Posting Terbaru

Sabtu, 25 Juli 2009

Ngeblog Mampu Menumbuhkan Minat Baca Siswa


Pada awalnya saya hanya punya keinginan mengenalkan dunia maya pada siswa, dimulai mewajibkan siswa memiliki email, dari email saya sarankan mengembangkan diri dengan belajar membuat blog.
Saya bukan guru KKPI sehingga tidak memiliki hak memanfaatkan fasilitas lab komputer di sekolah. Namun keterbatasan ini tidak menyurutkan perjuangan saya. Salah satu cara supaya anak-anak mau belajar ngeblog adalah menyiapkan buku panduan, dengan buku panduan siswa terpaksa membaca dan belajar secara otodidak. Kebetulan saya mendapat tugas tambahan mengelola Perpustakaan sekolah, sehingga mampu membantu perjuangan saya. Buku-buku yang tadinya hanya tertata di almari sekarang lebih banyak berputar dari siswa ke siswa.

Sejak tahun ajaran 2008-2009 saya mulai belajar ngeblog dan mencoba menugasi siswa ngeblog, baru kemarin terpikirkan, ternyata untuk menumbuhkan minat baca siswa bisa dimulai dari menulis, dimulai dari menuliskan karyanya/idenyanya di blog. Dengan memiliki blog siswa akan berjuang menulis atau mempostingkan karyanya di blog pribadinya, Supaya tulisannya berkualitas maka mau tidak mau siswa akan membaca terlebih dahulu. Membaca apa saja sesuai dengan minatnya. Tugas kita sebagi guru mengarahkan siswa menuliskan terapan ilmu dari materi pembelajaran yang sedang di bahas di blog pribadinya, mengembangkan imajinasinya, menuliskan mimpi/visinya sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Alhamdulillah, meskipun belum sesuai dengan harapan, namun saya melihat hasilnya.
Mengapa baru setahun saya menugasi siswa ngeblog, karena kurang lebih baru setahun speedy masuk desa. Alhamdulillah saat ini saya sudah mampu memandu siswa dari jarak jauh karena jarak rumah ke sekolah lebih kurang 40 km. Jarak bukan lagi menjadi penghalang untuk melakukan pelayanan.
Dengan memiliki blog keinginan siswa membuka situs-situs yang bukan menjadi konsumsinya menjadi berkurang, karena mereka tahu tujuannya datang ke warnet, bukan untuk main-main melainkan belajar dan berkarya. Bagi mereka yang suka main game akhirnya mampu menuliskan imajinasinya pada saat bermain game ke dalam bentuk tulisan, contoh sederhananya; mampu menuliskan terapan fisikanya dalam permainan game sepak bola. Kelihatannya sederhana, namun ternyata mampu menumbuhkan siswa untuk berpikir kreatif dan imajinatif. Bagian guru, menyiapkan bahan pustaka membuat game sederhana, dimulai dengan membuat animasi sederhana atau mencarikan website rujukannya. Mau tidak mau gurunya juga harus terus menerus belajar, inilah resiko yang membahagiakan.
Menulis ternyata mampu menumbuhkan minat baca siswa, karena siswa menulis di blog pribadinya maka dapat disimpulkan; Ngeblog Mampu menumbuhkan Minat Baca Siswa.



Jumat, 24 Juli 2009

Dream Sharing Sebagai Sarana Memotivasi Siswa

Tahun ajaran 2009-2010 ini saya masih mendapatkan kesempatan mengajar di kelas X, ada satu kebiasaan yang saya lakukan setiap kali bertemu dengan siswa baru yang berasal dari beberapa sekolah dan berasal dari keluarga berbagai kalangan, yaitu menuliskan 5 target mimpi/visinya setelah acara perkenalan selesai.
Ada yang menarik, anak-anak tidak terbiasa menuliskan impian-impiannya di selembar kertas memahami dan meresapinya serta berjuang mewujudkannya. Pada awalnya mereka kebingungan mau menuliskan apa, namun setelah mereka mengerti tujuannya timbul semangat untuk menuliskan semua mimpi-mimpinya.

