Posting Terbaru

Selasa, 24 Februari 2009

Materi Energi

Lampiran 1: Materi Ajar
ENERGI
Pengertian energi
Dalam pembahsan usaha telah disinggung bahwa untuk bekerja orang perlu makanan. Demikian juga agar mesin dapat hidup diperlukan bahan bakar. Ternyata, makanan dan bahan bakar mutlak diperlukan agar mampu melakukan usaha. Makanan dan bahan bakar di sini sebagai sumber tenaga atau energi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Energi adalah sesuatu yang dapat menimbulkan usaha
atau
Energi adalah usaha yang masih tersimpan.

Satuan Energi
Dari pengertian di atas karena energi sebenarnya adalah usaha yang masih tersimpan maka satuan energi dalam Sistem Ineternasional (SI) sama dengan satuan usaha, yaitu joule.
Satuan energi dalam sistem MKS
Joule atau dalam jumlah besar sering digunakan satuan kilojoule dan megajoule.
Satuan energi dalam sistem CGS
Erg
Kesetaraan erg dengan joule adalah:
1 joule = 1 newton.meter
1 erg = 1 dyne.Cm
1 newton = 105 dyne
1 Joule = 〖10〗^5 dyne .〖10〗^2 cm
joule = 〖10〗^7 erg


Macam-macam Bentuk Energi
Energi kimia
Energi cahaya
Energi listrik
Energi gerak
Energi potensial gravitasi

Macam-macam perubahan bentuk energi
No. Alat Perubahan energi
1. Baterai mengubah Energi kimia menjadi energi listrik
2. Kipas Angin mengubah Energi listrik menjadi energi gerak.
3. Radio mengubah Energi listrik menjadi energi suara
4. Blender mengubah Energi listrik menjadi energi gerak.
5. Kompor minyak mengubah Energi kimia menjadi energyikalor/panas.

Energi Kinetik (E_k)
Sebuah benda yang bergerak dikatakan memiliki energi kinetik (energi gerak). Tetapi jika benda tersebut diam (v=0), energi kinetik benda tersebut adalah nol (E_k= 0)
Persamaan:

E_k = ½ m v^2

Keterangan:
E_k = energi kinetik ( Joule)
m = massa (kilogram)
v = kecepatan (m/dt)



Energi Potensial (Ep)
Sebuah benda yang diletakkan pada ketinggian tertentu apabila benda tersebut dilepaskan mampu untuk bergerak. Benda yang bergerak dari ketinggian tertentu dikatakan memiliki energi potensial atau energi tempat.
Benda yang massanya m pada ketinggian h dari permukaan tanah, memiliki energi potensial terhadap tanah sebesar:
Ep = m g h
Keterangan:
Ep = energi potensial (Joule)
m = massa (kilogram)
g = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)
h = ketinggian (m)

Energi Mekanik (E_m)
Benda yang bergerak jatuh memiliki:
Energi potensial (karena Kedudukannya)
Energi kinetic (karena geraknya)
Energi mekanik adalah Jumlah energi potensial
dan energi kinetik pada setiap saat
Dalam persamaan ditulis:
E_m= E_p+ E_k
Keterangan:
E_m = energi mekanik
E_(k )= energi kinetic
E_p = energi potensial



