoOmUQRcz4fkNtPhGVX1p/s200/100_0171.JPG" width="200" /></a></div>Berbicara dengan anak ABG (Anak Baru Gede) itu ada seninya. Meski secara sepintas agak sulit untuk berbicara dengan mereka, nyatanya anak ABG atau remaja masih memerlukan dukungan orangtuanya. Sekarang tinggal pintar-pintarnya orang tua berkomunikasi dengan anak secara baik. Supaya tidak terjadi kesalah pahaman.<br />
Ternyata ketika anak beranjak ABG atau remaja peran orangtua menjadi semakin penting. Kelihatannya mereka tidak memerdulikan pembicaraan kita, namun apa yang terlihat belum tentu sama dengan yang dirasakan oleh anak. <br />
<a name='more'></a><br />
Saya belajar pada perilaku kedua anak saya. Pada saat saya dan suami mengatakan bahwa, “Kami bangga pada mereka” atau “Alangkah bahagianya kalau kalian bisa menang di OSN tingkat kabupaten” dan lain sebagainya. Sepertinya mereka tidak peduli. Ternyata, mereka berdua berjuang supaya bisa. Dan Alhamdulillah, anak-anak merasa termotivasi, berjuang tanpa merasa tertekan. <br />
Remaja masih menjadikan orangtua sebagai sumber dukungan. Anak-anak sangat menggantungkan diri pada orangtuanya. Sehingga komunikasi hendaknya dilakukan secara positif. Apapun yang dikatakan orangtua akan berdampak pada perilaku dan kepercayaan diri anak. <br />
Ucapan positif orangtua sangat diperlukan untuk menaikkan rasa percaya diri anak. Sebaliknya hindari perkataan negatif yang akan menurunkan kepercayaan diri anak.<br />
• Buat rencana<br />
Pada saat anak masuk SMA sebaiknya orangtua mengajak anak merencanakan masa depannya. Apabila anak ingin masuk perguruan tinggi negeri ternama sesuai dengan impiannya, maka motivasi anak meraih prestasi sesuai dengan potensinya. Apabila anak memiliki potensi akademik, dukung anak untuk berjuang menang OSN (Olympiade Sains Nasional). Anak senang olah raga dukung mereka untuk memenangkan kejuaraan minimal di tingkat kabupaten. Potensi anak di bidang seni (lukis, tari, peran, musik, dll) dukung mereka, motivasi hingga mampu meraih prestasi terbaiknya. Sertifikat kejuaraan mereka sangat diperlukan pada saat mendaftarkan PMDK Prestasi atau sekarang berubah menjadi PMDK jalur Undangan. <br />
• Berpikir Positif<br />
Jika anda mendengar anak berkomentar tentang kulitnya yang berwarna gelap atau tentang tubuhnya yang semakin gendut, segera alihkan komentar tersebut. Daripada anak berpikir negatif tentang dirinya, lebih baik dorong anak untuk memperhatikan kelebihan yang dimilikinya. Tentang keindahan rambutnya, matanya atau membahas prestasi yang telah mampu mereka raih. <br />
• Jadi diri Sendiri<br />
Buat anak remaja nyaman dengan dirinya. Sebab remaja yang nyaman dengan dirinya, memiliki peluang mencapai tujuannya dengan lebih baik. Di masa depan, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan berhasil. <br />
• Hargai orang lain, sebelum menuntut anak menghagai orang lain. Orangtua harus memberi teladan terlebih dahulu. Terutama sopan pada kedua orangtuanya, kakek-neneknya anak-anak. Bisa juga dengan cara mendongeng. Cara lainnya adalah dengan mendorong anak memerlakukan orang lain seperti mereka ingin diperlakukan oleh orang lain. <br />
• Tidak melakukan apa-apa, setelah anak-anak menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Beri kesempatan anak-anak bergaul atau bermain dengan teman-temannya, atau istirahat di kamarnya. <br />
• Mengatasi Masalahnya Sendiri, pada saat anak-anak menghadapi masalah. Dorong mereka untuk mengatasi masalahnya sendiri, selama tidak berbahaya. Misalnya; pada saat anak-anak mendapat nilai kurang pada pelajaran matematika, padahal selama ini anak tersebut tidak pernah mendapat nilai kurang pada saat ulangan dan semua tugas sudah diselesaikan. Dorong anak supaya berani menemui gurunya sendiri, mengkonsultasikan permasalahan yang dihadapinya. <br />
<br />
Salam sukses. Dan Selamat berlibur!.Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-58577378975428062402011-06-19T17:14:00.000-07:002011-06-19T17:22:35.629-07:00Menyikapi Generasi Z<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSgZ-PJukPvLR1gCrQxELPqVq1XGThLbAQaw9BW4e_zg5lKwtnOoWGgiMZq8NI2PvC3WSIEQ_o6MoJA4edxTnJm_EzG7zPwYZgIjGWRW1PLe4LucypQfoQzrnCOMjWq3L58aaRotS8C30F/s1600/100_1035.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSgZ-PJukPvLR1gCrQxELPqVq1XGThLbAQaw9BW4e_zg5lKwtnOoWGgiMZq8NI2PvC3WSIEQ_o6MoJA4edxTnJm_EzG7zPwYZgIjGWRW1PLe4LucypQfoQzrnCOMjWq3L58aaRotS8C30F/s200/100_1035.JPG" width="200" /></a></div><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:265358034;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1658346226 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:922647749;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-896883806 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:265358034;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1658346226 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:922647749;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-896883806 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Perkembangan zaman saat ini begitu cepat. Tidak heran, jika kita dan generasi yang lahir setelah tahun 1990 sangatlah jauh berbeda. Mereka ini adalah generasi yang lebih dikenal dengan sebutan “<b><i>Generasi Z</i></b> “atau “<b><i>Z Generation”.</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Generasi Z juga memiliki sebutan lain , yaitu: “<b><i>Digital Generation</i></b>”atau “<b><i>Net Generation</i></b>”. Bahkan ada beberapa anak yang menyebut dirinya <b><i>“Generasi Platinum”</i></b>. Anak-anak Generasi Z memiliki ciri yanng unik dan khas:<a name='more'></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Memiliki akses yang cepat terhadap informasi dari beragam sumber.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dapat melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan (multi tasking).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Lebih menyukai hal-hal yang bernuansakan atau bernafaskan multimedia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Lebih menyukai berinteraksi dengan teman-teman di dunia maya; melalui ( facebook, twitter, YM dan lain sebagainya)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sangat berbakat dan visioner. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dalam belajar, menyukai kegiatan yang menyenangkan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Memerlukan dukungan orangtua untuk menemukan jati diri mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mempunyai pandangan dewasa, mendalam dan arif<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mudah frustasi melakukan kegiatan yang menuntut kreatifitas kecil<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kurang disiplin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pola hidup dan pola pikir mereka berbeda dengan pola pikir kita sebagai orangtua maupun sebagai guru. Generasi Z lebih suka segala sesuatu yang instan. Karena mereka mereka lahir di era Mie Intan ... Memang kenyataannya demikian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Generazi Z sangatlah eksploratif dan memiliki banyak energi. Bagaimana cara yang tepat untuk memaksimalkan potensinya: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Hormati mereka<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Luangkan waktu untuk bermain dengan mereka. Ajak mereka mengamati hal-hal alamiah di sekitar rumah, misalnya: mengamati perilaku semut, laba-laba, pertumbuhan tanaman, air terjun, dan lain sebagainya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Libatkan anak dalam hidup anda, jadikan kegiatan membersihkan mainan, kamar, sebagai tanggung jawab mereka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Siapkan pelatihan dan dukungan yang tepat untuk bakat yang mereka miliki, fisik maupun nonfisik bahkan metafisik. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Hargai pemikiran mereka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bersikap terbuka untuk belajar dari mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Hargai privasi dan ruang personal mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ucapkan terima kasih pada saat mereka berperilaku baik. Jangan segan memberi hukuman jika mereka melakukan kesalahan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dengarkan mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ajari mereka untuk menghargai orang lain.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">11.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Jujurlah pada mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sebenarnya masih banyak cara atau sikap yang bisa dilakukan orangtua menghadapi anak generasi Z. Salah satunya berupaya menjadi fasilitator yang baik bagi anak. Biarkan mereka menjadi generasi Z namun mereka harus dibiasakan untuk menjadi manusia yang mengenal proses karena hidup ini merupakan sebuah proses. Tidak ada yang instan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Apabila anak-anak generasi Z dibiarkan tanpa pengawasan, dikawatirkan di masa depan menjadi manusia yang hidupnya; “Mengejar apapun dengan cara apapun. Menghalalkan segala cara yang penting ‘<b><i>Goal</i></b>’-nya terwujud”. Kalau sampai terjadi, bahaya khan jadinya?!.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph"><br />
</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-83897874996407288442011-06-18T15:13:00.000-07:002011-06-18T15:42:23.428-07:00Melatih Anak Laki-laki Mengelola Emosinya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGZ8QXWJooHOBAJgdflIZ4kCZ_2sCMCVDqAgVCi3N2HDrjZtI2WhjFOHKjSDD5ECJyorBRQ1umA-olzNXYGHQ_FXt7M8j66tf2CHSC-oPLB8BExZb_nJm7SbYlMlJJ24u6YBS_T0nMYSMB/s1600/100_0178.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGZ8QXWJooHOBAJgdflIZ4kCZ_2sCMCVDqAgVCi3N2HDrjZtI2WhjFOHKjSDD5ECJyorBRQ1umA-olzNXYGHQ_FXt7M8j66tf2CHSC-oPLB8BExZb_nJm7SbYlMlJJ24u6YBS_T0nMYSMB/s200/100_0178.JPG" width="200" /></a></div>Anak laki-laki yang dididik dengan baik dan benar sejak belia, akan tumbuh menjadi pribadi yang membanggakan dan dapat diandalkan oleh keluarganya bahkan bangsa dan negaranya. Orangtua perlu membekali anak, terutama anak laki-laki, dengan melatih anak laki-laki mengelola emosinya. Pola pengasuhan memengaruhi kepribadian anak ketika tumbuh dewasa.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX2gg8uihLONuS-BElYvF9S2b7TtyHN1VspokTnvZKyw7V9rmeBQf6Ks9_IBeFKUq5d_19tjhx2I5KXCnt_0An274WWqXx6IpWeslntXgTFbNEKs4eUFotp_4IXdYTJbben7MUsFUVbhBH/s1600/100_0980.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX2gg8uihLONuS-BElYvF9S2b7TtyHN1VspokTnvZKyw7V9rmeBQf6Ks9_IBeFKUq5d_19tjhx2I5KXCnt_0An274WWqXx6IpWeslntXgTFbNEKs4eUFotp_4IXdYTJbben7MUsFUVbhBH/s200/100_0980.JPG" width="200" /></a></div>Di sekolah kami perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan lebih kurang 70:30. Bahkan hampir selama 20 tahun saya lebih banyak mengajar di Jurusan Tehnik dibandingkan di Jurusan Busana Batik maupun Jurusan Restoran. Sehingga selama itu pula saya banyak belajar tentang tumbuh kembang anak laki-laki dari perilaku siswa di sekolah.<br />