Bermimpi pada dasarnya gratis namun membangun mimpi belum menjadi kebiasaan anak-anak Indonesia. Oleh karena itu saya ingin memulai membangun mimpi siswa kalau mereka sudah terbiasa diharapkan mereka akan menyebarkan kebiasaan ini dilingkungan keluarganya. Amin.
Setelah selesai menuliskan impiannya, kegiatannya berikutnya yang tak kalah serunya adalah pada saat kegiatan Dream Sharing. Ada satu pesan moral yang saya sarankan ke siswa, “Jangan tertawakan mimpi temanmu”. Alhamdulillah pada saat satu persatu siswa mensharingkan dreamnya yang lain mendengarkan dan mengamini. Membahagiakan sekali, anak-anak mampu menghargai mimpi temannya.
Ada yang perlu dilakukan, mempersiapkan beberapa bahan pustaka, sebagai bahan bacaan siswa supaya mereka mampu membangun mimpi dan berjuang mewujudkannya.
Malam ini ada beberapa email masuk, ternyata ada sebagian siswa berpikir untuk menambah target mimpinya, menuliskan dan ingin berjuang untuk mewujudkannya.
Besar harapan saya, Semoga dream sharing mampu memotivasi siswa. Amin.

Minggu, 19 Juli 2009

Ide-Ide Menjelang Tidur


Melatih anak-anak untuk selalu berpikir menjelang tidur dan mendiskusikan mimpi-mimpi atau visi-visi untuk mencari ide-ide yang inovatif dapat membekali mereka dengan kebiasaan berpikir secara kontinyu, menggairahkan otak mereka dan memperkaya ide-ide mereka. Namun sayang, saat ini banyak sekali ibu-ibu yang lebih suka menyibukkan diri dengan menonton sinetron dibandingkan menemani anak-anaknya menjelang tidur.

Beberapa hari yang lalu saya membaca artikel di sebuah surat kabar yang berjudul “Orang Tua Jangan Gaptek” menarik sekali untuk di simak, namun pelasanaannya sulit sekali. Kita semua mengerti seperti apa kebiasaan penduduk negeri tercinta, ibu-ibu lebih bangga berbaju baru dibandingkan membelikan buku baru buat putranya. Sepertinya menumbuhkan mental pembelajar hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Lebih asyik menonton sinetron daripada menemani putranya belajar apalagi browsing di internet untuk mencari ilmu-ilmu baru. Menyedihkan sekali.
Padahal membangun mental dan membangun mimpi menjadi tanggung jawab keluarga bukan hanya tanggung jawab sekolah, namun pada prakteknya pendidikan mental lebih di bebankan pada pihak sekolah, utamanya guru. Guru hanya bertemu siswa dalam beberapa jam di sekolah, sisanya di rumah.
Sebagai guru kita hanya bisa menyarankan kebiasaan membangun mimpi, ide-ide dan imajinasi menjelang tidur, kemudian dituliskan, paginya diusahakan cari literaturnya. Bagi Guru yang mengajar di kalangan ekonomi menengah ke atas dengan tingkat kesadaran orangtua terhadap pentingnya belajar sudah tinggi tidak ada masalah, namun bagi guru-guru di sekolah pinggiran perlu kerja keras.
Menemani siswa membangun mimpi, perlu tambahan energi tersendiri. Hasil dari blog walking “Dream Sharing di sekolah favorit sudah menjadi kebiasaan dan diantara siswa terjadi saling menguatkan”, namun, bagaimana dengan guru-guru di sekolah pinggiran, “Dream Sharing seringkali hanya menjadi bahan tertawaan”, maka salah satu solusinya menyarankan siswa menuliskan ide-ide dan mimpinya menjelang tidur dan mendiskusikannya di waktu senggang atau si saat istirahat . Kalau tidak punya waktu yang bisa dilakukan guru hanya memberi rujukan literature untuk di baca.
Mari kita bersama-sama melatih anak-anak membangun ide-idenya menjelang tidur, menuliskannya, mendiskusikannya, dengan harapan lahir inovasi-inovasi baru di negeri tercinta. Kita semua memang perlu banyak belajar untuk mencari terobosan ilmunya dan solusinya.
Selamat berjuang.

