Posting Terbaru

Sabtu, 12 Desember 2009

Belajar Pada Akar



Pagi ini ada kesibukan mengurangi akar-akar adenium dan mengganti media tanamnya. Tiba-tiba saya merenung dalam diam sambil mengamati akar-akar adenium tersebut.Inilah hasil perenungan sederhana saya terhadap akar.
Walau akar itu tidak seindah daun atau bunga, juga tidak berwarna-warni indah, namun memiliki fungsi yang sangat besar.
Tidak terlihat, akan tetapi akar memiliki peran yang sangat penting. Ia bisa menunjang batang pohon dengan sangat kuat. Ia selalu berusaha mencari air dan mineral yang nantinya akan menjadi asupan bagi tanaman.
Akar memiliki dorongan mencari air yang sangat kuat sehingga ia mampu menjebol trotoar untuk mendekati air di sebuah hidran. Akar juga mampu menyesuaikan dirinya untuk masuk ke celah-celah kecil (mencari air di dalam relung-relung tanah) atau menghadapi kondisi iklim yang berbeda (mengakar pada batu karang di gunung bersalju).
Tapi yang sungguh mengagumkan adalah ia bekerja dalam hening dan tidak terlihat dari luar. Akar sangat memahami apa yang ia inginkan dan bagaimana merealisasikan keinginan tersebut.
Mampukah kita meneladani akar? Serta belajar banyak padanya.
Pada saat musim kering atau kekeringan dia terus menerus berjuang untuk mendapatkan air. Akar sangat konsisten untuk mewujudkan angan-angannya mencapai sumber air.
Ia tidak menyerah walaupun kondisinya sulit. Komitmennya untuk mancari air sebagai bentuk tanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan daun, bunga dan sebagainya membuatnya akan berusaha sangat keras untuk menemukannya.
Akar mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat hebat. Ia bisa membuat dirinya menjadi sangat kecil untuk masuk ke celah-celah tanah dalam rangka mencapai sumber air. Akar juga sanggup bekerja di pegunungan bersalju dengan menancap pada karang dengan sangat kuat untuk melindungi tanaman dari angin.
Akar dengan sangat mengagumkan telah menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Dengan menyandang peran yang begitu besar dan penting ia bekerja tanpa banyak bicara, tidak perlu menampilkan diri. Tapi semua orang tahu bahwa jika ingin menghabisi sebuah tumbuhan, harus dihabisi sampai ke akar-akarnya.
Ternyata akarpun dapat menjadi tempat kita belajar … belajar tentang hidup yang sebenarnya.




Kehilangan I


Pernahkah anda merasa kehilangan?. Sudah hampir satu semester ini saya merasa kehilangan. Kehilangan semangat, maksud saya agak sedikit berkurang semangat saya di perpustakaan. Mengapa bisa begitu? Hampir selama 3 tahun setiap hari saya selalu melihat kehadiran Ferry dengan keserhanaannya , kreatifitasnya serta kemampuan menghafal pengarang dan ciri-ciri karangannya bahkan hapal harga bukunya di perpustakaan. Namun sejak awal tahun ajaran baru dia harus meninggalkan sekolah kami. Untuk melanjutkan sekolahnya. Kini dia telah kuliah.

Kami berdua akui, saya dan bu Mun merasa kehilangan.

Hampir satu semester kami dipisahkan namun setiap kali saya melakukan pelayanan kadang terbersit kerinduan celotehnya, pesanan bukunya serta ringkasan buku yang baru dibacanya. Kini setiap kali pembelanjaannya saya tidak ada yang menemani mengedit bacaan, maksud saya; buku tersebut layak dibaca siswa atau tidak. Sebelumnya harus kami baca terlebih dahulu. Kalau tidak layak, terpaksa kami simpan, tidak untuk dipinjamkan.