m v_1= 0 (diam), E_k= 0, E_p = m.g.h_1 sehingga E_(m =) E_p


h_1 Ditengah-tengah: E_k = E_p sehingga E_m= E_p+ E_k
h_2

v_2 , E_k= ½ m. v_2^2, h = 0, E_p =0, sehingga 〖E_m= E_k〗_

Minggu, 22 Februari 2009

Indigo

HEBOH ANAK INDIGO

Aku Memang Aneh. Tapi itu bukan kelainan. Aku Adalah Generasi Baru Pembawa Harapan dan Biarkan Aku Mencari Diriku Sendiri (Indigo Child).
Anak indigo kerap kali dianggap sebagai generasi baru. Keberadaan mereka memberikan harapan akan munculnya generasi baru yang lebih baik dan lebih kompeten. Anak indigo didukung oleh kemmapuan khusus, dengan harapan dapat memperbaiki carut marut dunia.
Kadang pada saat kita mendengar pengakuan anak atau siswa, sempat membuat sedikit tercengang, karena mereka menamakan dirinya sebagai generasi platinum bukan lagi mengakui sebagai generasi millenium. Hal ini membuat tantangan tersendiri bagi orangtua dan guru. Pengakuan mereka bukanlah tanpa dasar, tapi mereka benar-benar sudah menyiapkan diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Siapkah kita sebagai guru maupun orangtua menyambut mereka dengan suka cita bukan dengan keprihatinan?.
Kemajuan tehnologi telah mencetak generasi baru dengan pandangan- pandangan yang seringkali berbenturan dengan pandangan orang tua atau norma masyarakat. Jika kita semua tidak siap mental dan ilmu untuk menghadapinya, maka yang dilakukan baik orangtua maupun guru disekolah hanyalah memandang sisi negatipe perilaku mereka.
Mari sedikit kita mengenal indigo. Indigo berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. Istilah “Anak Indigo” merupakan istilah baru yang diketemukan konselor terkemuka di Amerika Serikat, Nancy Ann Tappe pada tahun 1970, dalam bukunya Understanding Your Life Through Colour.
Fenomena anak indigo telah mendapat perhatian dari berbagai pihak, karena anak indigo punya ciri khas “Cakra mata ketiga” dan dalam konsep psikologi manusia, ana-anak itu dianggap “aneh”. Keanehan mereka terlihat dengan kebiasaan atau kepribadiannya yang jauh lebih matang dari usianya. Tapi sebetulnya anggapan “aneh” ini muncul karena system kemanuasiaan sudah terbiasa dianggap statis.
Berbeda dengan anak yang mendapat predikat jenius yang kemampuan mereka luar biasa pintar dan menjadikan mereka menonjol dibidang akademis, dan selalu dipastikan selalu menduduki peringkat satu di kelas bahkan diangkatannya, anak-anak indigo dalam kehidupan sehari-hari terkesan biasa-biasa saja dalam segi prestasi, bahkan ada beberapa yang harus tinggal kelas.
Itr sebenarnya bukan berarti anak indigo anak yang ber-IQ rendah, malah sebaliknya sebagian besar memiliki IQ di atas rata-rata antara 125-130. Nah dimana masalahnya, kenapa mereka bisa berbeda. Anak indigo kebanyakan malas belajar dan kurang ambisi, bahkan beberapa anak sering mengeluh sering sakit kepala karena banyak hal , yang mereka tidak mengerti mengapa ada dalam fikiran mereka.
Walaupun akhirnya kita melihat banyak juga anak indigo yang dapat mencetak prestasi. Sebastian Bach dan Albert Einstein bias dikategorikan sebagi anak indigo. Musik yang diciptakan Bach disebut sebagai musik anak indigo. Ia menciptakan musik sambil melamun, sama dengan Albert Einstein yang mendapatkan rumus sambil bengong.
