Posting Terbaru

Minggu, 31 Mei 2009

Traffic In Life

You will be criticized when you are doing something. You Also be criticized when you are not doing anything. So just do what you think is right. (Eleanor Roosevelt)

Beberapa hari yang lalu saya memperoleh email dari Yuli siswa X.1, dia menyatakan; “Bu, mengapa teman-teman lebih suka mencemooh impian kita dari pada menyemangati kita?. Padahal apa yang saya yang saya ceritakan benar-benar merupakan impian saya. This is my real dream. It’s not fantasy.”

Siang tadi di kelas memang saya sempat memanggil beberapa siswa untuk mempresentasikan impiannya sepulang dari kunjungan industri di FSCM.
Pernahkan anda merasa sebal kepada seseorang yang mengkritik impian Anda, padahal semua itu memang benar-benar merupakan impian Anda bukan sekedar khayalan belaka.
Itulah yang disebut dengan traffic in Life atau lalu lintas kehidupan. Artinya, dalam hidup ini selalu ada unsur yang saling berlawanan … Ada positif, ada negatif. Ada kiri, ada kanan. Ada yang lahir, ada pula yang meninggal. Ada orang yang datang, ada orang yang pergi. Ada perjumpaan, ada perpisahan. Ada orang yang menyukai Anda, ada yang membenci Anda. Ada orang yang memuji Anda, ada orang yang mengkritik Anda.
Sebaik apapun impian Anda yang sebesar apapun perjuangan Anda, selalu saja ada orang yang bersikap negatif pada Anda.
Dari cerita Yuli membuat saya terus menerus belajar dan mencoba mencari ilmunya. Saya hanya mampu berpesan; “Mengapa kamu harus marah dan sebal pada teman-teman yang mungkin hanya merasa iri karena tidak berani mengemukakan mimpinya dan mereka tidak memberikan konstribusi apapun, sementara masih ada yang teman-teman lain dan keluarga yang mendukungmu.”
Saya jadi ingat Johan siswa kelas X.2, dia pernah bertanya pada saya beberapa hari yang lalu; “Bu, kalau begitu apakah kita harus mengabaikan saja semua kritik yang datang pada kita. Bukankah mungkin di antara kritik-kritik tersebut ada yang berguna buat kita.”
Apa yang dinyatakan Johan tidak salah. Jutru disinilah perlunya ‘sense’ kita untuk memilih, mana yang perlu ditampung, mana yang seharusnya dibuang.
Cemoohan atau kesangsian orang lain terhadap cita-cita yang tinggi sebenarnya juga selalu dihadapi oleh orang-orang besar di dunia ini. Tetapi orang-orang besar tidak pernah berhenti hanya karena ejekan , cemoohan dan kesangsian orang banyak atas impian-impian besarnya. Karena bagi orang-orang besar yang bermental kaya, ejekan atau cemoohan adalah vitamin gratis yang justru mereka perlukan sebagai cambuk dan pemicu untuk berusaha lebih keras lagi.
Jangan pernah takut bermimpi, kuatkan tekat dan semangat lalu berjuang sekuat tenaga, dan butikan bahwa kita mampu dan berhak untuk mendapatkan yang terbaik bagi hidup kita.

Sabtu, 30 Mei 2009

Selamat Ulang Tahun Guruku

Di Langit...
Berderet-deret kepakan sayap...
Melayang, mengikuti hembusan angin...
Putih, namun Elok...

Untaian demi untaian...
Do'a...
dari beta, terangkai untuk ibu...
Untuk hari ini, sebelumnya, dan seterusnya...

Semoga ibu tetap bersinar...
Bak maahari yang mengatur seluruh isi galaksi bima sakti...
Memberi kami, para murid...
Menyalurkan, Mentransfer...
Ilmu untuk kami, para murid...
Untuk hari ini dan seterusnya...

Semoga ibu tetap bersinar...
Laksana bintang-gemintang penghias malam...
Senantiasa memberi kami, para murid...
membebaskan...
Kami, para murid...
Dari belenggu ketakutan masa depan...

Semoga ibu tetap bersinar...
Seperti bulan, sebagai lentera kegelapan...
Senantiasa memberi kami, para murid...
kasih sayang...

