Frank Gruber (1904 - 1969) sastrawan yang menulis lebih dari 300 cerita, 60 novel, dan 200 skenario film layar lebar dan tv, pernah mengatakan, “Buku adalah permadani terbang, yang sanggup melayangkan kita ke pelosok negeri tak dikenal.” Ambil buku dan terbanglah, menjelajahi kancah yang belum dikenal, untuk memperkaya jiwa kita dengan penyingkapan berbagai misteri. Ambil permadani terbang itu, dan menjelajahi berbagai wilayah tak terjamah, untuk memperkaya jiwa kita dengan hikmah untuk menyiasati kesulitan hidup sehari-hari.
Pada saat kita kecil sering berimajinasi dipinjami permadani terbang ratu Bidadari dari Negeri Dongeng, berkeliling di angkasa memandang alam dari atas awan, apalagi jika dipinjami tongkat ajaib Nirmala, segala apa yang kita inginkan pasti bisa kita dapatkan termasuk makan makanan yang sangat lezat serta berpakaian indah. Sampai sekarangpun saya masih suka baca majalah Bobo.
Seseorang yang berpotensi besar mempunyai masa depan cerah di era globalisasi modern ini adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan. Salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan membaca buku.
Kita juga perlu belajar pada Zig Ziglar salah seorang guru manajemen dan motivational speaker besar abad ini, “Tomorrow belongs to those who are investing in themselves today.” Masa depan adalah milik orang-orang dan lembaga, termasuk perusahaan dan negara, yang berinvestasi untuk mengembangkan diri, mulai hari ini. Berarti keluarga dan sekolah termasuk di dalamnya.
Dengan membaca buku kita akan mengetahui banyak hal secara mendalam tentang materi yang sedang kita pelajari. Semakin banyak buku yang kita baca akan membuat kita termotivasi untuk menggali informasi lebih dalam lagi.
Sebagaimana sebuah pepatah bijak menyebutkan, “The more you know, the less you get. – Semakin Anda mengetahui, maka Anda semakin merasa tidak mengerti.” Saya jadi ingat pengalaman saya sendiri di cerca pertanyaan mengenai pepatah ini oleh salah seorang siswa saya. Saya hanya tersenyum menanggapinya. karena saya sendiri merasakan dampaknya. Tambah banyak buku yang saya baca tambah merasa bodoh. Saya hanya mampu menjelaskannya berdasarkan pengalaman saya pribadi dan Alhamdulillah dia mampu memahaminya. Dan sekarang saya amati bahan bacaannya semakin meningkat mutunya.
Beruntung saya mendapat tambahan tugas memimpin perpustakaan sekolah, sehingga saya punya banyak kesempatan mengembangkan minat membaca siswa, karena bahan bacaan perpustakaan sekolah kami terus berkembang sesuai kebutuhan siswa maka jumlah pengunjung dan peminjam buku terus meningkat. Jam istirahat suasana perpustakaan seperti pasar, kasihan anak-anak hanya punya waktu 15 menit untuk melakukan rekreasi intelektual. Oleh karena itu saya dan bu Muniarti berupaya membuka perpustakaan jam 06.30 WIB sebelum kegiatan KBM di mulai. Saya banyak belajar pada Bu Muniarti untuk meningkatan pelayanan kami. Beliau memang luar biasa dan patut diteladani.
Banyak guru menghindari tambahan tugas pelayanan di perpustakaan padahal menurut pengalaman saya sangat membahagiakan. Di saat jam-jam kosong bisa berbagi ilmu dengan siswa. Ilmu apa saja. Jika kita tidak memahaminya beri siswa rujukan pustakanya. Biarkan siswa menaiki sendiri permadani terbang pilihannya sendiri
Kembali kita mengingat petuah Iukuzawa Yukichi (1835-1901) yang hidup di zaman Sakoku (Isolasi). “Meski miskin seorang yang berilmu akan tetap berharga,” Saya sering sebarkan petuah ini pada siswa-siswa saya. Beruntung sekali buku-buku bermutu karya pengarang Indonesia dan duniapun laris manis dibaca siswa.
Tantangan orangtua dan guru di era global semakin berat, jika sebagai orangtua dan guru tidak suka membaca, kasihan anak dan siswa-siswanya.
Saya menuliskan pengalaman saya dengan harapan semoga dimasa datang, sekolah-sekolah di Indonesia mampu meningkatkan koleksi buku di perpustakaan sekolahnya sesuai dengan kebutuhan siswa karena ratusan siswa haus ilmu pengetahuan, biarkan mereka menjelajahi dunia yang sangat luas dan tak terbatas ini dengan permadani terbang (buku) pilihannya. Amin. Karena siswa merupakan asset tak ternilai milik bangsa.