Diantara jam-jam kosong dan jam-jam istirahat kami sering berbagi ilmu di perpustakaan sekolah. Bahkan sejak adanya AIM (Anjungan Internet Mandiri), Ferry banyak membantu teman dan adik-adik kelasnya. Bahkan sampai hari ini jika saya tidak bisa membantu, Ferry mau membantu adik-adik kelasnya, mau berbagi ilmu dan berbagi semangat. Tentu saja berbagi jarak jauh. Melalui dunia maya.

Ternyata seorang gurupun bisa merasa kehilangan. Alhamdulillah dunia maya telah banyak membantu kami. Meskipun kami jauh di mata namun dekat dihati. Aktifitas ngeblog sayapun berkat dukungan dia. Mencari siswa sekualitas Ferry ternyata susah juga. Padahal saya tak pernah lupa berdoa semoga ada Ferry-Ferry baru di sekolah kami. Amin.
Alhamdulillah pelan tapi pasti saya melihat hasil perjuangannya. Mimpinya satu persatu mampu terwujud. Doa saya semoga dia berhasil berbisnis online, sukses pula kuliahnya dan menjadi anak yang sholeh. Amin.

Menumbuhkan semangat membaca siswa memang tidak mudah. Apalagi menumbuhkan keinginan menulis siswa, lebih sulit lagi. Padahal membaca dan menulis merupakan dua aktifitas yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, mengurangi tekanan kejiwaan siswa dan suatu saat mampu menjadi ladang nafkah siswa.

Dengan membaca mampu mengubah sistim keyakinan. Mampu menghancurkan keyakinan bahwa diri kita ini terbatas. Sehingga berani berpikir beda. Yakin bahwa diri kita special. Tidak pernah gentar mendapat kecaman . Yakin bahwa kita memiliki potensi yang sangat luar biasa. Sehingga berani berjuang meraih impiannya.

Semoga dimasa datang muncul Ferry-Ferry junior di sekolah kami. Amin.

Senin, 07 Desember 2009

Nge-Blog Upaya Membangun Mimpi Siswa


Apa hubungan mimpi dengan blog? Bagi orang yang tidak mengerti manfaat blog mungkin dianggap omong kosong. Namun apa yang saya pikirkan dan saya sarankan ke siswa ini akan terbukti minimal 5 tahun yang akan datang.

Baru saja saya Fb-an dengan salah satu alumni sekolah kami yang saat ini bekerja sambil kuliah di Kerawang. Sebenarnya siswa kami yang diterima bekerja di Kerawang ada beberapa orang namun satu- persatu mereka pulang, tinggal beberapa orang yang masih menetap dan bahkan ada dua orang yang bisa bekerja sambil kuliah.
Ada satu pernyataan Sugeng yang saya sempat saya copy.

“perjelaslah hidupmu,,,maka alam akan merespon jalan hidupmu,,,semua yang sedang aku jalani sekarang,,apa yang ada dipikiranku waktu kelas 6 sd bu,,,”

Sugeng sedang menjalani apa yang dia pikirkan sejak kelas 6 SD berarti merupakan impiannya sejak 9 tahun yang lalu. Ternyata, sebuah impian / visi memiliki kekuatan luar biasa. Andai sugeng sudah mengenal blog sejak kelas 6 SD maka dia akan merasa sangat bahagia. Dokumen impiannya memang benar-benar ada, tertulis dalam blog. Sayang sekali waktu dia SD belum ada internet,
Harapan semoga Sugeng mampu mengajarkan anak-anaknya membuat blog dan mempostingkan impian dan imaginasinya sehingga seluruh potensi putranya mampu tergali sejak kecil. Amin.

Saat ini ada beberapa siswa telah mampu menuliskan mimpinya di blog, menguploadkan gambar; sepeda motor, rumah, dan mobil pribadi serta impian kariernya di masa datang bahkan ada beberapa yang bermimpi mendapat kesempatan belajar gratis di luar negeri.