<a name='more'></a><br />
Berdasarkan pengalaman, kelas X (kelas I SMA/SMK) merupakan masa rawan anak laki-laki. Sebagian besar baru mengalami perasaan “Jatuh Cinta” di saat mereka duduk di kelas X, meskipun ada beberapa yang sudah mengalami perasaan ini di kelas sebelumnya maupun sesudahnya. Oleh karena itu saya sudah sejak sebelas tahun yang lalu memilih mengajar di kelas X dibandingkan di kelas XII. <br />
Anak SMA, sudah mulai masuk pada fase “pembentukan identitas”.Mereka pada umumnya sudah menunjukkan sikap dewasa. Sudah lebih terbuka menghadapi masalah. Mau berbagi cerita dengan saya, guru fisikanya. Mereka sering meminta pendapat atau dukungan atas keputusan yang diambilnya. Terutama anak-anak yang berada jauh dari ibunya atau bahkan sudah kehilangan ibunya sejak kecil. <br />
Saya teringat Subhan siswa terbaik di jurusan Listrik tahun 2007. Teringat wajahnya yang tiba-tiba berubah merah seperti kepiting rebus, pada saat teman-temannya menyebut sebuah nama. Bahkan dia seperti kehilangan energi untuk berpikir, padahal soal yang dihadapinya di papan tulis waktu itu sangatlah mudah bagi dia. Teman-temannya terlihat bahagia melihat perubahan perilaku Subhan di depan kelas. <br />
“Lihat bu, muka dia merah. Subhan sedang jatuh cinta!”, kata Septian puas.<br />
“Iya bu. Benar Subhan sedang naksir cewek. Mukanya bu ... seperti kepiting rebus!”, sahut Prio dari belakang.<br />
“Ternyata Subhan juga manusia ...!!! Asyik sekali ...”, sahut yang lainnya.<br />
Setelah anak-anak puas mengejek, dan suasana kelas sudah kondusif, saya mulai bicara. Sebelumnya tentu saja saya persilahkan Subhan kembali ke tempat duduknya. Sebelum dia semakin kehilangan kendali emosinya. Sebelum jatuh harga dirinya. Mungkin kalau di biarkan Subhan bisa menangis waktu itu. Atau bahkan bisa kencing berdiri karena nervous. <br />
Subhan seorang anak yang sangat pendiam. Dia cerdas, sopan dan cenderung menutup diri. Semua guru sangat menyayanginya. Menimbulkan iri hati teman-temannya. Oleh karena itu pada saat Subhan jatuh cinta bisa menimbulkan sensasi tersendiri bagi teman-temannya. Mukanya yang tiba-tiba memerah serta otaknya tiba-tiba buntu setiap kali dipanggil sebuah nama, suatu fenomena alam yang dianggap langka bagi mereka, teman-teman sekelasnya yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. <br />
Penelitian menunjukkan orangtua cenderung lebih memedulikan bagaimana perasaan anak perempuan daripada anak laki-lakinya. Ketika anak perempuan merasa sedih, orangtua akan bersikap lebih lembut. Sedangkan anak laki-laki dipaksakan untuk selalu kuat meski mereka sedang merasa sedih. Anak laki-laki terbiasa tak boleh sedih. Pengasuhan seperti ini justru membuat anak laki-laki terlatih menyembunyikan perasaannya. Mereka merasa malu jika menunjukkan kesedihan. Pada akhirnya anak laki-laki tak bisa berkomunikasi dengan baik. <br />
Tugas orangtua dan guru di sekolah adalah mengajarkan anak laki-laki bahwa perasaan kecewa, sedih, marah, takut adalah wajar. Ajarkan anak laki-laki untuk mengenali dan menerima perasaan tersebut. Anak laki-laki perlu menyadari perasaan tersebut adalah bagian dalam dirinya, yang mungkin saja tak langsung bisa disingkirkannya. Dengan memahami perasaan, anak laki-laki akan mulai menerima dirinya, dan mengenali masalahnya. Dengan begitu ia akan terbantukan untuk mencari solusi dari masalahnya, setelah ia bisa mengatasi emosinya Orangtua dan guru harus bersikap bijaksana dalam menemani tumbuh kembang anak-anak. Supaya mereka mampu menjadi pribadi yang tangguh serta berkarakter.Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-49463471884237311162011-06-16T18:28:00.000-07:002011-06-19T17:59:44.427-07:00Sentuhan Memiliki Kekuatan yang Dasyat<link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i>“<b>Touch is powerfull</b>”</i></span><span style="font-size: small;">, sentuhan itu merupakan kekuatan yang dasyat. Tulis Phyllis K. Davis, Ph. D, dalam bukunya “<i>The Power of Touch</i>”. Memangnya sedasyat apa? Mari kita Belajar dari berbagai pengalaman yang ditulis orang, maupun pengalaman kita sendiri. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Pertama, saya akan menuliskan pengalaman saya sebagai ibu. Saya banyak belajar dari kedua anak kami. Pada awalnya saya merasa heran pada kebiasaan kedua putra kami. Mereka berdua pada dasarnya sangat mandiri, aktif di organisasi sekolah bahkan mampu membentuk komunitas baru di kota kami. Di luar mereka berdua sangat eksis, bisa memimpin teman-temannya. Namun jika sudah di rumah, beda jauh kelakuannya. Terutama Kresna anak bungsu saya.<a name='more'></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Di Kresna lebih pendiam dari kakaknya, memiliki banyak kegiatan. Apabila suntuk, pasti minta dipijit dan dikeloni (tidur ditemani). Pada saat dia kecil sangat mandiri, lebih suka tidur sendiri. Tidur bersama komputer. Meskipun sekarang di kamarnya semakin banyak dipenuhi alat-alat tehnologi, kalau sedang banyak masalah pasti pindah tidur di kamar saya. Awalnya saya heran. Masalahnya sejak kecil saya terbiasa tidur sendiri, bahkan ketika sakit saya juga tidur sendiri. Hanya bantal guling yang menemani. Beda dengan anak-anak saya. Terutama Kresna, mereka lebih suka didekap meskipun sudah besar-besar. Melihat perilaku kedua anak-anak saya, menyebabkan saya terpaksa banyak belajar dan membaca buku. Belajar pada pakarnya. Maklum orang desa, harus lebih banyak membaca kalau tidak mau ketinggalan informasi dibandingkan dengan teman-teman yang hidup di kota. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Awalnya, saya sempat takut melihat perilaku anak saya. Dengan membaca saya menjadi sedikit lega. Bahkan bisa belajar dari pengalaman Kevin Costner, bintang film papan atas Hollywood. Kisah sentuhan kecilnya yang diungkap dalam buku yang berjudul “<i>When God Winks</i>”. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;">Dan Kindlon, PhD, penulis buku <i>Raising Cain: Protecting the Emotional Life of Boys</i></span><span style="font-size: small;"> , menyatakan: “Anak </span><span style="font-size: small;">laki-laki perlu mendapatkan pengalaman sentuhan fisik sebagai ungkapan kasih sayang sejak dini. Dengan begitu ia tumbuh menjadi pria dewasa dengan kepribadian positif yang mampu mengungkapkan kasih sayang”. (Kompas.com)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;">Kedua, mari kita belajar pada pakar sentuhan ... Jalan-jalan ke Miami, AS. Wow jauh sekali ... memangnya punya nyali? He he he ...! The Touch Researh Institute at The University of Miami School of Medicine, AS. Menyatakan “Lebih dari 100 studi tentang sentuhan yang dilakukan, dan menemukan bukti-bukti yang signifikan tentang efek positif sentuhan. Termasuk pertumbuhan bayi prematur yang lebih cepat, menghilangkan rasa sakit, menurunkan kadar gula dalam darah pada anak-anak penderita diabetis, serta mampu memperbaiki sistem imun pada pengindap kanker”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;">Jangan kawatir kita masih bisa belajar pada pakar sentuhan yang lainnya ... Ceritanya dilanjutkan nanti siang ...</span><o:p></o:p></span></div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-59943102082243729442011-06-15T16:13:00.000-07:002011-06-19T17:58:07.742-07:00Beri Anak Dekapan Anda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu9wW_7nW4a2xFs0z6_ElKZmGourVTLkFudcK621HEH3i9vlLRRyU0HdpjKSkz_-nzecdw-y21-7_0GtxWDSvW6JV7Zspogfjb09c_cGLoS9McDbB32FcAptx6ouAwzbk0P4Mi9Kxz3sVY/s1600/100_1279.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu9wW_7nW4a2xFs0z6_ElKZmGourVTLkFudcK621HEH3i9vlLRRyU0HdpjKSkz_-nzecdw-y21-7_0GtxWDSvW6JV7Zspogfjb09c_cGLoS9McDbB32FcAptx6ouAwzbk0P4Mi9Kxz3sVY/s200/100_1279.JPG" width="150" /></a></div>Sore itu seperti biasa saya menyiram tanaman di halaman depan rumah. Setelah seharian penat bekerja. Weleh-weleh ... kerja apa memangnya, pegawai Bank?. Mungkin karena usia semakin tua, mengajar sehari enam jam pelajaran saja pulang sudah terasa lelah, padahal waktu muda biasa mengajar dua belas jam sehari. Pagi di sekolah negeri sore di sekolah swasta. <br />
Tiba-tiba datang bu Reni, tetangga sebelah rumah yang kebetulan bekerja di salah satu Bank swasta terkenal di negeri ini. Kelihatannya beliau baru pulang kerja, sambil menggendong Adit putranya yang masih berumur dua tahun. Akhir-akhir ini Adit sering rewel, sejak mBok Nah pengasuhnya pulang kampung.<br />
“Mengapa Adit jadi sering rewel? Padahal biasanya dia tidak pernah rewel. Selalu manis bermain bersama mBok Nah, jarang menangis dan selalu ceria?”, tanya bu Reni pada saya.<br />
Saya tersenyum mendengar pertanyaan bu Reni. Teringat masa kecil kedua anak saya, Dita dan Kresna. Sejak kecil mereka tidak pernah rewel, apalagi jika ada saya, ibunya. Kalau tidak percaya tanya saja pada tanaman di halaman rumah. He he he ... memangnya tanaman bisa bicara? (Kapan-kapan kita bahas tersendiri).<br />
<a name='more'></a><br />
Bu Reni sehari-hari sibuk bekerja. Beliau jarang sekali terlihat menggendong Adit. Begitu juga suaminya. Sejak di lahirkan Adit lebih banyak bersama mBok Nah pengasuhnya. Adit berangkat tidur bersama mBok Nah, bangun tidur langsung dirawat dan digendong mBok Nah. Mandi, makan, dan bermain bersama mBok Nah. Bahkan ketika berlibur akhir pekanpun mBok Nah selalu diajak. Beda dengan kedua anak saya di waktu kecil, apabila saya sudah pulang semua pengasuhnya pensiun. Tak terkecuali Eyangnya. Sudah tidak laku. Mereka lebih suka makan, tidur-tiduran atau bermain bersama saya dan bapaknya. <br />