Semoga ibu tetap bersinar...
Indah, permai, bagai pelangi yang terus berwarna...
Di birunya langit...
Tetap menjaga...
Keharmonisan almamater, SMK NEGERI 1 KERTOSONO.

Semoga tercapai keinginan ibu...
Bersama keluarga ibu...
dan kami para murid...

Semoga sukses selalu...
Allah akan menyertai setiap insan...
harapan, serta masa depan...
yang terbaik untuk kita semua...

Selamat ulang tahun, Guruku...
dari kami, murid ibu...
hanya ini yang kami bisa,
berikan untuk ibu...
tak lebih dari tulisan ini.

Hadiah Ultah ke 42 dari Suhadak 3TPFL2

Rabu, 27 Mei 2009

Sekolah = Berjuang

Alkisah di sebuah rumah ada seorang ibu yang malu karena anaknya mendapat nilai jelek di sekolah. Ibu tersebut merasa malu karena anaknya hanya mendapatkan nilai 80 tidak 100. Ibu tersebut merasa anaknya bodoh karena teman-teman anaknya banyak yang mendapatkan nilai 90 dan bahkan ada beberapa yang mendapat nilai 100.

Suatu hari anaknya pulang dengan nilai ulangan 85, si ibu masih mengomel lagi, “Aduh kamu ini gimana sih, masa teman-temanmu mendapat nilai 90, 95 dan 100, kok kamu hanya mendapat nilai 85. Ini kan soal yang gampang. Ibu kan malu kalau ditanya sama mamanya Budi dan Santi.” Anak tersebut hanya diam kemudian masuk ke kamarnya.
Pada malam hari, ketika si anak selesai belajar untuk menghadapi ulangan keesokan harinya, dia mendekati ibunya dan menyatakan, “Ibu besok saya ndak usah ke sekolah saja ya?” Si ibu bingung dan balik bertanya, “ ada apa kamu ndak masuk sekolah?” Si anak dengan wajah ketakutan menjawab,’ besok ada ulangan Bu, dan saya takut mengecewakan Ibu lagi kalau nilainya tidak bagus.”
Ibu tersebut langsung syok, dan tidak tahu harus menjawab apa/
Kasus ini banyak terjadi di Indonesia. Mindset orang tua di Indonesia, sudah terlanjur percaya bahwa tolak ukur kepandaian anak hanya dinilai dari pencapaian nilai akademik semata sehingga nilai-nilai yang lain terabaikan.
Anak yang mendapatkan nilai tinggi yang dianggap sukses. Sehingga nilai kejujuran dan perjuangan untuk mendapatkan nilai akademik menjadi terbaikan. Orang tua hanya mengharapkan nilai yang baik dan nilai sempurna, tanpa melihat proses mendapatkan nilai anak-anaknya. Nilai kejujuran di Indonesia seringkali diletakkan di bawah nilai harga diri (pride), akibatnya nilai perjuangan dan nilai proses menjadi terabaikan.
Saat ini banyak sekali anak-anak Indonesia yang sedang bingung, akibatnya terjadilah kebiasaan menyontek di sekolah. Kebiasaan ini diakibatkan oleh tuntutan keadaan, baik orangtua, sekolah dan masyarakat. Kondisi memprihatinkan ini berdampak luar biasa buruk pada kelangsungan kehidupan masyarakat berbangsa dan berbudaya.
Namun kelihatannya kondisi ini akan terus berkelanjutan tanpa pernah ada penyelesaiannya. Kecuali ada kerjasama antar orangtua, guru/sekolah dan masyarakat. Pemegang kendali utamanya adalah orangtua.
Ada kebiasaan orangtua di beberapa negara yang tidak menjadi kebiasaan orangtua di negeri kita tercinta, yaitu: membekali anak dengan keyakinan bahwa sekolah itu adalah berjuang. Luar biasa bukan, “Sekolah = berjuang”, sehingga pada saat mengalami kesulitan atau kegagalan, mereka tetap memiliki keberanian untuk berjuang, berjuang untuk bisa dan berjuang menjadi dirinya sendiri. Dan yang terpenting berjuang agar menjadi orang yang sukses.