Rabu, 15 Juli 2009

Mengembangkan Keterampilan Menulis Siswa Dengan Fisika


Mulai hari kamis, 16 Juli 2009. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah akan dimulai lagi. Seperti biasa saya lebih suka mengajar siswa baru ( kelas X ) dibandingkan kelas di atasnya karena ada yang unik dan menarik untuk diteliti. Pengalaman selama bertahun-tahun mengajar adalah adanya siswa masuk dengan NUN tinggi namun di dalam proses pembelajaran tidak bisa apa-apa, artinya siswa tersebut selama ujian mengandalkan pekerjaan teman alias nyontek.
Tentunya kita tidak bisa menyalahkan siswa saja, karena pendidikan adalah suatu proses. Tugas saya sebagai guru hanyalah mengembangkan potensi mereka. Salah satu yang ingin saya kembangkan adalah menulis. Guru fisikapun berhak menugasi siswa menulis, dengan harapan siswa mampu menuliskan analisis praktikum yang dilakukannya.

Kegiatan menulis adalah hal yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Paling tidak terdapat dua kegunaan menulis yang bisa diidentifikasi secara langsung. Pertama, dengan menulis siswa mampu mentransmisi/pemindahan ide kepada pembacanya, misal dari guru ke siswa ataupun sebaliknya; kedua, dengan menulis siswa, dapat menginterpretasi ide yang ada dan menyusunnya kembali sesuai gaya dan bahasanya sendiri.
Dengan menulis, siswa sebenarnya tidak harus dituntut untuk mereproduksi fakta/definisi/ide sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh guru/buku teks, namun yang lebih utama adalah proses mengumpulkan berbagai ide tersebut dan men-sintesis-kannya menjadi tulisan yang memang dipahami olehnya. Sehingga menulis tidak harus selalu dilihat sebagai hasil belajar siswa (misal ringkasan isi mata pelajaran), namun juga harus dilihat sebagai cara belajar siswa yang menunjukkan bagaimana dia mengorganisasi pengetahuan dan pemahamannya.
Apa yang ditulis oleh siswa sebagai cara dia belajar juga tergantung kepada siapa tulisan tersebut ditujukan/audiensnya. Ketika siswa menulis audiensnya bisa kepada: mereka sendiri, guru (sebagai seorang guru, sebagai penilai/penguji pemahamannya, ataupun orang dewasa yang responsif dan dipercaya), untuk siswa lainnya ataupun untuk orang lain/pembaca lainnya. Tulisan yang dibuat oleh siswa diperiksa keakuratan dan cara pengerjaannya untuk kemudian diberikan nilai. Pada masa lalu, yang berhak menilai tulisan siswa hanyalah guru namun di era informasi global ; teman dan masyarakatpun mampu membantu memberikan nilai dengan komen-komen di blog.
Ada satu yang wajib dimiliki siswa sebagai peserta didik, memiliki blog sendiri. Sejak setahun yang lalu saya menugasi siswa menuliskan analisa pemikiran/idenya dalam bentuk tulisan kemudian diposting ke blog pribadinya. Meskipun tingkat keberhasilannya masih relative kecil baru 10% namun saya yakin tahun ini akan ada peningkatan. Apalagi sejak setahun yang lalu perpustakaan sekolah kami mendapatkan bantuan AIM (Anjungan Internet Mandiri), sangat membantu sekali. Siswa bisa mempostingkan karyanya sewaktu-waktu, maklum sekolah kami baru setahun mendapat fasilitas speedy, jadi jangan dibandingkan dengan sekolah RSBI, dimana fasilitas sekolahnya sangat lengkap dan sebagian besar siswanya berasal dari ekonomi menengah ke atas.
