Perjuangan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dunia atas batik sebagai warisan budaya asli Indonesia tidak sia-sia. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dipastikan akan mengukuhkan tradisi batik sebagai salah satu budaya warisan dunia asli Indonesia pada Oktober 2009 mendatang di Perancis.
Bicara masalah batik, Saya jadi teringat pada salah satu teenlit dengan judul Canting Cantik karya Dyan Nuranindya. Saya senang sekali membaca karya-karya pengarang muda Indoneia meskipun usia sudah tidak muda lagi. Mari kita ikuti cerita perjalanan hidup Melanie Adiwijaya dalam Canting Cantik. Begini ceritanya:
Melanie Adiwijaya punya hidup yang sempurna. Sebagai putri tunggal pengusaha mebel berlabel lokal ternama Aryo Adiwijoyo. Sejak kecil Mel punya cita-cita jadi model Internasional. Bermodal wajah cantik yang diwarisi dari ibunya yang berdarah Solo-Prancis dan tubuh ideal yang bikin iri setiap cewek. Melanie banyak dilirik oleh agency-agency untuk foto majalah atau catwalk. Tapi sayang, ia nggak pernah tertarik menjadi model lokal.
Impian Melanie akhirnya hancur ketika perusahaan ayahnya bangkrut dan Melanie terpaksa meninggalkan Jakarta untuk tinggal bersama Eyang Santoso di Yogyakarta. Disinilah babak baru kehidupan Melanie Santoso dimulai.
Eyang Santoso ternyata tidak tinggal sendirian. Beliau tinggal bersama anak-anak kos dengan penampilan aneh-aneh. Ada Dara, cewek tomboy dengan rambut di-higligt pink. Ada Saka, yang suka berpenampilan tradisional. Ada Ipank, anak gunung yang tempetramental. Ada Jhony, yang punya rambut kribo. Ada Aiko, cewek berwajah oriental yang doyan banget pakai minyak telon. Ada Dido, cowok berkaca mata tebal dengan rambut jingkrak. Ada Bima yang sangat pendiam.
Nasib mempertemukan Melanie dengan desainer kebaya, bernama Aryati Sastra yang getol mengajari Melanie menjahit. Dari Aryati sastra, Melanie banyak mendapat ilmu tentang batik dengan cantingnya, banyak belajar tentang keindahan budaya Indonesia, sampai akhirnya Melanie mampu berkarya di dalam keterpurukannya sejak usaha ayahnya bangkrut dan akhirnya meninggal dunia.
Dalam teenlit in I diceritakan tentang keberanian Melanie memadu batik dan kebaya yang tradisional sesuai dengan imaginasinya. Kebaya dipadukan dengan hot pants, kebaya dibuat tanpa lengan seperti rompi, kain jarik/batik dibuat celana dan batik dibuat sackdress dengan lengan balon.
Saat ini batik berani tampil beda, generasi muda semakin menggemari batik berani memadu padankan dengan segala sesuatu yang pada awalnya dianggap tabu. Berani memadukan unsur tradisional dan modern. Batik sekarang lebih berwarna, lebih gaul. Indah sekali.
Semoga batik mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Indonesia tercinta. Amin.
Bicara masalah batik, Saya jadi teringat pada salah satu teenlit dengan judul Canting Cantik karya Dyan Nuranindya. Saya senang sekali membaca karya-karya pengarang muda Indoneia meskipun usia sudah tidak muda lagi. Mari kita ikuti cerita perjalanan hidup Melanie Adiwijaya dalam Canting Cantik. Begini ceritanya:
Melanie Adiwijaya punya hidup yang sempurna. Sebagai putri tunggal pengusaha mebel berlabel lokal ternama Aryo Adiwijoyo. Sejak kecil Mel punya cita-cita jadi model Internasional. Bermodal wajah cantik yang diwarisi dari ibunya yang berdarah Solo-Prancis dan tubuh ideal yang bikin iri setiap cewek. Melanie banyak dilirik oleh agency-agency untuk foto majalah atau catwalk. Tapi sayang, ia nggak pernah tertarik menjadi model lokal.
Impian Melanie akhirnya hancur ketika perusahaan ayahnya bangkrut dan Melanie terpaksa meninggalkan Jakarta untuk tinggal bersama Eyang Santoso di Yogyakarta. Disinilah babak baru kehidupan Melanie Santoso dimulai.
Eyang Santoso ternyata tidak tinggal sendirian. Beliau tinggal bersama anak-anak kos dengan penampilan aneh-aneh. Ada Dara, cewek tomboy dengan rambut di-higligt pink. Ada Saka, yang suka berpenampilan tradisional. Ada Ipank, anak gunung yang tempetramental. Ada Jhony, yang punya rambut kribo. Ada Aiko, cewek berwajah oriental yang doyan banget pakai minyak telon. Ada Dido, cowok berkaca mata tebal dengan rambut jingkrak. Ada Bima yang sangat pendiam.
Nasib mempertemukan Melanie dengan desainer kebaya, bernama Aryati Sastra yang getol mengajari Melanie menjahit. Dari Aryati sastra, Melanie banyak mendapat ilmu tentang batik dengan cantingnya, banyak belajar tentang keindahan budaya Indonesia, sampai akhirnya Melanie mampu berkarya di dalam keterpurukannya sejak usaha ayahnya bangkrut dan akhirnya meninggal dunia.
Dalam teenlit in I diceritakan tentang keberanian Melanie memadu batik dan kebaya yang tradisional sesuai dengan imaginasinya. Kebaya dipadukan dengan hot pants, kebaya dibuat tanpa lengan seperti rompi, kain jarik/batik dibuat celana dan batik dibuat sackdress dengan lengan balon.
Saat ini batik berani tampil beda, generasi muda semakin menggemari batik berani memadu padankan dengan segala sesuatu yang pada awalnya dianggap tabu. Berani memadukan unsur tradisional dan modern. Batik sekarang lebih berwarna, lebih gaul. Indah sekali.
Semoga batik mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Indonesia tercinta. Amin.