Jumat, 22 Mei 2009

Masalah adalah Kesempatan

Alkisah ada seorang pengusaha yang sedang mengalami krisis dalam bisnisnya. Suatu hari, sewaktu berjalan melewati sebuah rumah, ia mendengar percakapan antara seorang kakak dan adiknya. Kakaknya sedang menyetrika baju. Adikya, yang ingin membaca buku, tidak bis menyalakan lampu karena hanya ada satu colokan.

“Kak, cepat sedikit, tanpa lampu, aku tidak bias membaca!” kata adiknya.
“Tunggu sebentar, akan selesai!”
“Selesai, selesai, sudah 20 menit, kok belum selesai?”
Setelah mendengar percakapan kaka beradik itu, pengusaha langsung puny aide. “Dengan satu kabel memang tidak pas, kenapa tidak membuat colokan dua sisi?” gumam si pengusaha.
Pengusaha itupun mulai memikirkan permasalahan tersebut dan akhirnya, terciptalah sebuah colokan serbaguna. Bahan rekayasanya mendapat sambutan hangat di pasaran, ia pun akhirnya memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Setiap permasalahn sebenarnya mengandung kesempatan luar biasa bagi orang yang mampu melihat dan memanfaatkannya. Jangan selalu menganggap masalah sebagai batu sandungan. Sebaliknya, Jadikan setiap masalah sebagai peluang untuk sukses. Dibalik satu masalah selalau ada dua peluang keberhasilan atau kesempatan. Setiap ada masalah, lebih sering kita hanya fokus pada permasalahan, sehingga kehilangan kesempatan untuk berhasil. Semuanya kembali pada pikiran kita.
Ketika menghadapi masalah bukan hanya positive thingking yang diperlukan melainkan diperlukan positive imagination (kekuatan kehendak = will power). Ada kekuatan luar biasa yang tersembunyi dalam positive imagination. Imagination = will power2. Masalah Will Power akan kita bahas pada artikel berikutnya.
Selamat berjuang!.


Jumat, 15 Mei 2009

Berpikir Positif Ala Pigmalion

Cerita ini merupakan warisan dari nenek saya yang sudah lama meninggal dunia, saya mengenang beliau sebagai seorang yang tidak pernah berhenti belajar meskipun sudah berusia lanjut. Di antara kesibukan beliau mengurus kakek selalu menyempatkan waktu untuk membaca dan bercerita , tentang apa saja, bahkan yang membuat saya heran, beliau hapal jalan cerita, hingga titik dan komanya.
Salah satu cerita yang saya kenang adalah sebagai berikut:
Pigmalion adalah seorang pemuda pembuat patung. Ia merupakan orang Yunani masa lalu sahabat masa kecil Archimedes. Dia seorang pematung dan seorang pengukir yang sangat hebat. Tatapi bukan karena kecakapan mengukir yang membuatnya terkenal hingga saat, melainkan pola pikirnya, dia dikenal sebagai orang yang selalu berpikiran positif, dia selalu memandang kehidupan dari sudut yang baik.

Pada saat semua orang melihat perilaku orang yang sangat kikir, kawan-kawan pigmalion berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi Pigmalion berkata, “Mungkin orang itu masih memerlukan uang untuk keperluan yang lain yang lebih penting ”. Ketika melihat jalan berlubang-lubang, dia berkata, orang-orang mengomel. Tetapi Pigmalion berkata, “Untunglah masih bisa dilewati, jalan yang lain lebih parah lagi keadaannya”.
Bahkan ketika anak-anak tetangga mencuri buah-buahan di kebunnya, dia malah merasa iba, “Kasihan, anak-anak kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup dirumahnya”. Itulah pola pandang Pigmalion. Dia tidak melihat sesuatu dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah perpikir buruk tentang orang lain. Sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik di balik perbuatan buruk orang.
Pada suatu hari, Pigmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah jadi, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok rupawan. Kawan-kawan Pigmalion berkata, “Ah, sebagus-bagusnya patung, itu Cuma patung kayu, bukan istrimu.” Namun Pigmalion memperlakukan patung kayu itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya. Rupanya para dewa yang ada di gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pigmalion. Lalu Para Dewa memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pigmalion, yaitu mendapat gadis secantik patung itu sebagai istrinya.
Begitulah, Pigmalion hidup berbahagia dengan istrinya itu yang konon merupakan wanita tercantik di seluruh Yunani. Nama Pigmalion dikenang hingga kini untuk menggambarkan dampak pola berpikir yang positif.