Mulai tahun ini kemungkinan saya akan banyak mengajak siswa melakukan eksperimen. Alhamdulillah meskipun kecil akhirnya sekolah kami memiliki laboratorium IPA sendiri, itupun bekas dapur Jurusan Restoran yang sekarang sudah tidak dipakai karena sudah dibangunkan dapur baru oleh Pemerintah. Semoga kami Guru IPA; Kimia dan Fisika dapat memanfaatkannya secara maksimum. Amin. Ada lagi yang menarik mulai tahun ini kami berlima mendapat jatah 28 Jam, terpaksa karena guru IPA sekolah kami kurang, dan rombongan belajar tambah 2 kelas, menjadi 30 rombel (Rombongan Belajar).
Selama ini terpaksa tidak melakukan eksperimen, terutama alat ukur, biasanya bekerja sama dengan guru produktif masing-masing jurusan. Tapi tahun ini saya usahakan praktikum sendiri. Dengan harapan siswa lebih memahami proses pengukuran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Guru merupakan sebuah profesi yang sangat membahagiakan, karena setiap saat harus belajar dan terus menerus belajar, baik Metode pembelajarannya maupun Strategi Pembelajarannya, belum lagi perkembangan keilmuwannya terutama terapannya dalam dunia kerja. Ada yang menarik, saat ini guru harus hati-hati, siswa sekarang mampu menuliskan pendapatnya tentang kinerja guru di blog pribadinya. Namun kalau guru bekerja dengan baik, banyak mendapatkan bantuan doa dari siswa sehingga apa yang guru inginkan bisa kita capai dengan hasil seperti yang diharapkan. Inilah kelebihan guru. Bisa dihujat dan bisa juga mendapat banyak doa.
Bagi siswa yang rumahnya jauh dari warnet, siswa menuliskan analisanya di kertas folio saja. Saya tidak terlalu memaksa siswa memiliki blog meskipun saya mewajibkannya. Kendalanya adalah faktor ekonomi dan faktor geografis tempat tinggal. Biasanya mereka akan mencari tambahan nilai dengan membuat tehnologi tepat guna dan mempresentasikan kehadapan teman-temannya. Setelah kegiatannya didokumentasikan, dan melihat foto-foto kegiatannya menjadikan siswa yang tadinya ndak mau membuat blog menjadi tertarik membuat blog dan mempostingkan karyamya bahkan belajar membuat slide show kegiatan belajarnya. Alhamdulillah. Ada catatan kecilnya; untuk mempostingkan karyanya mereka harus menabung sebagian uang sakunya, karena fasilitas sekolah belum memadai. Menjadi guru di SMK harus sabar dan telaten.
Maksud saya memaksa siswa belajar menulis adalah, sambil mendulang minum air; mampu menguasai fisika dengan baik, bisa menulis, mampu mentransmisikan ide-idenya, memiliki blog dan yang tidak kalah pentingnya mampu mencari uang lewat blog. Amin.
Harapan terapan ke depan, dengan menguasai keterampilan menulis maka diharapkan dapat menjadi penulis lepas, seperti menjadi essais, cerpenis, novelis, atau kolumnis. Bahkan mungkin menjadi wartawan dari berbagai media seperti media cetak, maupun media elektronik. Tidak hanya menjadi tenaga kerja di pabrik saja.
Ternyata dengan belajar fisika, siswa mampu mengembangkan keterampilan menulis dan menulispun bisa jadi sumber nafkah.