Adit juga lebih dekat dengan keluarga kami, apabila mBok nah repot biasanya Adit bersama kami di rumah. Lebih nyaman digendong kami sekeluarga bergantian. Apalagi kedua anak saya sudah besar sehingga Adit merupakan hiburan tersendiri bagi saya dan suami. Dia anak yang manis dan tidak pernah rewel. Apalagi kalau saya mulai mendongeng, bisa tertidur pulas dipangkuan saya.<br />
Kembali pada bu Reni, mamanya Adit. Beliau sepertinya lupa, pada kebutuhan dasar anak yaitu: kebutuhan untuk disentuh bahkan didekap. Wajar saja jika Adit menjadi rewel sejak di tinggal mBok Nah, kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Mamanya Adit tidak terbiasa menggendong dan mendekap Adit. Mama dan papanya sibuk bekerja. Di rumahpun masih terlihat sibuk mengerjakan pekerjaan kantor. Sehingga pada saat sentuhan dan dekapan Mbok Nah hilang dari kehidupannya dia menjadi rewel, sulit makan dan lain sebagainya. <br />
“Seharusnya kepulangan Mbok Nah menjadi karunia tersendiri bagi Panjenengan. Supaya lebih dekat dengan Adit. Untuk sementara, pagi dia bisa bersama Eyang dan pengasuh barunya. Sepulang bekerja upayakan Adit bersama Panjenengan sekalian, jauhkan dari pengasuhnya”, jawab saya bukan bermaksud menggurui. <br />
“Akan saya coba. Dia merasa nyaman jika saya dekap sambil saya bacakan dongeng. Belajar pada guru PAUD. Anak-anak suka duduk dipangkuan guru-gurunya sambil mendengarkan salah satu gurunya bercerita. Terima kasih.”, kata bu Reni senang.<br />
“Sama-sama. Semoga berhasil.”, jawab saya sambil tersenyum.<br />
“Amin. Maaf bu saya pulang dulu.”, kata bu Reni sambil mengulurkan tangan. <br />
“Monggo bu, selamat berjuang”, jawab saya bersemangat sambil menjabat tangan<br />
Bu Reni. <br />
“Ha ha ha ... berjuang menjadi ibu yang baik”, kata bu Reni bahagia.<br />
Dalam peristiwa sehari-hari, efek sentuhan itu dengan mudah kita saksikan. Contohnya, ketika bayi atau anak-anak merasa takut menghadapi situasi baru, lalu menangis. Tangisan itu segera sirna begitu ibu atau ayahnya menyediakan lengan dan dada mereka untuk anak menaruh kepala dan menyembunyikan wajahnya. Pada bayi yang gelisah, kadang hanya dengan mengeluskan jari pada dahi atau lengannya saja, sudah membuat anak-anak tenang kembali.<br />
Berbagai riset telah membuktikan bahwa sentuhan fisik, baik berupa dekapan, genggaman tangan, elusan di punggung, dan lain-lain dapat memberikan rasa tenang dan mampu membebaskan dari stres. <br />
Anak-anak yang mendapatkan cukup dekapan dari orangtua memiliki rasa aman lebih kuat dibandingkan yang kurang mendapat dekapan. Anak-anak yang mendapat sentuhan dan dekapan yang cukup di masa kecil, lebih mampu dan kuat menghadapi peristiwa-peristiwa hidup di masa remaja maupun dewasa. <br />
Bagaimana pengalaman Anda?Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-80401632025152960782011-06-11T18:15:00.000-07:002011-06-11T23:43:22.260-07:00Seputar Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOer14To6EE8EY-t24cPOTl79AFvIU7mTJ26iH8x-rSO9YOQHaTnV6CB9JXJSxLoF9DXu3_n_UAHCXQGcluFaxxFxprm0pIJPJgcEG5RJjXpxYC7wmNMywXR80wC5nFjA6CPHCrv0MfGhc/s1600/100_1505.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOer14To6EE8EY-t24cPOTl79AFvIU7mTJ26iH8x-rSO9YOQHaTnV6CB9JXJSxLoF9DXu3_n_UAHCXQGcluFaxxFxprm0pIJPJgcEG5RJjXpxYC7wmNMywXR80wC5nFjA6CPHCrv0MfGhc/s200/100_1505.JPG" width="200" /></a></div><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Nilai Ujian Nasional rendah. Benarkah anak tersebut bodoh? Bagimana dengan mereka yang nilai Ujian Nasionalnya bagus? Apakah dia pandai? Jawabnya ada pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sudah lebih dari dua puluh tahun saya mengamati perkembangan siswa di sekolah. Rata-rata NUN yang masuk ke sekolah kami termasuk tinggi, namanya juga sekolah negeri. Sekolah favorit di kecamatan Kertosono. Jumlah pendaftar biasanya tiga kali lipat dari jumlah siswa yang diterima. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dengan berjalannya waktu, apa yang terjadi? Dari tahun ke tahun selalu ada kasus siswa masuk dengan nilai NUN (Nilai Ujian Nasional) SMP tinggi namun pada saat Proses Belajar Mengajar (KBM) ketahuan aslinya. Kalau ditanya, dengan entengnya mereka menjawab, “Biasa bu, waktu ujian saya diapit siswa terpandai di sekolah kami. Dan tanpa berpikir, saya tinggal copy paste”. Jawab siswa tanpa perasaan bersalah dan tanpa beban. Bahkan tanpa tanggung jawab. <a name='more'></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Alangkah bahagianya jika setiap siswa yang masuk ke sekolah dengan NUN SMP tertinggi, keluar dengan NUN SMK tertinggi pula. Seperti angkatan pertama, Darmawan. Saya masih terus mengingatnya, karena waktu itu saya panitia penerimaan siswa baru. Saya terus memantau hasil belajar Darmawan selama sekolah. Dan Alhamdulillah, Darmawan lulus dari sekolah kami dengan NUN tertinggi pula. Namun ada berapa persen siswa seperti Darmawan? <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tahun-tahun berikutnya, siswa masuk dengan NUN SMP tertinggi tidak mampu berjuang mencapai NUN tertinggi pada saat ujian nasional SMK, mengapa demikian? Jawabnya seperti di atas. Hasil copy paste. Menyontek sudah menjadi budaya siswa. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kondisi seperti ini sudah berlangsung lama, namun sampai saat ini tidak ada tindakan dari pemerintah. Atau mungkin karena belum ada yang meneliti? Atau mungkin sudah waktunya guru desa seperti saya turun tanah? Memangnya selama ini ada di mana? Jawabnya tanyakan pada rumput yang bergoyang. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Benarkah masyarakat Indonesia sudah sakit? Warga sudah sakit? Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Daniel M Rosyid Penasehat Dewan Pendidikan Jatim (Surya, 10 Juni 2011). Menyikapi perilaku masyarakat, yang menganggap; “Menyontek sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. Jujur malah ajur”. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Benarkah sakitnya masyarakat berasal dari adanya Ujian Nasional? Sampai hari belum ada hasil penelitian tentang masalah ”Dampak Negatif Pelaksanaan Ujian Nasional sebagai Penentu Kelulusan Siswa”. Belum ada pakar yang berani meneliti. Mungkin karena takut dengan birokrasi. Pakar Pendidikan saja belum berani bicara apalagi guru desa seperti saya. Sampai hari ini hanya bisa “Sendika ndederek dawuh”. Bekerja sesuai amanat pimpinan. Tidak lebih dan tidak kurang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Berbeda dengan di dalam kelas pada saat proses KBM, saya lebih suka menilai berdasarkan proses bukan berdasarkan hasil. Buktinya, apabila prosesnya baik maka hasilnya juga baik. Pada saat kelas X, saya adakan perjanjian. Siswa dengan nilai fisika 9, diharapkan mendapatkan nilai NUN minimal 9 atau 10 untuk mata pelajaran matematika. Karena di SMK fisika tidak termasuk mata pelajaran yang di UAN-kan. Dan Alhamdulillah, hampir 90% siswa mau berjuang mencapainya. Masalah teman-teman di sebelahnya ikut mendapatkan nilai 9 bahkan itu bukan urusan saya. Biasanya anak-anak yang mendapat nilai 9 maupun 10 bidang mata pelajaran matematika hasil copy paste, akan malu jika bertemu dengan saya. Memiliki beban moral. Berbeda dengan mereka yang memang hariannya pandai secara akademik. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sebagai guru saya sangat paham, kalau setiap anak pasti memiliki kelebihan. Meskipun hanya satu pasti mereka punya. Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan tanpa kelebihan. Tidak bisa fisika tidak apa-apa, yang penting mereka tahu potensi yang dimilikinya di bidang apa? Bisa olah raga, seni budaya, musik, agama, bahasa dan lain sebagainya. Bukan hanya siswa yang menguasai sains saja yang bisa sukses di masa depan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kembali pada masalah dampak negatif Ujian Nasional. Semoga di masa depan Pemerintah semakin arif dan bijaksana dalam merumuskan syarat kelulusan bagi siswa baik SD, SMP/MTsN mapun SMA/SMK/MA. Sehingga jujur selalu mujur, bukan jujur ajur lagi. Sesuai dengan hukum III Newton, “Aksi = - reaksi”. Siapa yang menanam akan menuai. Amin. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
<br />
<br />
Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-14840544353985495412011-06-07T19:43:00.000-07:002011-06-07T19:55:18.809-07:00Menemani Anak Menyelesaikan Konflik Pribadi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfSwabDS5RK1gr75-wg2bIjjbvGfabmPZHSMthmnYvEFupaW_pFih-P5DoLTKyBAB3fizT6Q0fq8wj1GHGx2Pdi7Pf7HRl-Bek77fU5QqJgtCJgNcAMApXBV6l9cITDB5ptTnq8zXWEy0j/s1600/100_1452.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfSwabDS5RK1gr75-wg2bIjjbvGfabmPZHSMthmnYvEFupaW_pFih-P5DoLTKyBAB3fizT6Q0fq8wj1GHGx2Pdi7Pf7HRl-Bek77fU5QqJgtCJgNcAMApXBV6l9cITDB5ptTnq8zXWEy0j/s200/100_1452.JPG" width="200" /></a></div>Cara yang digunakan oleh pribadi untuk bergaul adalah urusan mereka. Jika anak Anda mengalami kesulitan bergaul dengan temannya, maka hubungan yang buruk diantara keduanya adalah masalah mereka. Bukan masalah Anda, sebagai orangtuanya. <br />
Suatu hari Nina mengeluhkan perlakuan tidak adil yang diterimanya dari seorang guru. Pada awalnya dia berharap bantuan kedua orangtuanya untuk membantunya menghadapi guru di sekolah. Namun kedua orangtua Nina sangat bijaksana. Mereka bersifat netral di dalam perselisihan yang dihadapi putrinya. Mereka hanya melakukan diskusi kecil atau rapat kecil di rumah untuk membahas masalah yang dihadapi Nina. Kedua orangtua Nina hanya memberi saran perilaku yang bisa dilakukan Nina untuk memperbaiki permasalahan yang sedang dia hadapi. Semuanya dikembalikan kepada Nina. <br />
<a name='more'></a><br />
Sebenarnya bukan sekali ini dia menghadapi perlakuan tidak adil dari gurunya. Pada saat di SD dia pernah mengalaminya. Dan berani berjuang untuk memperbaikinya. Sehingga pada saat permasalahan yang hampir sama hadir kembali dalam kehidupannya. Nina berani berjuang untuk memperbaikinya. <br />
Anak-anak harus belajar menghadapi orang-orang yang tidak menyenangkan seperti; tukang gertak, pengadu, anak yang kasar, teman yang suka bohong bahkan teman yang suka mencuri. Selain itu anak-anak harus belajar memperbaiki situasi yang tidak menyenangkan. Ini merupakan situasi riil yang akan sering dijumpai anak dan mereka harus belajar cara-cara memecahkannya.<br />