Selasa, 12 Mei 2009

Manusia Digital

Sebelum membahas manusia digital, alangkah lebih baiknya kalau kita mengenal difinisi era digital terlebih dahulu. Era digital dimulai semenjak ditemukannya bilangan biner, yaitu angka nol dan satu. Bilangan biner tidak mengenal angka lain kecuali angka nol dan satu saja. Bilangan biner ini telah mengubah perubahan yang luar biasa di bumi.
Era digital telah menciptakan dan melahirkan kemajuan yang sangat luar biasa di bidang tehnologi dan ilmu pengetahuan. Dimulai dengan hadirnya alat hitung (kalkulator), era computer dan akhirnya merambah ke dunia penerbangan dan luar angkasa. Perubahan yang luar biasa drastis terjadi hampir di semua sektor. Terjadi Quantum Leap atau loncatan waktu yang sangat luar biasa mengagumkan, khususnya di bidang tehnologi.

Begitu juga dengan manusia, bilangan biner telah melahirkan manusia dengan peradaban yang sangat tinggi, yaitu manusia digital. Manusia digital adalah manusia yang seharusnya hanya mengenal angka nol dan satu dalam prinsip hidupnya.
Angka nol adalah lambang kesucian hati dan pikiran, sedangkan angka satu adalah lambang Tuhan, atau hanya berprinsip Kepada Dia Yang Maha Esa (1). Manusia digital adalah manusia yang hidupnya sangat tulus dan ikhlas (0). Sehingga seluruh potensinya akan muncul secara luar biasa.
Namun apa yang terjadi saat ini, masyarakat mempergunakan tehnologi digital hanya pada bidang tehnologi atau Iptek saja. Sedangkan mental pengguna tehnologinya terbelakang, atau bisa dikatakan masih analog. Sehingga terjadi kepincangan. Sehingga saat ini banyak manusia yang stress atau mengalami gangguan jiwa serta tindak kejahatan dimana-mana. Mengapa?. Karena yang digital baru perlengkapannya / pirantinya, belum mencakup mentalnya, sehingga tidak terjadi keseimbangan. Tehnologi berkembanng secara digital hanya mengenal bilangan 1 dan 0, sedangkan mentalnya masih analog, masih menggunakan bilangan 1,2,3 dan seterusnya.

Sabtu, 09 Mei 2009

HARGA CINTA SEORANG IBU

Seorang anak mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian mengulurkan selembar kertas yang bertuliskan sesuatu. Si ibu segera membersihkan tangannya lalu menerima kertas yang diulurkan oleh si anak kemudian membacanya.

Ongkos membantu ibu:
1. Membantu ibu belanja di warung = Rp. 20.000,-
2. Manjaga rumah = Rp. 20.000,-
3. Membuang sampah = Rp. 10.000,-
4. Membereskan rumah = Rp. 20.000,-
5. Menyiram bunga = Rp. 15.000,-
6. Menyapu halaman = Rp. 15.000,-
Jumlah = Rp. 100.000,-


Selesai membaca ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanyaberbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menuliskan sesuatu dibelakang kertas yang sama.
1. Ongkos mengandung selama 9 bulan = GRATIS
2. Ongkos berjaga malam karenamu = GRATIS
3. Ongkos air mata yang menetes karenamu = GRATIS
4. Ongkos khawatir karena selalu memikirkan keadaanmu = GRATIS
5. Ongkos menyekolahkanmu = GRATIS
6. Ongkos menyediakan makan, minum , pakaian dan seluruh perlengkapnmu = GRATIS.
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku = GRATIS.

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Saya sayang ibu”. Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya, “Telah dibayar”. Nah, khan! Pepatah kuno menyatakan, seorang anak tidak akan pernah memahami kasih sayang orangtua kepada dirinya sampai ia memiliki anak sendiri.