Seperti kita ketahui, manusia umumnya mempunyai lima indera, berbeda dengan anak indigo yang dibekali dengan indera keenam. Corak aura dominan dari anak indigo berwarna biru sampai violet. Indera yang dimaksud adalah intuisi, semua orang sebetulnya memiliki intuisi tetapi khusus anak indigo mempunyai intuisi yang luar biasa tajam di atas kemampuan orang yang kebanyakan. Anak indigo memiliki intuisi luar biasa tajam.
Anak indigo memiliki ketajaman intuisi karena tubuhnya mengeluarkan gelombang elektromegnetik dengan panjang gelombang sekitar 420 nm – 450 nm.
Umumnya anak yang berbakat sebagai indigo sudah nampak sejak lahir, bahkan kenyataan sebagaimana umumnya juga merupakan karunia yang turun-temurun. Jadi secara alami mereka memang punya karunia itu dan ketajaman intuisinay berlainan satu dengan yang lain.
Tetapi, ada juga yang hanya bisa merasakan kenyamanan suatu tempat atau lebih bisa membaca “pikiran orang”, bahkan ada juga yang bisa mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dia pelajari sebelumnya, seperti keahlian olah raga tertentu, menulis, melukis atau menjadi perancang busana maupun tata rias wajah ataupun rambut yang dapat memprediksi kebutuhan mode 1 tahun atau bahkan 10 tahun yang akan datang.
Anak indigo juga memiliki kemampuan di luar nalar. Misalnya, mereka bisa berdialog dengan teman-teman di alam lain yang tidak dilihat oleh orang lain, atau mendadak berubah pikiran untuk membatalkan kegiatan tertentu yang sudah dipersiapkan dengan matang sebelumnya, karena dia merasakan akan mendapat rintangan, masalah atau kecelakaan jika kegiatan tersebut dilanjutkan. Dan ternyata ketika kegiatan tersebut dilaksanakan, terjadi kecelakaan. Fenomena ini bukan merupakan kejadian kebetulan belaka.
Meskipun sudah banyak fakta-fakta kebenaran intuisi anak indigo masih saja sering dikecam sebagi “biang kerok”, bahkan ada yang menganggap orang sakit jiwa sampai-sampai diharuskan atau dipaksa untuk mau diterapi psikiater. Mereka seringkali disalah labelkan dengan istilah ADD (Attention Defisit Desorder) yaitu penyakit yang diakibatkan kurangnya perhatian.
Ada sebagian orang berubah menjadi indigo dan memiliki segala kelebihan karena terbebas dari suatu penyakit berat atau kecelakaan parah yang biasanya secara medis sudah dinyatakan tidak ada harapan hidup lagi.
Umumnya anak indigo berkepintaran tinggi, walaupun tidak dapat diukur dengan prestasi akademik di sekolah. Mereka punya kemampuan berpikir dan berdialog setingkat orang dewasa. Jadi, hati-hati kalau berhadapan dengan anak indigo, jangan mengukur kemampuan berpikir mereka dari usia pendidikannya.
Tidak sedikit anak indigo yang kebingungan dengan kemampuannya menjadi frustasi dan akhirnya menempuh jalan yang salah dalam mengarungi hidup ini, seperti terjebak dalam pemakaian narkoba karena ingin menghilangkan apa saja yang mereka alami dari lingkungan yang selalu mencemooh dan mengecapnya sebagai orang miring, anak kacau, anak pembangkang dan sebagainya.
Untuk mencegah timbulnya kesalah fahaman baik di dalam keluarga, masyarakat maupun sekolah., anak-anak harus diajari utnuk menanyakan segala sesuatu, untuk membawa keyakinan-keyakinan baru bagi dunia. Apabila anak mempunyai ide yang bertentangan dengan pendapat umum, sebaiknya jangan katakana bahwa mereka salah, mereka harus didukung untuk menguji pemikiran tersebut untuk dikembangkan. Disamping itu mereka juga harus diajarkan untuk berpandangan terbuka. Keyakinan-kenyakinan mereka hendaknya dikembangkan berdasarkan informasi baru. Seperti halnya ilmu pengetahuan.