Campur tangan orangtua bukan hanya tidak perlu, melainkan juga merusak. Karena dapat mengakibatkan, tanpa campur tangan orangtua mereka tidak mampu mengurus diri sendiri. Perlu dipahami, anak mempunyai kemampuan memecahkan masalah mereka sendiri. Tugas orangtua mendampingi anak menyelesaikan konflik yang sedang dihadapinya.Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-55152798843596823432011-06-05T17:04:00.000-07:002011-06-07T19:44:26.964-07:00Keluarga Yang Utuh Membuat Anak Bahagia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNxuWDwo4PLe6KJwexNxf0eGOgp1rt4OrFUhVsEk2yeBmbYHZms5YyVm_h8TgeZ2HHsXN6nuXnXrf1y4PWJo6mm4kncZrmYfUobVu9i_7xddlI8how296uGtjViBewxOE4eGQFXklMcMiu/s1600/100_0173.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNxuWDwo4PLe6KJwexNxf0eGOgp1rt4OrFUhVsEk2yeBmbYHZms5YyVm_h8TgeZ2HHsXN6nuXnXrf1y4PWJo6mm4kncZrmYfUobVu9i_7xddlI8how296uGtjViBewxOE4eGQFXklMcMiu/s200/100_0173.JPG" width="200" /></a></div><br />
Keluarga yang utuh, terdiri dari ayah dan ibu, ternyata menjadi aspek yang paling berpengaruh pada perkembangan emosional anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang utuh dan secara teratur melewatkan makan malam bersama merasa lebih bahagia dengan hidupnya. Benarkah?<br />
Saya coba meneliti pada beberapa siswa yang mengalami masalah di sekolah. Salah satunya Madya. Seorang yang miliki fisik dan penampilan prima. Namun sayang sekali dia selalu membuat masalah di sekolah. Ada saja masalah yang dibuatnya di sekolah; terlambat masuk sekolah, terlambat masuk kelas, bolos sekolah, merokok di sekolah, malas dan selalu bersikap apatis terhadap semua mata pelajaran.<br />
<a name='more'></a><br />
Seharusnya Madya banyak bersyukur. Badannya bagus dan tegap, proporsional. Memakai baju apa saja selalu pantas dia pakai selalu terkesan elegan. Pada dasarnya dia memiliki potensi dibidang seni. Meskipun dia tidak menguasai matematika, fisika dan produktif. Andai Madya mau sedikit peduli, saya yakin dia bisa. Namun sayang, dia lebih suka bersikap masa bodoh.<br />
Pada awalnya, saya sempat kecewa dengan sikapnya. Namun sejak saya mengetahui permasalahan keluarganya. Saya coba dekati dan terus menerus mengingatkannya untuk memperbanyak bersyukur. Meskipun saya tahu itu sulit baginya. Dia tidak pernah mendapat pendidikan agama di rumahnya. Pendidikan agama hanya diperoleh dari sekolah. Menyedihkan sekali. <br />
“Selamat pagi bu”, tiba-tiba Madya menyapa saya di pagi yang cerah di depan sekolah.<br />
“Pagi juga”, jawab saya sambil mengernyitkan dahi merasa heran Madya mau menyapa dan terlihat bahagia. Tidak biasanya Madya terlihat bahagia dan mau menyapa guru maupun teman seperti pagi ini. <br />
Hampir setiap hari, selalu terlihat mendung di wajahnya. Mukanya lebih sering terlihat murung meskipun udara sangat cerah dan matahari bersinar terang. Wajah gantengnya bagai gunung tertutup kabut hitam pekat yang enggan berpindah tempat. Tiada senyum, tiada canda maupun tawa. Melihatnya tersenyum, bagai mendapat durian runtuh rasanya. Senang dan bahagia sekali.<br />
Jam ke-5 saya ada KBM di kelasnya. Setelah saya buka, tiba-tiba Madya menyodorkan beberapa tugas yang telah mampu di selesaikannya meskipun pada dasarnya sebagian besar hanya copy paste pekerjaan teman, namun niatnya untuk menyelesaikan tugas benar-benar saya hargai. <br />
“Terima kasih. Ini tugas-tugas wajib saya. Alhamdulillah hampir semuanya saya selesaikan”, kata Madya sambil tersenyum. <br />
“Terima kasih kembali, sudah mau berjuang”, jawab saya sambil menerima dan mengoreksi tugas yang sudah dikerjakannya.<br />
“Butuh perjuangan yang sangat berat”, katanya seolah pada dirinya sendiri.<br />
“Sudah lega?”<br />
“Alhamdulillah sedikit lega”<br />
“Mengapa hanya sedikit?”<br />
“Ya, baru berkurang sedikit”<br />
“Pelajaran yang lain bagaimana?”<br />
“Alhamdulillah sudah selesai semua”<br />
“Wow ... baguslah kalau seperti itu”<br />
“Mengapa wow???”<br />
“Ha ha ha .... senang saja Dya!. Senang melihatmu tersenyum, biasanya ibu terasa sesak nafas setiap kali memandang wajahmu”<br />
‘Sesak nafas ...? Bisa saja”<br />
“Buktinya bisa ...”<br />
“Saya akan berjuang supaya bisa berubah. Supaya ibu tidak sesak nafas lagi. Mohon doanya”, kata Madya memohon.<br />
“Bersemangat!. Buktikan merahmu!”<br />
“Memangnya iklan rokok?!. Ha ha ha ... bersemangat!” <br />
Kedua orang tua Madya bercerai dia ikut neneknya. Oleh karena itu dia sering melamun, apatis dan selalu berperilaku negatif. Semua itu akibat tekanan perasaan yang dirasakannya. Sebenarnya bukan hanya Madya. Di sekolah terdapat Madya-Madya yang lain. Mereka butuh teman berbagi beban perasaan. Butuh dukungan dan motivasi. Mereka juga berhak meraih sukses di masa depan. <br />
Berbeda dengan teman-temannya yang memiliki keluarga utuh. Meskipun tingkat ekonomi mereka termasuk kategori miskin namun semangat dan senyum mereka terlihat berbeda. Mereka memiliki orangtua yang mampu memberi penguatan. Sedangkan anak-anak yang berasal dari keluarga berantakan selalu mengalami kebimbangan dan ketidak stabilan emosi. Akibatnya mereka lebih banyak berbuat keburukan.<br />
Oleh karena itu, kami Wali kelas, Guru mata pelajaran, Bimbingan Konseling serta Kepala Sekolah berusaha bekerja sama, mengembangkan potensi dan memberi motivasi supaya hidup mereka sedikit lebih bahagia. Sehingga, mampu meraih sukses di masa depan.Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-54084128506905838412011-06-04T21:26:00.000-07:002011-08-20T06:08:54.301-07:00Rendam Kaki dan Pemijatan Atasi Sulit Tidur<link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1435444506;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-863574068 -736306448 69271555 69271557 69271553 69271555 69271557 69271553 69271555 69271557;}
@list l0:level1
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rendam kaki. Aktifitas sederhana sangat bermanfaat mengatasi sulit tidur. Benarkah? Kalau tidak percaya silahkan mencoba. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kita butuh tidur setidaknya enam jam sehari untuk hidup sehat. Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, terutama yang tinggal di kota besar, tampaknya persyaratan tidur enam jam makin sulit di penuhi. Bagaimana dengan masyarakat pedesaan?. Ternyata sama saja. Apalagi mereka yang memiliki usaha. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kurang tidur kronis ternyata punya kaitan dengan penyakit serius sepertii penyakit jantung, diabetis militus dan obesitas. Saya punya kenangan dengan salah seorang teman guru di sekolah. Beliau sulit tidur apalagi jika sedang ada banyak tugas dan masalah. Namun anehnya badannya bukannya bertambah kurus melainkan bertambah gemuk. Bahkan cenderung obesitas. Ternyata, pada saat begadang, makan jalan terus, terutama makanan ringan yang banyak mengandung MSG. Hasilnya tubuhnya semakin bulat seperti bola. Berbeda apabila beliau sedang tidak banyak beban kerjamaupun sedang tidak ada masalah. Tubuhnya bisa turun beberapa kilo dan terlihat seksi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Tehnik merendam kaki. Apabila kita mengalami kelelahan terutama kelelahan pikiran, mandi dengan air hangat sepulang kerja. Rendam kaki dengan air hangat. Pertama kaki direndam air panas semata kaki. Kemudian tambah dengan air panas sedikit demi sedikit. Air itu harus cukup panas. Untuk membuat kaki yang terendam air terlihat kemerahan. Lakukan selama 15 menit atau 20 menit. <br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Tehnik merendam kaki ini saya peroleh dari nenek saya. Pada waktu sekolah, karena banyaknya kesibukan organisasi sekolah yang harus saya jalankan. Nenek selalu menyiapkan air hangat untuk mandi dan menyiapkan rendaman kaki setiap kali pulang kegiatan sekolah. Dilanjutkan tidur tanpa alas kepala (bantal). Tujuan utamanya supaya saya bisa rileks dan cepat bisa istirahat (tidur) sehingga bisa bangun tengah malam dalam keadaan lebih nyaman. Masalahnya nenek saya disiplin sekali menjalankan sholat malam atau sholat tahajud. Sejak kecil cucu-cucunya sudah dibiasakan bangun tengah malam sekitar jam 03.00 WIB. Sehingga menjadi kebiasaan hingga dewasa. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Bila tehnik peredaman kaki tidak membuahkan hasil, baru dilakukan pemijatan. Sekarang kegiatan ini saya biasakan juga pada keluarga kecil saya. Alhamdulillah ada hasilnya. Mampu mempererat hubungan saya dengan suami dan anak-anak. Memijat sambil mendengarkan anak bercerita tentang apa saja terutama tentang kegiatan di sekolah, teman-teman, inspirasi, imaginasi dan mimpi mereka. Membuat kehidupan kami semakin bahagia. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Cukup tidur itu penting. Sepenting apa ... ? </div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Tidur nyenyak membuat tubuh mampu memperbaiki sel-sel rusak.</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Memperbaiki kondisi mental bahkan mampu memperbaiki konsentrasi dan daya ingat. </div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Membuat sistim imun tubuh bekerja dengan baik.</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Memmberi waktu bagi neurons untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada siang hari.</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Kulit akan memperbaiki diri, termasuk kerusakan akibat sinar ultraviolet.</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Keseimbangan hormon lebih terjaga.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">Semoga ada guna dan manfaatnya. Selamat tidur ... semoga selalu sehat dan bahagia. Amin.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfVt5fTxrzVNEUECJcqEBobgJ8LNvpz__9Ri0S75uayd0fMtolrGl0X4EPpF6H3onwlrnjXaq3N_OXhPR5mv2HBigqePTkLuo7ulKARECGSKWhr8SJicbDK6pFGU6wEFMixkea20IOOTEB/s1600/100_0178.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfVt5fTxrzVNEUECJcqEBobgJ8LNvpz__9Ri0S75uayd0fMtolrGl0X4EPpF6H3onwlrnjXaq3N_OXhPR5mv2HBigqePTkLuo7ulKARECGSKWhr8SJicbDK6pFGU6wEFMixkea20IOOTEB/s200/100_0178.JPG" width="200" /></a></div><br />
Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-54272067194757701542011-05-21T20:18:00.001-07:002011-08-20T06:03:06.874-07:00Bermain Peran Salah Satu Upaya Mengubah Perilaku Buruk Anak<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiT1BYh0pCZcS56VUxW7ZZFLbhmCFimCrtWzXyNlQJJHX16cFcZtYtq3rR80bzEwjgg_cChwRO5vUaCbHBtT7Am4UJrkk0vMyNAuQ-APnmkDuuxtIM7P1RdsWne6y2whIdpNHiZ5JAXXiG/s1600/Paud1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiT1BYh0pCZcS56VUxW7ZZFLbhmCFimCrtWzXyNlQJJHX16cFcZtYtq3rR80bzEwjgg_cChwRO5vUaCbHBtT7Am4UJrkk0vMyNAuQ-APnmkDuuxtIM7P1RdsWne6y2whIdpNHiZ5JAXXiG/s200/Paud1.jpg" width="200" /></a></div>Dimasa lalu, anak-anak lebih suka bermain dengan teman dibandingkan duduk manis di depan televisi. Namun kini keadaan sudah berubah. Begitu juga dengan kebiasaan anak-anak. Akibatnya perilaku anak-anak sekarang juga banyak berubah. Lebih banyak meniru kebiasaan buruk tayangan televisi. Apabila orangtua tidak segera pengambil peran aktif dalam pengasuhan tumbuh kembang anak akan berakibat tidak baik di masa remaja dan dewasa mereka.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dina, tetangga dekat rumah. Usianya masih balita. Namun dia memiliki perilaku kasar, suka membentak, cengeng, semaunya sendiri, dan masih banyak yang lainnya. Beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan diri berkunjung ke rumahnya. Ternyata Dina lebih banyak mengkonsumsi siaran televisi dibandingkan bermain dengan teman-temannya. <br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Orangtuanya sibuk bekerja, dia lebih banyak bermain dengan pengasuhnya yang suka menonton acara orang dewasa. Ibunya juga suka menonton sinetron di malam hari. Pulang kerja bukannya mengasuh atau mendongeng melainkan sibuk menikmati sinetron. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Alhamdulillah, dengan adanya PAUD di posyandu dekat rumah, kegiatannya menonton televisi Dina agak sedikit berkurang. Setiap hari senin dan rabu Dina ikut belajar dan bermain di PAUD Kusuma Bangsa. Salah satu kegiatan yang paling disukai Dina adalah bermain peran. Dina sering mendapat peran manjadi seorang gadis kecil yang manis dan santun, atau menjadi seorang gadis periang, pemberani dan tidak cengeng. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ternyata peran Dina di Pos Paud sangat mempengaruhi perilakunya. Menurut informasi yang saya terima dari ibunya, perilaku Dina banyak berubah. Dulu Dina suka marah dan cengeng. Sekarang Dina menjadi anak yang pemberani dan sopan. Kedua orangtuanya sangat senang melihat perubahan perilaku Dina di sekolah. Dan Alhamdulillah, saat ini, ibu Dina lebih banyak memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain peran dengan Dina dibanding menonton sinetron. Begitu juga dengan pengasuhnya, belajar memperbaiki pola pengasuhannya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Bermain peran bisa menjadi ajang belajar bagi anak, baik belajar membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu, mengenal tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan kita. Tenyatabermain peran mampu mengubah perilaku buruk anak. Orangtua cukup memberikan informasi sebelum anak mulai bermain, dan atau lebih baik kalau orangtua terlibat dalam permainan agar bisa menggali imaginasi dan mengenalkan informasi baru pada anak. Orangtua jangan mendominasi permainan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Semoga pengalaman sederhana ini ada guna dan manfaatnya. Amin. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-90823764145871957312011-05-17T16:50:00.000-07:002011-05-17T16:56:52.475-07:00Bidik Misi Unesa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8292Dgp8XUh3YzBS89emK-2-fNWxSvAYjhxkaJNIGTXjGFCSOF0TOijxtQzCqXtR4rgBqaYatQiNzhf93-gSXx1mWn1TXN-8tmkEupKqVmE5i1F2pKx_KwbJfgSTRiS2uSFiY1p7kyRUy/s1600/IMG_1178.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8292Dgp8XUh3YzBS89emK-2-fNWxSvAYjhxkaJNIGTXjGFCSOF0TOijxtQzCqXtR4rgBqaYatQiNzhf93-gSXx1mWn1TXN-8tmkEupKqVmE5i1F2pKx_KwbJfgSTRiS2uSFiY1p7kyRUy/s200/IMG_1178.jpg" width="200" /></a></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saya baru saja selesai sholat Magrib, tiba-tiba ada sms masuk. Ternyata sms dari Trisnawati siswa kelas XIITPfL3. Dia mengabarkan kalau diterima Bisik Misi Unesa. Belum selesai saya baca, tiba-tiba dia telpon sambil menangis bahagia, “Bu, saya diterima di Unesa. Saya bahagia sekali”. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Perasaan saya waktu itu tidak bisa saya gambarkan. Saya sangat bahagia. Trisnawati sangat dekat dengan saya sejak kelas X. Meskipun berasal dari keluarga miskin yang berantakan, namun dia memiliki semangat belajar dan semangat hidup yang sangat luar biasa. Selama di SMP dan SMK dia menjadi anak asuh Bu Eny guru SMP negeri 2 Kertosono. Suatu saat akan saya ceritakan pada artikel tersendiri.</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kabar gembira ini saya sebarkan ke teman-teman guru. Pada saat selesai sholat Isya’ saya terus kepikiran bagaimana nasib Dwi Susanto. Dia merupakan siswa terbaik di kelas XIITM2. Pada saat perpisahan sekolah dia mendekati saya, dan terus menerus berharap saya tidak pernah lupa mendoakan dia diterima Bidik Misi Unesa. Waktu bercerita matanya berkaca-kaca. Saya sampai sesak nafas mendengarkan harapannya. Sehingga malam ini pikiran saya terus menerus tertuju pada Dwi. Sempat kawatir kalau sampai Dwi tidak diterima.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Pada saat masih dalam keadaan merenung dan memohon kemudahan untuk kebaikan Dwi. Tiba-tiba ada sms masuk. Sms dari Dwi. Alhamdulillah dia diterima Bidik Misi Unesa. Rasanya tubuh saya melayang karena bahagia. Hati saya sangat lega. Lama sekali saya hanya bisa diam, teringat bagaimana Dwi dan Trisna terus menerus melakukan tehnik visualisasi di Unesa. Mereka berdua benar-benar memiliki keinginan untuk bisa melanjutkan belajarnya di Unesa. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebenarnya sejak dua hari yang lalu saya terus menerus sms-an sama Trisna. Terutama mengabarkan nilai 10 pada bidang studi matematika yang telah mampu dia raih. Trisna senang sekali mendapat kabar bahagia dari saya. Kembali saya berharap dia memperbarui cerita biografinya. Cerita perjuangannya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai SMK bahkan hingga kuliah di Unesa. Meskipun sebagian sudah saya tuliskan di blog ini dua tahun yang lalu. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Untuk Trisna saya sangat optimis diterima di Unesa, karena keluarganya sudah di survey oleh Unesa. Sebenarnya masih ada satu lagi, yaituuNur’aini. Satu-satunya cewek dari jurusan Tehnik Pemesinan. Nur’aini keluarganya juga sudah disurvey sehingga saya optimis diterima di Unesa. Pengalaman tahun kemarin, Nanang Suroso keluarganya di survey ITS. Diterima Bidik Misi ITS. Berbeda dengan dwi Susanto, sampai kemarin keluarganya belum disurvey Unesa. Sehingga dia sempat pemisis. Begitu juga saya dan Pak Anam. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Pada awalnya Nur’aini sempat berkeinginan mendaftar di ITS namun Alhamdulillah dia mau menerima saran kami untuk mengambil jurusan Pendidikan Tehnik Pemesinan Unesa. Dan Alhamdulillah dia diterima. Nur’aini lebih pendiam berbeda dengan Trisna dan Dwi, sikapnya lebih hati-hati dan santun. Setiap hari ke sekolah naik sepeda onthel menempuh jarak lebih dari 10 km. Namun semua itu dia jalani dengan ikhlas. Subhanallah, Allah memudahkan perjuangannya melanjutkan belajar lagi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Sayang sekali hari ini saya tidak bisa hadir ke sekolah, karena harus mengurus ijin pendirian PAUD (Pendidikan Anak usia Dini) ke Notaris. Meskipun seharusnya saya ada di SMK menghibur dan memotivasi mereka yang gagal kuliah melalui jalur Bidik Misi. Semoga anak-anak fokus pada kemudahan yang diberikan Allah dibalik setiap kegagalan. Bukan terpuruk merenungi kegagalan. Buang-buang waktu percuma. Meskipun kecewa bersifat manusiawi. Namun mereka harus kuat dan tidak patah semangat. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Semoga mereka masih ingat Hukum I Newton; “Setiap benda bersifat lembam, selalu ingin mempertahankan kedudukannya”. Begitu juga manusia. Kalaupun anak-anak sudah pernah bergerak dan berjuang. Meskipun kali ini mereka gagal, mereka tetap harus melanjutkan perjuangannya. Jangan berhenti di tengah jalan. Insyaallah kemudahan itu akan datang. Amin. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-15325228089109627952011-05-15T04:46:00.000-07:002011-05-15T05:04:23.818-07:00Cowok Cakep Pemegang Sabit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiowj91qXAEdCg8eKMJY_QpZqGG6bIguKyH170ZheDfSkis0lw4lKSQDYtBSLO-w301N4Qr0yvS6T9PrxRPY6tNRYztMRZKTreu1C8iStTdnqn3SW9k_kZvaD6_qqlWIp5Gm1mgrAoRkPlA/s1600/202825_100000816665183_7842318_n.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="200" width="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiowj91qXAEdCg8eKMJY_QpZqGG6bIguKyH170ZheDfSkis0lw4lKSQDYtBSLO-w301N4Qr0yvS6T9PrxRPY6tNRYztMRZKTreu1C8iStTdnqn3SW9k_kZvaD6_qqlWIp5Gm1mgrAoRkPlA/s200/202825_100000816665183_7842318_n.jpg" /></a></div><br />