Jadi ingat syair lagu KASIH IBU:
Kasih ibu kepada beta
Tak terkira sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai Sang Sura menyinari dunia.


Rabu, 06 Mei 2009

Apa Yang Anda tabur, Itulah yang Anda Tuai

Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan setiap hari. Bagaimana caranya? Mengapa kita menjadi seperti apa yang kita pikirkan setiap hari?. Begini ceritanya: mari sekarang kita belajar bersama-sama tentang keadaan yang berhubungan dengan pikiran manusia.
Andaikan kita seorang petani memiliki sebidang tanah yang baik dan subur. Lahan itu memberi sebuah pilihan pada diri kita. Kita dapat menanami lahan tersebut dengan benih apapun yang kita pilih, lahan itu tidak peduli. Semuanya tergantung pada kita untuk membuat keputusan.
Sekarang, ingat bahwa kita sedang membandingkan pikiran manusia dengan sebidang lahan. Hal itu karena pikiran seperti halnya lahan, tidak peduli akan apa yang anda tanam padanya. Dia akan menumbuhkan apa saja yang Kita tanam. Tidak peduli apapun yang Kita tanam.

Sekarang katakanlah Kita memiliki dua macam benih di tangan. Sebelah kanan menggenggam jagung, yang lainnya menggenggam tuba/racun yang mematikan. Kita menggali dua lubang di tanah dan menanam kedua benih tersebut. Kita tutup kedua lubang benih dengan tanah, menyiraminya dan memupuknya. Apakah yang akan terjadi?
Tanpa kecuali, tanah akan menumbuhkan apa yang ditanam, “Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai” . Ingat, tanah tidak peduli. Tanah akan menghasilkan racun sam berlimpahnya dengan jagung. Jadi akan tumbuhlah dua tanaman, satu jagung, satu racun/tuba.
Pikiran manusia jauh lebih subur. Jauh lebih luar biasa dan misterius dibandingkan tanah, tetapi bekerja dengan cara yang sama. Tidak peduli apa yang kita tanam; kesuksesan, kegagalan, tujuan yang kongkret dan pantas untuk diraih, atau kebingungan, kesalahpahaman, rasa takut, kegelisahan dan seterusnya. Namun, apapun yang kita tanam hasilnya akan kita tuai.
Pikiran mengandung kekayaan melebihi impian-impian yang paling liar. Dia akan menumbuhkan apapun yang kita tanam.
Pikiran kita menjadi sebuah peralatan standar sejak lahir. Pikiran diberikan Tuhan secara cuma-cuma pada kita, hal-hal yang diberikan Tuhan pada kita secrea Cuma-Cuma selalu inilai rendah. Hal-hal yang kita dapatkan dengan uang, kita beri nilai tinggi.
Segala sesuatu yang benar-benar berharga dalam kehidupan, kita dapatkan secara Cuma-Cuma, antara lain; pikiran kita, jiwa kita, kecerdasan kita, kesehatan kita, kesempatan kita, cinta kita terhadap keluarga, anak-anak dan sahabat kita. Semua milik tak ternilaiini kita dapatkan secar Cuma-Cuma. Akan tetapi, hal-hal yang kita bei dengan uang sebenarnya sangat murah dan dapat diganti kapan saja.
Jika rumah kita terbakar habis, kita bias membangunnya kembali, tetapi hal-hal yang kita dapatkan dengan Cuma-Cuma tidak akan pernah tergantikan.
Pikiran manusia tidak dimanfaatkan secara maksimal, hanya karena kita mendapatkannya begitu saja atau Cuma-Cuma.
Kebiasaanlah yang menjatuhkan. Pikiran dapat melakukan segala jenis tugas yang kita berikan, tetapi pada umumnya kita malah menggunakan untuk tugas-tugas kecil daripada tugas-tugas besar dan penting.
Hasil penelitian dari beberapa universitas-universitas ternama di dunia telah membuktikan bahwa sebagian besar kita mengoperasikan sekitar 10% dari seluruh kemampuan yang miliki.
Tetapkan sekarang juga visi yang Anda inginkan! Tanamkan mimpi atau visi anda dalam pikiran. Yang harus Anda lakukan adalah menanam bibit itu dalam pikiran Anda; merawatnya, berusaha terus menerus menuju tujuan dan mimpi Anda, dan hal itu akan segera menjadi kenyataan. Bukan hanya menjadi nyata, tetapi mustahil Anda tidak mendapatkannya.
Kita telah belajar sebuah hukum yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton, Hukum Gravitasi. Jika Anda naik ke puncak sebuah gedung kemudian melonpat, Anda akan jatuh ke bawah, tidak akan pernah jatuh ke atas.
Kehidupan seharusnya merupakan sebuah petulangan yang menantang; kehidupan seharusnya tidak pernah membosankan. Semuanya kembali pada pola pikir kita.