Sabtu, 11 Juli 2009

Blogwalking = Belajar


Sering kita mendengar komentar negatife beberapa teman tentang blogwalking. Ada banyak teman yang mengatakan blogwalking hanya buang-buang waktu, tenaga dan pikiran. Pada dasarnya, dengan blogwalking kita bisa mengenal pola pikir/ ide banyak teman. Ada banyak permasalahan yang tidak kita pikirkan sebelumnya ternyata dipikirkan oleh orang lain. Seringkali sepulang blogwalking muncul ide-ide baru untuk menulis.

Andai saya tidak memiliki blog mungkin saya hanyalah seorang guru yang sedikit takut mengajarkan tehnologi atau takut mengajak siswa belajar tehnologi dan memanfaatkan tehnologi. Gaptek (gagap tehnologi), mungkin bagiku tidak masalah, karena saya sudah tua. Namun bagaimana dengan kedua putraku dan siswa-siswaku?.
Ada banyak pengalaman yang menarik dan membahagiakan selama saya melakukan blogwalking; saya bertemu dengan banyak teman yang karyanya luar biasa, ulasan-ulasannya menyentuh hati, nyaman dan damai setiap kali berkunjung dan membaca karya-karya beliau, ada yang membuat saya jengkel tapi selalu membuatku kangen mengunjungi blognya, adapula yang bikin senewen, ada yang sangat rekreatif mampu mengajakku mengunjungi daerah-daerah wisata yang di ceritakannya/dipaparkan dan masih banyak lagi.
Banyak pelajaran yang bisa didapatkan dari kegiatan blogwalking.
Bahkan saya sempat bercerita pada beberapa tokoh pendidikan di Indonesia tentang fakta di lapangan, begitu banyak siswa-siswa SMP yang memiliki karya luar biasa. Banyak tokoh pendidikan bicara masalah perkembangan pendidikan di Indonesia, namun karena Beliau-beliau tidak pernah punya kesempatan atau tidak pernah menyempatkan diri untuk blogwalking, sebagian besar tidak mengetahui perkembangan pola pikir di kalangan generasi muda Indonesia. Tidak memahami, Loncatan Pemikiran Generasi Muda Indonesia yang sangat luar biasa.
Saya sering belajar pada generasi muda, bahkan sebagian besar masih duduk di bangsu SMP. Luar biasa. Sudah waktunya generasi tua tidak malu belajar pada yang muda.
Orang tua, guru dan masyarakat di era global ini wajib belajar dan terus belajar, terutama masalah perkembangan tehnologi. Kalau tidak mau belajar dikawatirkan terjadi miss komunikasi antar dua generasi. Andai hal ini terjadi, sangatlah disayangkan. Karena sebenarnya bisa dihindari. Saling berbagi diantara dua generasi yang berbeda pola pikir, asah, asuh dan pengalaman. Pasti membahagiakan.
Di saat kegiatan PKK, rasa-sayanya ingin sekali mengajak ibu-ibu blogwalking, dengan harapan ibu-ibu berani menuliskan ide-idenya dan mempostingkan karya-karyanya. Namun sayang sampai hari ini masih menjadi harapan dan impian, karena di Kelurahan belum ada fasilitas internet. Namun saya yakin suatu saat impian saya pasti terwujud.
Andai para ibu memiliki blog, sebagian waktu dan pikirannya digunakan untuk kegiatan positif dan produktif. Bukan habis di depan televisi dan menjadikan ibu-ibu tidak produktif, bahkan cenderung emosional karena asyik dengan acara televisi , sehingga lupa mengembangkan diri. Andai ibu-ibu sudah berani berkarya, pasti Indonesia sedikit demi sedikit akan menjadi Negara yang produktif bukan konsumtif, karena generasi mudanya mendapat suri tauladan dari generasi sebelumnya (ibunya).
Pada masa kecil saya, nenek dan ibu setiap hari sibuk bercerita tentang sejarah, kisah-kisah ketauladan, kepahlawanan, ketangkasan kebijaksanaan serta kebajikan, di saat selesai belajar dan berangkat tidur. Namun, Nenek dan ibu sekarang sibuk dengan sinetron. Sebuah kondisi yang memprihatinkan.
Tidak mungkin mengharapkan semua orang setuju dengan pendapat saya, namun dunia maya memang sudah waktunya menjadi bagian dari hidup kita untuk belajar. Sekali lagi untuk belajar. Menjadi generasi pembelajar.
Semuanya memang kembali pada niatnya. Kalau blogwalking hanya untuk iseng saja, dapatnya keisengan belaka. Namun kalau niatnya mencari ilmu, pasti banyak ilmu yang kita dapatkan.
Jadikan kegiatan blogwalking sebagai kegiatan belajar dan terus menerus belajar.
Selamat berjuang.


Selasa, 07 Juli 2009

Berebut Colokan

Beberapa tahun yang lalu kita mungkin tidak pernah berpikir suatu saat akan berebut colokan dengan teman. Apalah gunanya colokan di masa lalu. Kini, colokan merupakan barang yang kadang terpaksa menjadi barang yang diperebutkan.

