Posting Terbaru

Senin, 31 Agustus 2009

Buku = Permadani Terbang


Frank Gruber (1904 - 1969) sastrawan yang menulis lebih dari 300 cerita, 60 novel, dan 200 skenario film layar lebar dan tv, pernah mengatakan, “Buku adalah permadani terbang, yang sanggup melayangkan kita ke pelosok negeri tak dikenal.” Ambil buku dan terbanglah, menjelajahi kancah yang belum dikenal, untuk memperkaya jiwa kita dengan penyingkapan berbagai misteri. Ambil permadani terbang itu, dan menjelajahi berbagai wilayah tak terjamah, untuk memperkaya jiwa kita dengan hikmah untuk menyiasati kesulitan hidup sehari-hari.

Pada saat kita kecil sering berimajinasi dipinjami permadani terbang ratu Bidadari dari Negeri Dongeng, berkeliling di angkasa memandang alam dari atas awan, apalagi jika dipinjami tongkat ajaib Nirmala, segala apa yang kita inginkan pasti bisa kita dapatkan termasuk makan makanan yang sangat lezat serta berpakaian indah. Sampai sekarangpun saya masih suka baca majalah Bobo.
Seseorang yang berpotensi besar mempunyai masa depan cerah di era globalisasi modern ini adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan. Salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan membaca buku.
Kita juga perlu belajar pada Zig Ziglar salah seorang guru manajemen dan motivational speaker besar abad ini, “Tomorrow belongs to those who are investing in themselves today.” Masa depan adalah milik orang-orang dan lembaga, termasuk perusahaan dan negara, yang berinvestasi untuk mengembangkan diri, mulai hari ini. Berarti keluarga dan sekolah termasuk di dalamnya.
Dengan membaca buku kita akan mengetahui banyak hal secara mendalam tentang materi yang sedang kita pelajari. Semakin banyak buku yang kita baca akan membuat kita termotivasi untuk menggali informasi lebih dalam lagi.
Sebagaimana sebuah pepatah bijak menyebutkan, “The more you know, the less you get. – Semakin Anda mengetahui, maka Anda semakin merasa tidak mengerti.” Saya jadi ingat pengalaman saya sendiri di cerca pertanyaan mengenai pepatah ini oleh salah seorang siswa saya. Saya hanya tersenyum menanggapinya. karena saya sendiri merasakan dampaknya. Tambah banyak buku yang saya baca tambah merasa bodoh. Saya hanya mampu menjelaskannya berdasarkan pengalaman saya pribadi dan Alhamdulillah dia mampu memahaminya. Dan sekarang saya amati bahan bacaannya semakin meningkat mutunya.
Beruntung saya mendapat tambahan tugas memimpin perpustakaan sekolah, sehingga saya punya banyak kesempatan mengembangkan minat membaca siswa, karena bahan bacaan perpustakaan sekolah kami terus berkembang sesuai kebutuhan siswa maka jumlah pengunjung dan peminjam buku terus meningkat. Jam istirahat suasana perpustakaan seperti pasar, kasihan anak-anak hanya punya waktu 15 menit untuk melakukan rekreasi intelektual. Oleh karena itu saya dan bu Muniarti berupaya membuka perpustakaan jam 06.30 WIB sebelum kegiatan KBM di mulai. Saya banyak belajar pada Bu Muniarti untuk meningkatan pelayanan kami. Beliau memang luar biasa dan patut diteladani.
Banyak guru menghindari tambahan tugas pelayanan di perpustakaan padahal menurut pengalaman saya sangat membahagiakan. Di saat jam-jam kosong bisa berbagi ilmu dengan siswa. Ilmu apa saja. Jika kita tidak memahaminya beri siswa rujukan pustakanya. Biarkan siswa menaiki sendiri permadani terbang pilihannya sendiri
Kembali kita mengingat petuah Iukuzawa Yukichi (1835-1901) yang hidup di zaman Sakoku (Isolasi). “Meski miskin seorang yang berilmu akan tetap berharga,” Saya sering sebarkan petuah ini pada siswa-siswa saya. Beruntung sekali buku-buku bermutu karya pengarang Indonesia dan duniapun laris manis dibaca siswa.
Tantangan orangtua dan guru di era global semakin berat, jika sebagai orangtua dan guru tidak suka membaca, kasihan anak dan siswa-siswanya.
Saya menuliskan pengalaman saya dengan harapan semoga dimasa datang, sekolah-sekolah di Indonesia mampu meningkatkan koleksi buku di perpustakaan sekolahnya sesuai dengan kebutuhan siswa karena ratusan siswa haus ilmu pengetahuan, biarkan mereka menjelajahi dunia yang sangat luas dan tak terbatas ini dengan permadani terbang (buku) pilihannya. Amin. Karena siswa merupakan asset tak ternilai milik bangsa.