Pikiran Memiliki Frekuensi

“Semesta berubah; hidup kita adalah apa yang diciptakan oleh pikiran kita”
(Markus Aurelius Antoninus)


Selama ini kita sudah lama mempelajari teori gelombang, bahkan materi ini sudah kita dapatkan sejak berada di Sekolah Dasar. Di era millennium ini, siswa SD sudah mengenal difinisi frekuensi bahkan hapal satuan frekuensi akan tetapi teori yang didapatkan di Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi sekalipun tidak pernah mengajarkan bahwa pikiran memiliki frekuensi, pikiran merupakan gelombang dengan frekuensi tertentu.
Selama Anda berpikir, pikiran-pikiran ini akan dikirim ke alam semesta, dan pikiran-pikiran ini akan menarik semua hal serupa yang berada di frekuensi yang sama. Segala sesuatu yang dikirim ke luar akan kembali pada sumbernya. Dan sumber itu adalah Anda.

Bayangkan seperti ini: kita mengerti bahwa stasiun pemancar Televisi memancarkan siaran dengan frekuensi tertentu, yang kemudian diubah menjadi gambar-gambar di televisi Anda. Sebagian besar dari kita tidak sungguh-sungguh memahami prinsip kerjanya, tetapi kita semua tahu setiap stasiun pemancar televisi memiliki sebuah frekuensi, dan ketika kita memasuki frekuensi itu terjadilah resonansi, kita melihat gambar-gambar televisi kita. Kita memilih frekuensi dengan memilih saluran, dan dengan demikian kita menerima gambar-gambar yang disiarkan di saluran itu. Jika kita ingin melihat gambar-gambar lain di televisi kita, kita mengubah salurannya dan memasuli frekuensi baru.
Anda adalah menara suar manusia, dan daya Anda lebih kuat daripada semua menara televisi yang pernah diciptakan manusia di dunia. Anda adalah menara suar yang paling kuat di alam semesta. Pancaran Anda menciptakan kehidupan Anda dan menciptakan dunia. Frekuensi yang anda pancarkan menggapai lebih jauh dari kota, negara dan dunia. Frekuensi itu bergetar di seluruh alam semesta. Dan Anda memancarkan frekuensi itu dengan pikiran-pikiran Anda!.
Gambar-gambar yang Anda terima dari penyiaran pikiran Anda bukanlah televisi ruang keluarga Anda, tetapi gambar-gambar itu adalah gambar-gambar hidup Anda!. Pikiran-pikiran Anda menciptakan frekuensi. Pikiran menarik hal-hal serupa di frekuensi itu, dan kemudian disiarkan kembali ke Anda sebagai gambar-gambar kehidupan Anda, ubahlah saluran dan ubahlah frekuensi dengan mengubah pikiran-pikiran Anda.

Selasa, 05 Mei 2009

Hidung Pinokio


Masih ingat Pinokio? boneka kayu ciptaan Geppetto . Pinokio sebuah cerita fiksi yang berasal dari Italia, tapi sebagian besar rakyat Indonesia mengenal cerita ini.
Pinokio sebenarnya boneka kayu yang diukir oleh Geppeto terbuat dari kayu pinus. Karena mimpi Geppeto, akhirnya Pinokio berubah menjadi “Nyata Boy”. Pinokio sekolah juga lho, karena boneka kayu tersebut telah berubah menjadi nyata, jadi manusia.
Pada artikel kali ini, ada yang menarik perhatian penulis, yaitu: hidung Pinokio. Berdasarkan imajinasi pengarangnya, hidung Pinokio akan bertumbuh setiap kali dia melakukan ketidak jujuran.