<link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CKBP%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pagi ini tiba-tiba saya ingin mengenang kelas TM3 angkatan 2009-2010. Kelas paling unik di sekolah kami. Dihuni siswa-siswa berprestasi, memiliki kejujuran tinggi. Sebagian besar kalau bicara seenaknya sendiri, seperti tanpa beban. Kompak, bersaing secara sehat, tidak saling menjatuhkan, berani menjadi dirinya sendiri, dan memiliki sportifitas tinggi. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Meskipun mereka sudah meninggalkan sekolah sejak setahun yang lalu. Ada beberapa siswa yang masih saya ingat sampai sekarang. Ingat pola pikir dan gaya bicaranya. Salah satunya adalah Riki. Bicaranya ceplas-ceplos, namun sopan, jujur dan berani tampil menjadi diri sendiri. Penampilannya selalu rapi dan terkesan elegan. Siapapun tidak akan percaya kalau pekerjaanya setiap hari mencari rumput untuk pakan sapi. Saya saja sebagai gurunya memerlukan waktu beberapa bulan untuk mempercayainya.</div><a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Lihat tangan kami, jangan lihat penampilan kami”, sambil menyodorkan tangannya yang kasar akibat sering mencari rumput. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kurang percaya, tambah satu lagi. Ini bu, raba tangan Mukhlis. Dia seprofesi dengan saya”, Mukhlis ikut menodorkan tangannya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya diam saja, masih belum percaya. Riki saja, saya tidak percaya apalagi Mukhlis lebih parah. Lebih tidak percaya. Mukhlis penampilannya lebih elegan, anaknya sangat cerdas dan sopan. Kesannya lebih tidak peduli dengan lingkungannya. Lebih pendiam tapi murah senyum. Sangat percaya diri. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kalau kurang percaya, absen 36. Tangannya lebih parah. Kasar, hitam dan menyebalkan. Ha ha ha ...!”, kata Riki bercanda.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Absen 36, Roziq hanya tersenyum di ledek Riski. Maju ke depan ikut menyodorkan tangannya. Saya memang jarang sekali memanggil Roziq dengan memanggil namanya namun lebih suka menyebut nomor absennya. Dan diapun sepakat. Seorang anak yang imut karena perutnya gendut. Meskipun gendut namun dia memiliki mobilitas tinggi, memiliki banyak ide dan kreatifitas. Aktif dalam kegiatan pramuka. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya masih diam, karena memang belum percaya. Tiba-tiba Niko menyela, “Benar bu, mereka itu hanya kumpulan pengarit-pengarit mania”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Lebih baik pengarit mania daripada <b>tukang tadah mania</b>. Hanya bisa meminta tanpa bekerja. Kalau Niko beda bu, dia itu tukang tadah. Anak mama”, bela Riki.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Benar bu”, bela Mukhlis.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kalian itu sirik, tanda tak mampu!”, ejek Niko sambil menjulurkan lidah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Meskipun mereka sering saling meledek, namun sangat kompak serta tidak mudah marah. Itulah kelebihannya siswa kelas XITM3. Saat ini, Riki dan Mukhlis memutuskan kuliah di Universitas swasta dekat rumah karena mereka masih memiliki tanggung jawab merawat sapi. Setiap hari pulang ke rumah, tidak pernah kost. Setiap hari menjalani profesinya, menyabit rumput. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Bila ada waktu luang pasti main ke sekolah. Mereka mengatas namakan <b>Cowok Cakep Pemegang Sabit Mania.</b> Kalau sudah berkumpul di perpustakaan sekolah bisa bikin heboh, suka melanggar aturan. Berisik, ada saja ceritanya; cerita teman-teman kuliahnya, prestasi akademiknya, suka dukanya kuliah, misi hidupnya dan lain sebagainya. Biasanya mereka datang berenam bersama Nanang yang saat ini diterima Bidik Misi di ITS. Saling meledek, lupa kalau sudah semakin dewasa.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ada tugas wajib yang harus saya jalani. Mendengarkan dan menjadi saksi perjalanan hidup mereka. Menunggu hasilnya, minimal lima tahun ke depan. Menunggu keberhasilan mereka. “Jangan lupa berdoa buat keberhasilan kami semua”, pesan sponsor mereka. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Hari ini kami belum membawa apa-apa. Kalaupun kami membawa buah tangan, pasti ibu akan bertanya ...”, belum selesai Riki berkata.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Uang siapa?”, sahut Niko.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Darimana?”, sambung Mukhlis.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Keringat siapa?!”, Nanangpun ikut bicara. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> “Membuat kami repot menjawabnya”, lanjut Niko diplomatis.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Betul ... betul ... betul!”, jawab mereka kompak.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya hanya bisa tersenyum sambil mendengarkan apa kata mereka. Percuma saja beradu argumentasi dengan mereka. Tidak ada gunanya. Buang-buang waktu percuma. Daripada bicara, lebih baik berdoa sesuai pesan sponsor mereka. Satu yang belum bisa datang, Wibi. Saat ini dia ada di Malaysia. Sesuai dengan mimpinya, terpaksa mencari modal di negara tetangga untuk membuka usaha. Meskipun demikian dia masih sering telepon. Kami masih bisa sering bertemu walaupun hanya sebatas di dunia maya. Di Facebook. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya akan sabar menunggu mereka minimal lima tahun yang akan datang. Semoga Allah masih memberi umur panjang, sehingga saya masih memiliki waktu melihat keberhasilan, dan kebahagiaan mereka di masa datang. Amin. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <o:p></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfb8ckLhSmQatQuThwu4llKa-0H6M2vsghUv55bBuGaI6jmpTcNht8Q_TyTBYD24BoFs4NYwwUGYoGY9v62cN-PBAQHgB3cwDj4dBtUVV2Rj-aZZJ9-n-OSTEMB7YNxQUhzkmrORh6sDp7/s1600/29851_121696307847211_100000205281154_300742_7935648_n.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="150" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfb8ckLhSmQatQuThwu4llKa-0H6M2vsghUv55bBuGaI6jmpTcNht8Q_TyTBYD24BoFs4NYwwUGYoGY9v62cN-PBAQHgB3cwDj4dBtUVV2Rj-aZZJ9-n-OSTEMB7YNxQUhzkmrORh6sDp7/s200/29851_121696307847211_100000205281154_300742_7935648_n.jpg" /></a></div><br />
Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-86675331709496751162011-05-11T16:01:00.000-07:002011-05-13T13:48:59.746-07:00Ketegaran Hati Rizki<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal">Siang itu udara sangat panas. Suasana perpustakaan sekolah masih lengang hanya ada satu dua siswa kelas XII yang sudah selesai ujian. Menunggu pengumuman ujian sekolah dan mencari informasi lowongan kerja dari BKK. </div><div class="MsoNormal"> Tiba-tiba bu Wati datang membawa kabar tentang keberadaan Rizki siswa kelas XTL2. Beliau baru saja terima sms dari Rizki yang sedang berada di Bali. Sudah dua hari Rizki tidak masuk sekolah, tidak biasanya dia bolos sekolah tanpa kabar berita. Rizki seorang siswa yang cerdas dan selalu ceria. Sehingga pada saat Rizki tidak masuk sekolah wali kelasnya sibuk mencari informasi tentang keberadaan siswanya.</div><div class="MsoNormal"> “Bu, tolong jika besuk pagi Rizki belum masuk jangan di A (Alpa), namun di I (ijin) saja”, pesan bu Wati pada saya.</div><a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal"> “Baik bu wati sayang. He he he ...”, canda saya.</div><div class="MsoNormal"> “Keluarganya sedang bermasalah. Saat ini dia sedang berada di Bali. Mungkin ijin selama seminggu”, lanjutnya menambah informasi sebelumnya.</div><div class="MsoNormal"> Bu Wati, seorang wali kelas yang penuh dedikasi. Beliau sangat peduli pada siswa-siswanya. Saya sangat suka padanya. Suka pada perhatian dan kasih sayangnya pada saat mengajar. Juga suka pada inovasi dan kreatifitas mengajar beliau. </div><div class="MsoNormal"> “Kasihan anak-anak, sebagian besar orangtuanya bermasalah. Akibat keterbatasan ekonomi, meniimbulkan banyak konflik”, kata beliau seolah pada dirinya sendiri. </div><div class="MsoNormal"> “Yah begitulah. Oleh karena itu kita harus banyak bersabar menghadapi anak-anak di kelas. Kita harus saling mengingatkan dan bekerja sama dalam membimbing mereka”</div><div class="MsoNormal"> “Semoga Rizki diberi ketabahan”, lanjut bu Wati.</div><div class="MsoNormal"> “Amin”, jawab saya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Senin jam ke 5-6 saya masuk ruang kelas XL2 bel masuk baru saja terdengar. Istirahat baru saja usai. Sebagian besar anak-anak masih di luar kelas. Dari jauh sudah terlihat Rizki sedang bermain dengan temannya. “Alhamdulillah”, ucap saya dalam hati.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebelum masuk kelas, Rizki sudah memohon maaf pada saya karena beberapa hari yang lalu meninggalkan jam Fisika tanpa ijin. Kemudian tanpa saya minta menceritakan permasalahannya. Permasalahan keluarganya. Dia bercerita dengan penuh semangat dan tak lupa selalu tersenyum bahagia. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ibunya berasal dari Banyuwangi. Namun Saat ini neneknya sedang berada di Buleleng ikut buliknya dalam keadaan sakit parah. Sudah agak lama kedua orangtuanya berselisih paham. Puncaknya, beberapa hari yang lalu ibunya menangis minta diantar ke Buleleng, terpaksa malam-malam Rizki mengantar ibunya ke Bali. Karena ayahnya bekerja di Sidoarjo dan setiap dua minggu sekali baru pulang. Sementara adiknya terpaksa dititipkan di rumah tetangganya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saat ini Rizki hanya tinggal bersama adiknya yang baru duduk di kelas I SD. Dia terpaksa harus berperan sebagai bapak, ibu sekaligus kakak bagi adiknya. Setiap hari dia memasak, mencuci dan merawat sapi. Meskipun demikian dia jalani semua itu dengan penuh semangat. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Bu, doakan saya bisa menjalani hari-hari saya dengan tegar. Kedua orangtua saya bisa rukun kembali seperti sedia kala. Ekonomi keluarga kami bisa bertambah baik seperti beberapa waktu yang lalu”, kata Rizki memohon.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kamu pasti bisa. Bisa tegar dan kuat serta tabah. Siapa dulu gurunya .... ?’, jawab saya sambil tersenyum tentunya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Ibu tentunya ...!”, jawab Rizki tertawa.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Bukan saya, bu Wati tentunya!”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Ha ha ha ... iya ya!... bu Job Sheed!”, jawab Rizki sambil tersenyum bahagia.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Rizki pasti bisa ...”, belum selesai saya bicara.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Bisa mengubah permasalahan maupun kegagalan menjadi keberhasilan”, sela Rizki cepat.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Masih ingat rupanya?!”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Pasti. Rizki ....! Si anak Jenius!. Berani mengubah hambatan menjadi tantangan dan berjuang meraih keberhasilan. Jangan cengeng!. Dalam hal ini berlaku hukum apa bu? Hukum Kekekalan Energi atau hukum III Newton?”, kata Rizki sambil berlari menuju ke kursinya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Pernyataan Rizki tidak perlu dijawab. Dia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Di sekolah, bukan hanya Rizki yang saat ini sedang menghadapi masalah keluarga, namun masih ada beberapa Rizki-Rizki yang lain yang sedang bermasalah. Semoga kami, guru-gurunya mampu mendampingi mereka belajar dan menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan, mampu membangun karakternya. Sehingga anak-anak merasa bahagia berada di sekolah, karena sekolah mampu menjadi rumah kedua bagi mereka dan guru-gurunya mampu menjadi orangtua kedua bagi siswa. Amin. </div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-40646379198133761542011-05-10T17:54:00.001-07:002011-05-10T17:55:45.718-07:00Daftar Impian Sundari<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Siang itu udara sangat panas. Saya baru saja keluar dari ruang VIII, tiba-tiba Sundari berlari mengikuti langkah saya. Seperti biasa gadis cantik itu selalu murah senyum. Setelah mampu menjajari langkah saya, tiba-tiba dia bertanya,”Bu, ada jam?”