22 komentar:

  1. yup dengan membaca saya menjelajahi dunia lain.....
    dulu saya selalu mimpi keliling dunia..gara2 baca buku2.... trus pas baca ttg student AFS yg ke Grand canyon saya berdoa..suatu saat saya harus sampai benar kesana ke grand canyon.......eh Tuhan mendengar dan mengabulkan doa saya....mimpi saya melihat salah satu "keajaiban yg diciptakan Allah" tercapai....dan sekarang saya masih menjelajahi alam mimpi lewat buku, teve dll

    BalasHapus
  2. Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya.
    Buku adalah permadani terbang, biarkan siswa naik dan terbang sendiri mengembara ke pelosok yang belum terjamah.

    Sayang sekali, dengan waktu kurang lebih 15 menit, pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber informasi cenderung termarginalkan. Seperti halnya disekolah saya, dengan jumlah siswa lebih dari 1000 orang.

    BalasHapus
  3. Iya ya, kalo kita punya tongkat ajaibnya Nirmala pasti enak. Pengin apa tinggal, jlinggggg... Jadi deh. Gak perlu ngamen sana sini bahkan nyopet...

    BalasHapus
  4. Wah saya jadi ingat saat SMP saya sudah pinjam buku "tebal" biografi Pak Harto karangan OG Roeder. Saya smp juga sudah baca buku komunikasi massa. Saya waktu itu seneng baca buku pertanian (walaupun akhirnya jadi Tukang Akuntan) Pokoknya mengasikkan deh....

    Kalau banyak guru yang nggak mau di perpus, mungkin melihatnya sebagai beban. Yang seperti ini bisa kena: ayam mati di lumbung padi. Kreativitas nggak ada padahal sehari harinya ada di perpustakaan

    BalasHapus
  5. jadi inget sama oki temennya nirmala nih..

    membaca emang cara mendapatkan ilmu yang paling mudah. happy reading ya..

    BalasHapus
  6. Mantabbb mbak......suka dan sepakat dengan kata2 'Meski miskin seorang yang berilmu akan tetap berharga'.....

    BalasHapus
  7. Wah, Buku = permadani terbang = gudang ilmu.......^_^

    BalasHapus
  8. nice posting mbak Puspita :) kalo saya sih lebih suka dengan ungkapan bahwa "tomorrow belongs to those who believe in the beauty of their dream" bagaimana mbak Puspita?

    BalasHapus
  9. amin. membaca adalah jendela dunia. semoga semua sekolah termasuk yg tertinggal pun tidak kekurangan buku yg dibutuhkan..

    BalasHapus
  10. Bu, pesen bukunya Agus Mustofa yang judulnya
    "berdoa ato... Menyuruh Allah?"

    kayaknya bagus tuh buku :)

    BalasHapus
  11. Sayang, sebelum sempat membudaya sudah tergantikan oleh budaya nonton tivi dan ketik sms....

    BalasHapus
  12. buku memang menjadi asupan gizi batin yang ndak akan pernah habis, bu pita, sayang sekali, masih banyak juga generasi masa depan negeri ini yang masih juga belum mau mengakrabi budaya literasi ini.

    BalasHapus
  13. Kalo bagi saya, Google adalah pintu kemana saja. More you know, the less you got. More you even blogwalking, the more you got. Andaikan di SMA banyak buku Komputer, Bisnis, dan Motivasi mungkin tempat favorit d Sekolah adl Perpustakaan. Tapì sayangnya itu smua masih sebatas mimpi.

    BalasHapus
  14. kalo blog apa perumpamaanya bu guru?

    BalasHapus
  15. @ suwung pikiran anda apakah masih suwung? goleki rangga masss

    BalasHapus
  16. Bagi sebagian masyarakat terpencil, buku adalah barang yang sangat mahal dan sangat istimewa bu....

    BalasHapus
  17. dengan membaca kita dapat memperoleh ilmu maka pergunakan buku sebaik mungkin.

    BalasHapus
  18. benar sobat!!! Biarpun miskin, orang berilmu akan tetap berharga. Sesuai dalil Allah Akan Menaikan Derajat Orang Yang Ber Ilmu

    SEMANGAT....
    Semoga Blognya Tetap Jaya...!!

    BalasHapus
  19. Setuju, mbak Puspita! Buku itu satu-satunya sarana imajinasi kita mengembara tanpa batas. Orang lain atau keadaaan bisa memenjarakan tubuh kita, tapi tak ada seorangpun di dunia ini yang bisa memenjarakan imajinasi kita. Banyak yg bilang buku itu mahal, tp menurutku buku malah barang yg paling murah kalo dilihat dari manfaat yg kita petik utk mengubah pandangan dan hidup kita.

    BalasHapus
  20. wah, jadi pengen terbang nih. terbang dg imajinasi tentunya.

    BalasHapus