Mari kita cermati cerita ini:
Alkisah ada seorang pengusaha yang sedang mengalami krisis dalam bisnisnya. Suatu hari, sewaktu berjalan melewati sebuah rumah, ia mendengar percakapan antara seorang kakak dan adiknya. Kakaknya sedang menyetrika baju. Adikya, yang ingin membaca buku, tidak bis menyalakan lampu karena hanya ada satu colokan.
“Kak, cepat sedikit, tanpa lampu, aku tidak bias membaca!” kata adiknya.
“Tunggu sebentar, akan selesai!”
“Selesai, selesai, sudah 20 menit, kok belum selesai?”
Setelah mendengar percakapan kakak beradik itu, pengusaha langsung punya ide. “Dengan satu colokan memang tidak pas, kenapa tidak membuat colokan dua sisi?” gumam si pengusaha.
Pengusaha itupun mulai memikirkan permasalahan tersebut dan akhirnya, terciptalah sebuah colokan serbaguna. Bahan rekayasanya mendapat sambutan hangat di pasaran, ia pun akhirnya memperoleh keuntungan yang sangat besar. Bahkan saat ini di pasaran tersedia colokan dengan lima sisi.
Dan kini, colokan merupakan piranti yang teramat sangat diperlukan. Salah satu barang yang paling vital dibawa pada saat diklat adalah colokan. Beberapa tahun yang lalu tidak ada kewajiban membawa laptop saat diklat, namun di era kemajuan tehnologi, semua peserta diklat diwajibkan membawa laptop, maka colokan merupakan barang yang sangat vital keberadaannya. Tanpa colokan apalah artinya laptop kita kalau simpanan energi habis, maka colokanlah yang paling diperlukan apalagi jika dalam ruangan jumlah pesertanya puluhan bahkan ratusan.
Di dalam kamarpun, kita juga masih berebut colokan. Penghuninyapun akhirnya hanya bisa saling bertenggang rasa jika salah satu tidak ada yang membawa colokan. Alhamdulillah jika berteman dengan seseorang yang sangat toleran, jika tidak … bisa stress gara-gara colokan.
Begitu juga, jika kita ke alun-alun kota cari hotspot gratis, maka jangan lupa bawa colokan. Apalagi kalau perginya beregu dan semua anggotanya bawa laptop. So … pasti keberadaan colokan banyak sisi dengan kabel panjang sangat diperlukan.
Sudahkan tersedia colokan di dalam tas laptop Anda?.


Sabtu, 04 Juli 2009

Menumbuhkan Potensi Siswa Dengan Fisika

Setelah hampir dua minggu ndak sempat ngeblog karena harus mengikuti diklat Peningkatan Kompetensi Guru IPA Vokasi Region Jatim di LPMP Surabaya, rasanya kangen sekali mau cerita ke teman-teman tentang kegiatanku bersama 36 guru Fisika se Jawa Timur dari 107 guru IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) se Jatim.

Akhirnya mimpiku menjadi kenyataan, di undang Diklat P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) IPA Bandung. Meskipun pada awalnya saya sempat kecewa karena pelaksanaannya di Surabaya namun saya ndak pernah berhenti bersyukur, mendapat kesempatan bertemu dengan guru-guru Fisika SMK se Jatim.
Ada cerita yang membuatku terharu. Salah satu panitianya murid SMP saya, dan yang membuatku tak habis mengerti, beliaunya masih mengingat parap saya dalam jiwanya. Sampai sekarang saya masih berpikir, apalah artinya parap seorang guru? Mengapa ada siswa yang mengenangnya sampai bertahun-tahun. Subhanallah.
Kegiatan diklat Fisika paling padat, tugas praktikum sangat banyak, malam harus mengerjakan laporan pagi presentasi. Meskipun tugas ini dikerjakan secara kelompok namun karena terlalu banyak terpaksa harus nglembur. Padahal kami membawa laptop sendiri-sendiri namun harus kerja keras untuk menyelesaikannya. Kadang hanya bisa tidur selama 2 – 3 jam semalam. Para widyaiswara dari Bandung heran melihat semangat teman-teman Guru di Jawa Timur. Guru-guru Fisika Jatim memang luar biasa.
Yang membuatku bahagia, adalah semangat kerja sama dan berbagi diantara kami. Di saat semua teman-teman dari jurusan Kimia dan Biologi sudah tidur, kami terdiri dari 6 kelompok, masih mengerjakan tugas dengan penuh semangat.
Ada kegiatan yang sangat menarik bagi saya, yaitu berbagi Flash. Berbagi imaginasi pembelajaran Fisika berbasis IT, karya mandiri bukan copypaste. Meskipun membuat pembelajaran sendiri memerlukan banyak waktu, namun jika berhasil tak bisa dinilai dengan materi. Kepercayaan guru juga akan lebih baik, karena menggunakan karya sendiri. Semoga saya diberi banyak kesempatan oleh Allah untuk berkarya. Amin.
Harapan ke depan, semoga Fisika tidak menjadi mata pelajaran “momok” di sekolah, namun menjadi pembelajaran yang paling menyenangkan di sekolah. Dan semoga dengan fisika, potensi siswa dapat tergali secara maksimal. Amin.