Gagal Itu Penting

GAGAL ITU PENTING

Banyak orang gagal yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah. (Thomas Alfa Edison)
Pada prinsipnya anak itu seorang ilmuwan sejati sebuah pribadi yang sangat kreatif yang selalu ingin tahu hal-hal baru. Mereka selalu ingin menonjol di depan orang lain, merasa tertantang untuk mencoba petualangan yang bagi orang lain mustahil, dan mereka berfikir tantangan baru tersebut harus dituntaskan.
Anak-anak berlomba ingin menjadi yang nomor satu, ingin mendapatkan yang terbaik, ingin dipuji dan ingin dihargai. Fenomena seperti ini lumrah pada diri seorang anak karena mereka memiliki ego secara naluriah.
Tetapi pada suatu titik anak menjadi penakut dan tidak sekreatif sebelumnya, dan cenderung menunggu diperintah atau dipaksa melakukan sesuatu. Hal ini tidak lain karena ketika mereka mulai tumbuh dewasa, tumbuh menjadi orang yang takut pada kegagalan. Cenderung mudah putus asa. Sungguh ironis!.
Anak kecil berani karena mereka belum tahu apa itu bahaya, bagi mereka tidak ada kamus kegagalan. Kita bisa ambil contoh, ketika bayi belajar berjalan. Sebuah penelitian ilmiah pernah menyimpulkan bahwa bayi harus jatuh sekitar 240 kali sebelum dapat berjalan. Seorang anak kecil belajar naik sepeda, mereka jatuh berkali-kali tetapi berani bangkit dan berusaha lagi. Walaupun kaki mereka berdarah-darah karena terluka, mereka tidak mundur. Mereka terus mencoba dan mencoba lagi sampai akhirnya mereka bisa. Dan berhasil.
Siapa yang tidak mengenal Thomas Alfa Edison ?. Orang yang sangat berjasa menerangi dunia ini, seorang penemu terbesar sepanjang masa, memiliki lebih dari 1000 hak paten. Apa yang membuat banyak orang begitu kagum kepadanya ialah sikapnya yang gigih ketika memperjuangkan sesuatu. Dalam proses menciptakan bola lampu, pria yang tidak pernah menempuh pendidikan formal ini mengalami kegagalan beribu-ribu kali. Konon mencapai 9.999 kali. Banyak orang menyarankan agar beliau menghentikan percobaannya, namun Edison pantang menyerah.
Dan ketika ia berhasil menemukan bola lampu, seseorang bertanya kepadanya, “Pak Edison, kabarnya Anda telah gagal beribu-ribu kali sebelum berhasil?”. Mendengar pertanyaan itu, Edison hanya santai berujar, “Siapa bilang saya gagal? Saya sama sekali tidak pernah gagal. Saya justru menemukan ribuan jenis bahan yang tidak dapat digunakan untuk membuat bola lampu”.
Di dalam proses belajar mengajar, sering kali guru dihadapkan pada fenomena, belum berusaha mencoba mengerjakan soal ujian, siswa sudah merasa kesulitan atau menyerah, belum apa-apa sudah ada usaha untuk mencontek, hal ini mengakibatkan suatu persoalan yang sebenarnya mudah menjadi sulit, karena sebelum mencoba mereka sudah kehilangan energi positif untuk menghadapi resiko.
Di dalam masyarakat kita, seorang anak baru diakui dan diterima, ketika memiliki prestasi akademik yang sempurna. Hampir seluruh aktivitas belajar mengajar mengacu pada pencapaian nilai (grade). Hal ini berakibat timbulnya kebiasaan mencontek dikalangan siswa, karena mereka takut gagal mendapatkan nilai akademik sempurna. Kebiasaan ini bukan salah siswa/anak melainkan kesalahan sistem pendidikan, di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Di Jepang, ketika seorang anak pulang sekolah, bukan nilai ulangan atau nilai akademik yang orangtua tanyakan pada anak, melainkan sudah berbuat baik apa ketika di sekolah. Salah satunya mengerjakan ulangan dengan jujur, apapun resikonya, berapapun nilainya. Bukan hasil yang diharapkan melainkan proses pembelajaran yang diperlukan, agar anak mampu mengubah kegagalan menjadi peluang.
Kegagalan dalam bentuk apapun, bukanlah merupakan sesuatu yang memalukan sepanjang kita mau belajar darinya dan tidak mengulanginya di kemudian hari.
Setiap hari anak/ siswa harus diberi kesempatan untuk berjuang mencapai sukses.
Kegagalan adalah suatu proses pembelajaran yang harus dilalui oleh setiap anak untuk menjadi manusia dewasa yang berani mengambil resiko, berani menghadapi tantangan untuk meraih sukses dengan perjuangan dan kejujuran.
Gagal itu penting, karena memberikan pelajaran yang sangat berharga. Karena saat kita gagal, kita telah diberi kesempatan untuk menemukan sesuatu yang tidak pernah kita fikirkan sebelumnya, atau perlu memperbaiki proses sebelumnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Orang yang tidak pernah mengalami kegagalan, cenderung merasa di atas angin dan menjadi tinggi hati. Kegagalan mengajarkan kepada kita untuk rendah hati, dapat pula meningkatkan kehidupan spiritual.
Oleh sebab itu, gagal itu penting. Dengan mengalami kegagalan seseorang akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang mampu menemukan energi sukses yang tak terbatas, yang baru muncul setelah mengalami suatu kegagalan.
Proses inilah yang sering kali tidak dihargai di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Sudah saatnya, guru, orangtua dan masyarakat menjembatani rentang kreatifitas yang hilang di usia dewasa, karena sekali lagi di usia dewasa, kreatifitas yang dimiliki ketika anak-anak hilang dengan bergulirnya waktu, karena tidak mendapatkan ruang dan waktu serta peluang untuk berani menghadapi kegagalan, atau menjadi manusia dewasa yang mudah sekali putus asa, karena takut gagal.
Setiap anak harus diberi ruang dan waktu untuk berani menerima keterbatan diri melalui kesalahan dan kegagalan, karena gagal itu penting.