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Tidak ada, kelas XI Otomasi anaknya prakerin. Jadi ibu sudah santai sekarang. Ada apa?’, tanya saya sambil menghentikan langkah menuju ruang guru.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Laptop saya baru”, katanya malu-malu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Alhamdulillah. Ibu sangat bahagia mendengarnya”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Mau tahu prosesnya?”, dia bertanya sambil menundukkan muka.<br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Pasti mau”, jawab saya cepat.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Bulan Januari yang lalu saya menuliskan 10 daftar impian saya. Salah satunya saya ingin laptop baru. Saya tidak bercerita pada siapapun. Tidak juga pada Bapak,ibu dan kaka saya. Subhanallah, pada bulan pebruari tiba-tiba mas Nur sms”, katanya sambil tersenyum bahagia.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Apa isi smsnya?”, tanya saya menyela. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Mau laptop?. Awalnya saya ragu, benarkah tawaran mas Nur ini?. Kemudian saya balas, kalau saya memang ingin sekali segera memiliki laptop”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya hanya diam mendengarkan kelanjutan cerita Sundari. Sambil mengingat profil Nur Hidayat kakaknya yang kebetulan juga salah siswa terbaik di SMK Negeri I kertosono. Saat ini dia dinas di Kalimantan, di Angkatan Darat sesuai impiannya sejak kecil. Meskipun sebelumnya dia sempat gagal dan sempat bekerja di Pertamina, namun Nur Hidayat tidak pernah berhenti bermimpi masuk Angkatan Darat. Saya mengikuti terus perkembangannya sejak kelas X hingga sekarang setelah Dinas di Kalimantan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Mengapa ibu diam saja”, tanya Sundari tiba-tiba.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Saya tiba-tiba kangen sama Masmu, Nur Hidayat. Ibu bangga padanya”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Pada adiknya juga!. Ha ha ha .... Mas Nur juga sering mengingat ibu. Sekarang adiknya juga mengikuti langkah kakaknya. Berani bermimpi dan berani berjuang mewujudkannya”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kalian memang luar biasa!”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Terima kasih bu. Mau tahu impian saya berikutnya?’, tanyanya bersemangat. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Pasti mau”, jawab saya cepat.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Saya ingin mendapat uang saku minimal seratus ribu rupiah pada saat kunjungan industri. Alhamdulillah, saya sudah mendapatkannya. Menjadi juara kelas lagi.”, katanya penuh percaya diri.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya hanya tersenyum sambil mendengarkan ceritanya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Bu saya ke kelas dulu. Bu Rum sudah siap mengajar di kelas saya”, katanya sambil berlari kembali ke kelasnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Bu, jangan lupa doakan saya segera bisa membeli modem eksternal,” Teriak Sundari dari jauh sebelum menghilang di balik pintu ruang VIII. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Amin!.” </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Seperti itulah kehidupan kami di sekolah. Hampir setiap hari ada saja siswa yang menceritakan keberhasilannya meraih mimpi-mimpinya. Andai saja diceritakan satu persatu bisa jadi ratusan bahkan ribuan cerita pendek. Apalagi sekarang dengan adanya facebook. Saya bisa bersilaturahmi dengan alumni yang tersebar di seluruh pelosok negeri dan juga di beberapa negara bahkan berbeda benua. Membahagiakan sekali. Semoga hidup ini penuh arti. Amin. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-77779063486953885542011-05-07T21:27:00.000-07:002011-05-07T21:28:11.394-07:00Kevin, Kembalilah ke Sekolah!<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Seperti biasa, setiap hari senin, saya harus bersabar menunggu anak-anak ganti baju setelah mengikuti pelajaran olah raga. Udara di luar kelas terasa sangat panas. Sebagian besar siswa sudah ganti baju, siap untuk mengikuti jam fisika, sedangkan yang lainnya masih ada di kamar mandi bahkan masih ada yang masih membeli minum di kantin sekolah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Baru saja saya masuk kemudian duduk di meja guru. Tiba-tiba Kevin bertanya, “Bu, punya air minum?” </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Saya sempat terkejut, “Maaf Vin hari ini ibu tidak membawa air minum. Kamu haus, silahkan beli minum dulu, ibu masih sabar menanti”</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Saya tidak punya uang”, jawab Kevin dengan ekspresi sedih.<a name='more'></a></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Silahkan beli air mineral di kopsis?”, sambil saya serahkan uang seribu rupiah padanya. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kevin terlihat sangat senang menerima uang yang tidak seberapa. Dia berlari ke Koperasi Sekolah. Sebentar kemudian dia sudah kembali ke kelas dengan membawa 2 gelas air mineral. Sampai di tempat duduk, satu gelas dia minum sendiri, satunya di berikan ke temannya. Saya hanya diam, mengamati perilaku Kevin dan kawan-kawannya. Ternyata dia tidak hanya memikirkan diri sendiri. Saya bahagia melihatnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kevin terlihat sangat menikmati air mineral yang diminumnya. Saya tidak menyangka ternyata uang seribu rupiah sangat berarti baginya. Setelah habis airnya, dia minta ijin ke luar untuk membuang gelas plastik bungkus air ke tempat sampah di depan ruang kelas. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Alhamdulillah. Terima kasih bu. Semoga Allah membalas kebaikan ibu”, kata Kevin sekembalinya dari membuang sampah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “Amin. Sama-sama Vin”, saya menjawab sambil tersenyum.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kelas XM2 memiliki motivasi belajar tinggi meskipun jam fisika selesai pelajaran olah raga. Rata-rata kelasnya paling baik diantara enam kelas yang saya ajar. Meskipun ada satu dua siswa yang lambat belajar, namun semua itu tidak menimbulkan masalah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Semua itu kini tinggal kenangan. Ternyata hari itu, hari terakhir Kevin masuk sekolah. Sampai hari ini dia belum pernah masuk sekolah lagi. Sudah lebih dari satu bulan. Padahal orangtuanya sudah mendapat tiga kali surat panggilan. Kabar terakhir yang saya terima dari wali kelasnya. Kevin tidak mungkin sekolah lagi. Dia sekarang ikut kerja Bapak di Surabaya. Ternyata selama ini dia hidup dengan ibu tirinya. Ibunya sudah lama meninggal. Karena penghasilan bapak Kevin relatif kecil, ibu tirinya tidak setuju kalau Kevin sekolah. Selama ini, dia sering ke sekolah tanpa uang saku dan sarapan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Hampir setiap hari Kevin pulang pergi ke sekolah nggandol Truk barang. Kevin dan kawan-kawannya biasa mencari tumpangan dari perempatan Kertosono ke pasar Baron, begitu pula jika berangkat sekolah. Cari tumpangan truk barang dari perempatan baron ke perempatan Kertosono. Dari rumah ke perempatan Baron dia dibonceng temannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kevin seorang anak yang selalu ceria, dia tidak pernah memperlihatkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Sehingga saya tidak pernah tahu permasalahan hidupnya yang sebenarnya. Bicaranya ceplas-ceplos. Kalau saya menjelaskan materi tertentu dengan cepat. Dia berani mengingatkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Ibu, saya tidak sepandai Irwan, Aziz, maupun Zenip.”, kata Kevin seolah bicara pada dirinya sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Saya juga bu”, sahut yang lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Baiklah, ibu jelaskan kembali”</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Begitu juga pada saat praktikum selalu saja ada ide kreatifnya. Saya suka kejujurannya. Suka gaya bicaranya. Begitu juga dengan tingkah lakunya. Gaya rambut jabriknya, menantang langit. Tubuhnya yang gendut membuat gerakan tubuhnya terasa lucu dan imut. Merupakan hiburan tersendiri bagi saya. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kini, setiap kali mengajar di kelas XM2 terasa ada yang hilang. Biasanya ada Kevin yang selalu ceria menyapa saya dengan beberapa pernyataan yang bisa membuat perasaan saya terasa nyaman. Namun semuanya itu kini tinggal kenangan. Kevin terpaksa keluar sekolah untuk bekerja. Mencari uang untuk menyambung hidupnya. Meskipun dia bebas uang iuran sekolah, namun semua itu masih belum cukup, dia juga butuh makan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kevin kembalilah ke sekolah. Ibu sangat merindukanmu. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-6052602350487946492011-05-04T18:08:00.000-07:002011-05-04T18:27:41.884-07:00Setiap Pilihan Selalu Mengandung Konsekuensi<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh96D9hw3xGgt8ZV9td2cXvhs7GE15tisg9psA8mQG48wn_sanCyl1FNHyFMk8elzQvnlucvBN_V8Md0MB0vkLw1Sg5aqqFZFXRLCDz0zLrDsEheICXjREFC58oEnjOF0cKxLqEksQKPlLe/s1600/IMG_1177.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh96D9hw3xGgt8ZV9td2cXvhs7GE15tisg9psA8mQG48wn_sanCyl1FNHyFMk8elzQvnlucvBN_V8Md0MB0vkLw1Sg5aqqFZFXRLCDz0zLrDsEheICXjREFC58oEnjOF0cKxLqEksQKPlLe/s200/IMG_1177.jpg" width="200" /></a><b><i>Ketika memutuskan untuk memilih tentu kita memiliki alasan yang membuat kita berpikir bahwa jalan hidup itulah yang paling kita inginkan. Namun, setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing.</i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Tidak biasanya Dika dkk berbondng-bondong ke perpustakaan. Saya pikir mereka mau pinjam buku, ternyata mereka hanya menginginkan curhat masalah lomba band di SMAPAD. Ternyata keinginan mereka ada kendala. Hampir selama 15 menit mereka bergantian mengeluarkan isi hati mereka. Setelah emosi mereka reda, saya baru mulai bicara sambil tersenyum tentunya. <br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Mengapa ibu dari tadi diam saja?. Bagaimana bu? Sekarang malah tersenyum?!”, kata Nayan tiba-tiba. Saya masih tersenyum sambil mengambil nafas pelan-pelan sambil menatap mereka satu persatu. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya hanya mengatakan, “Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Di dalam setiap satu kesulitan tersedia minimal dua kemudahan”, kata Agung menyela.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kita harus fokus pada kemudahan yang sudah disediakan Tuhan. Jangan fokus pada kesulitan yang ada di depan mata”, Saiful melanjutkan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Berarti apa yang seharuskan kita lakukan?” , kata Dika </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Berjuang!”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Rawe-rawe rantas”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Kita harus bisa. Kita cari dukungan.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Memangnya siapa yang akan mendukung kita?”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Pak Wahyu, wali kelas kita.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Bu Damai, guru kesenian kita”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya hanya diam melihat semangat mereka. Saya biarkan mereka beradu argumentasi sendiri. Pada dasarnya saya sangat yakin mereka mampu mengatasi permasalahannya. Tugas saya sebagai guru hanya mendengarkan curahan hati mereka.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Ibu yakin kalian bisa menyelesaikan masalah tanpa bantuan siapapun. Ibu bangga pada kalian.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Mari kita tunjukkan, kalau kita bisa.”, kata Dika sambil mengajak teman-temannya menemui pak Wahyu dan bu Damai.<br />
"Ya benar, pasti bisa", jawab mereka serentak. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Membangun karakter siswa memang tidak mudah. Apalagi menghadapi anak-anak di masa kini yang sebagian besar pada dasarnya “Indigo”. Mendengarkan saya pikir lebih baik daripada nasehat. Biarkan anak-anak mencari solusi dari setiap permasalahan atau kesulitan yang sedang mereka hadapi. Tugas kita hanya mendampingi, memfasilitasi dan memotivasi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sudah waktunya anak-anak diberi kesempatan untuk merubah paradigma “Kemudahan akan datang setelah kesulitan”. Sebaliknya, mari kita mengajak anak-anak menggunakan paradigma baru “Dibalik satu kesulitan tersedia beberapa kemudahan” sehingga anak-anak berusaha fokus berjuang untuk mendapat kemudahan, bukannya menunggu kemudahan tetapi berjuang untuk mendapatkan kemudahan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-160265865465597872011-04-23T03:43:00.000-07:002011-04-23T04:05:13.408-07:00Pujian Secara Verbal yang Menyesatkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDo-hJwixyrFoKpxz3IC9_GXErv2ucXGhPWQLBlahYgSjgMQj0HppinVF7VjlOAwqTDnImGldevjCqrZUHm1T9PpUz6z81S-SG4GKBM8MaONqznQ2PrrkJYKfZi4V8rZreUtLUCcv2G6Xw/s1600/100_0898.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDo-hJwixyrFoKpxz3IC9_GXErv2ucXGhPWQLBlahYgSjgMQj0HppinVF7VjlOAwqTDnImGldevjCqrZUHm1T9PpUz6z81S-SG4GKBM8MaONqznQ2PrrkJYKfZi4V8rZreUtLUCcv2G6Xw/s200/100_0898.JPG" width="200" /></a></div><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Salah satu strategi yang biasa dilakukan guru untuk meningkatkan kepuasan peserta didik adalah melakukan pujian secara verbal. Pujian yang sering diucapkan guru, misalnya: “Bagus”, “Tepat sekali”, “Benar, lanjutkan”, “Indah sekali”, “Tepat, teruskan” dan masih banyak lagi yang lainnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Namun tanpa disadari, guru sering memberikan pujian yang berbahaya, karena justru menimbulkan permasalahan bagi peserta didik. <a name='more'></a></span><br />
<span style="font-size: small;">Begini ceritanya:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">a.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> * </span>Memuji sekaligus mengancam. Misalnya: “Bagus sekali, jangan sampai salah lagi. Saya kurangi nilaimu”. Guru bermaksud memuji dan memberi motivasi atau penguatan, namun peserta didik justru jadi takut dan ragu-ragu untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka takut kalau membuat kesalahan, takut kalau nilainya dikurangi. “Benar sekali, tumben benar. Biasanya kamu menjawab salah atau bisa juga “Ya benar sekali, tidak seperti sebelumnya. Kacau!”. Maksud guru memberi pujian, namun ternyata guru tersebut sekaligus menghina. Peserta didik merasa kecewa ketika kesalahannya diungkit-ungkit, dan merasa keberhasilannya kali ini tidak bermakna.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">b.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> * </span>Memuji sekaligus membandingkan dengan teman lain. Misalnya: “Ya, pekerjaanmu rapi. Tidak seperti pekerjaan temanmu sangat berantakan”, “Tepat sekali, tidak seperti temanmu tidak jelas jawabannya”, “Indah dan rapi, tidak seperti lukisan temanmu, jelek dan jorok”. Pujian guru ini mampu menimbulkan semangat dan kepuasan peserta didik tersebut, namun menimbulkan ketidaknyamana bagi peserta didik yang lainnya, terlebih yang dicela atau yang dibandingkan dengannya. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;">Ternyata memuji ada ilmunya. Tidak asal memuji supaya tidak menimbulkan iri dan sakit hati. Guru perlu fokus pada hal yang baik yang telah dilakukan peserta didik tersebut, tidak perlu membandingkan dengan pekerjaan sebelumnya, apalagi membandingkan dengan peserta didik yang lainnya. Sebaiknya guru memuji dengan membandingkan prestasi sebelumnya, “ Bagus, jawabanmu tepat semua. Ada peningkatan dibandingkan tugas-tugas sebelumnya. Terima kasih”</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;">“Memuji pakai hati”, ini pesanan peserta didik kami. Karena kalau saya memuji, mereka kadang bergurau, “Pakai hati bu?, Tidak perlu pakai sambal”. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;">Bentuk pujian yang diucapkan guru sangat berpengaruh pada perilaku siswa. Mari kita fokus pada perilaku positif sehingga pujian menjadi lebih efektif. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-4949251075920134783.post-19988363894915658732011-04-22T00:10:00.000-07:002011-04-22T00:10:29.112-07:00Percakapan Singkat Mampu Memperkuat Pemahaman Siswa akan Dirinya<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rasanya mustahil. Namun fakta ini bukan sulap bukan pula sihir. Saya dulu juga tidak pernah mempercayai pendapat ini, “Percakapan yang sangat singkat memiliki tenaga untuk mengikis atau memperkuat pemahaman seseorang atas dirinya(Adler, 1988)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>Kini di era global, era internet dimana jarak bukan lagi menjadi penghalang. Seorang guru bisa belajar banyak pada para alumni yang telah meninggalkan sekolah selama bertahun-tahun bahkan pulau dan benua telah memisahkan mereka berdua. Ahmat sudah lama lulus dari sekolah, dia telah meraih sukses di negeri orang bahkan telah mampu menjelajahi beberapa negara dan benua. Sementara gurunya masih tetap tinggal dikota yang sama dan belum pernah sekalipun berkunjung ke negeri orang. </div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>Siang itu ibu guru desa tersebut sedang membuka facebook. Tiba-tiba ada yang menyapa, “Malam ibu, Assalamualaikum”. Dalam hati beliau ngedumel, siapa pula anak ini mengapa siang-siang mencari masalah. Setelah di jawab ternyata tidak juga ada balasan. Karena ada keperluan lain maka beliau tidak sempat mencari tahu siapa yang menyapanya sianng itu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>Malam itu, kembali ibu guru desa tersebut membuka facebook, taba-tiba ada yang menyapa, ”Siang ibu, Assalamu’alaikum” karena penasaran beliau mencari tahu siapa sebenarnya Ahmat yang kembali membuatnya penasaran. Beliau melihat profilnya, foto-fotonya, ternyata benar Ahmat alumni sekolahnya. Namun ada yang membuatnya penasaran mengapa foto-foto Ahmat sangat berbeda berada di tempat yang sangat bersih dan indah serta banyak salju. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>“Waalaikum salam Wr. Wb, Sebenarnya kamu berada di belahan bumi mana?”. Saat ini di sini malam hari. Sebentar kemudian terlihat jawaban dari seberang, ”Maaf ibu saya berada di Perancis. Sekarang di sana jam berapa?”. Tak lama kemudian ibu guru menjawab, “Subhanallah. Jam 19.00”. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>Lama mereka berdua berbagi kabar dan pengalaman. Tiba-tiba, ‘Terima kasih ibu, saya menjadi seperti ini karena Panjenengan?”. Ada-ada saja anak ini, pikir bu guru. “Mengapa karena saya?”. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kemudian di layar monitor muncul jawaban, ”Ibu mungkin sudah melupakan peristiwa tersebut namun saya tidak akan pernah melupakannya. Di saat semua guru dan orangtua saya mencomooh perilaku saya selama di sekolah,<span> </span>Ibu selalu mengingatkan keinginan saya, keliling dunia. Dan akhirnya saya bisa meraih impian saya. Keliling dunia. Bahkan naik kapal pesiar yang sangat mewah. Sebentar lagi saya akan sampai di bawah menara Effel. Rasanya seperti mimpi. Dan saya akan panggil nama ibu tiga kali dini. Supaya ibu juga bisa kemari. Amin”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ibu guru desa tersebut hanya bisa diam sambil menatap layar monitor. Benarkah percakapan sederhana dimasa lalu memiliki energi yang sangat besar, sehingga masih meninggalkan kenangan pada diri siswa, bahkan pada saat <span> </span>mereka telah mampu meraih impiannya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ternyata jalinan rasa simpati dan saling pengertian benar-benar memiliki arti penting bagi kehidupan siswa. Kembali ibu guru mengingat kalimat, “Sejauh kita memasuki dunia siswa, sejauh itu pula pengaruh yang kita miliki di dalam kehidupan mereka’. (DePorter, 2000:55)</div>Puspitahttp://www.blogger.com/profile/17407639184260441779noreply@blogger.com5