Semalam tiba-tiba saya dapat ilham buat pabrik Hidung Pinokio, mungkin akibat jenuh membaca dan mengamati semakin seringnya berita, baik dari surat kabar maupun TV yang membicarakan masalah ketidak jujuran yang semakin merajalela di negeri tercinta Indonesia ini. Menyedihkan dan memprihatinkan. Ketidak jujuran, berada pada level pelajar sebagai peserta Uan, hingga pejabat yang koruptor bahkan Wakil Rakyat yang semakin tidak dapat dipercaya oleh rakyat.
Akhirnya muncul imajinasi baru versi seorang guru di desa untuk membuat pabrik hidung Pinokio. Asyik kali ya?. Begini alur ceritanya:
1. Setiap pejabat yang dilantik, diberi hidung Pinokio, sehingga setiap kali melakukan ketidak jujuran hidungnya akan tumbuh dan terus bertumbuh. Karena takut hidunglah bertumbuh, ndak jadi korupsi.
2. Setiap peserta ujian juga dibekali hidung Pinokio, enak yang jaga ya!.
Setiap kali siswa nyontek, hidungkan akan bertambah panjang, karena takut … ndak ada yang nyontek. Alhamdulillah.
3. Begitu juga para Wakil Rakyat. Dengan memakai hidung Pinokio, akan bersikap lebih hati-hati.
Hidung Pinokio, terbuat dari bahan yang sangat sensitive, sehingga bisa memuai setiap kali ada aura ketidak jujuran muncul. Jangan khawatir … saat ini bahan dasarnya sedang diteliti oleh beberapa orang ahli yang kompeten dibidangnya. Asli buatan putra Indonesia.

Mau Berhasil? Cari Kegagalan Sebanyak-banyaknya

Membaca judul artikel ini, mungkin kening Anda akan berkerut. Kok bisa, mencari keberhasilan tapi malah kegagalan yang dikejar?. Ini fenomena yang ada dalam masyarakat yang perlu kita pelajari, dan terus menerus kita harus berjuang untuk menguraikan maksudnya.
Belajar pada Thomas Alfa Edison, beliau tidak akan pernah mendapatkan ribuan hak paten dari hasil karyanya jika tidak pernah mengalami ribuan kegagalan. Tapi Thomas adalah seorang teladan, belau tidak pernah berpikir tentang kegagaln melainkan selalu positif thinking menghadapinya.
Ada banyak ungkapan para tokoh dunia maupun nasional yang telah sukses, mereka menyatakan, kalau mau berhasil carilah kegagalan sebanyak-banyaknya. Bagaimana mungkin?. Berdasarkan pengalaman, semakin banyak kegagalan, justru membuat kemungkinan keberhasilan semakin besar. Tanpa kegagalan tidak mungkin ada keberhasilan, semakin besar resiko makin besar pula hasilnya.

Dalam setiap kegagalan, jangan baca depannya, tapi baca belakangnya. Why? Why? Why? Kenapa gagal? Kita harus yakin, dibalik satu kegagalan terdapat dua keberhasilan. Jadi pada prinsipnya kegagalan merupakan sebuah karunia, bukan malapetaka.
Semakin banyak kegagal, akan memunculkan banyak pertanyaaan, mengapa gagal?, semakin banyak pertanyaan, akan semakin banyak pula jawabannya. Jawaban itu akan menjadi ilmu baru dalam melangkah lebih jauh.
Setiap kali gagal, kita harus melangkah dan jangan pernah berhenti. Karena kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika kita berhenti. Ingat hukum I Newton (Hukum Kelembaman), setiap benda bersifat lembam atau inersia adalah setiap benda selalu ingin mempertahankan kedudukannya. “Setiap benda yang bergerak selalu ingin terus menerus bergerak, sedangkan benda yang diam akan terus menerus diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut”.
Kesimpulannya, kalau mau sukses atau berhasil, cari kegagal, cari kekecewaan, cari air mata. Karena sukses itu hanyalah sebuah titik di puncak segunung kegagalan.