Saya bahagia sekali membacanya. Meskipun mungkin bagi orang lain karya mereka masih sangat sederhana namun bagi saya, semua itu merupakan permulaan yang baik.

Rabu, 02 Desember 2009

Setiap Individu Dilahirkan Genius.

Setiap orang manusia saat di lahirkan memiliki sekitar 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar otak sel otak pendukung. Total “modal’ kita mengarungi dunia adalah sekitar I triliun sel otak. Tuhan Maha Adil dan Maha Penyayang. Semua anak manusia dibekali dengan jumlah sel otak yang sama, Tidak ada diskon dan tidak bonus. Subhanallah.
Mari kita coba bandingkan dengan; siput yang hanya memiliki 8 sel otak, lebah 7000 sel, lalat buah 100.000 sel, tikus 5.000.000 sel dan monyet 10.000.000 sel otak. Hewan-hewan ini , dengan jumlah sel otak yang jauh di bawah sel otak manusia, ternyata menunjukkan kecerdasan yang luar biasa.
Contohnya lebah. Hanya dengan bekal 7.000 sel otak, mampu mencari madu, tidak perlu menggunakan peta atau kompas, mengerti hierarki tugas dan tanggung jawab, dan dapat hidup akur dalam satu koloni. Luar biasa bukan?. Bagaimana dengan manusia?.
Selama ini ilmu akan modal kecerdasan ini jarang sekali dibahas. Sehingga masih banyak orangtua maupun guru dan masyarakat yang hanya memandang kecerdasan dari nilai akademik yang di dapatkan, sehingga nilai perjuangan dan nilai proses diabaikan. Akibatnya, hasil atau produk pendidikan di Indonesia tidak dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Bahkan ada beberapa pendapat yang menyatakan
Kemana larinya potensi manusia?.
Saya baru saya dapat pembelajarannya. Minggu ini kedua perusahaan tempat kedua kelompok siswa Prakerin membuat pernyataan yang sama. Mereka minta dikirim siswa terbaik kami. Saya sempat terkesima, terpaku dan termangu. Kedua kelompok siswa di bawah bimbinganku kali ini merupakan siswa dengan prestasi akademik baik. namun ternyata di lapangan atau di dunia kerja sangat jauh berbeda.
Beberapa angkatan sebelumnya tidak terlalu banyak complain, kalaupun ada karena memang mereka memiliki prestasi akademik yang tidak terlalu baik, jadi saya bisa menerima jika pihak perusahaan mengeluh. Namun dua kali rombongan prakerin kali ini beberapa yang mendapatkan complain adalah anak-anak dengan prestasi akademik baik bahkan terbaik.
Saya hanya bisa mawas diri, berarti masih banyak yang harus kami perbaiki dalam proses belajar mengajar di sekolah. Seringkali dilapangan kami kurang menghargai proses karena dikejar deadline kurikulum, sehingga nilai perjuangan siswa terabaikan.
Perlunya ruang gerak yang lebih luas untuk menumbuhkan potensi siswa. Namun apa daya ruang yang ada sangatlah terbatas. Disinilah letak tantangannya. Menjadi guru atau orangtua yang baik memang tidaklah mudah. Memerdekakan potensi individu memang memerlukan perjuangan tersendiri.

Adakah di antara pembaca yang mau membantu saya?. Saya tunggu bala bantuannya.

Selasa, 01 Desember 2009

HADAPI MASALAH DAN CARI SOLUSINYA


Beberapa hari yanga lalu kembali saya terima sms dari salah seorang siswa terbaik kami, intinya Dedy (bukan nama sebenarnya) minta saran pindah kelas. Mengapa? Seberat apakah permasalahannya hingga punya keinginan pindah kelas. Sudah agak lama saya amati ketidak harmonisan hubungan Dedy dengan teman-temannya di kelas.  Salah satu pemicunya, karena Dedy menjadi kesayangannya guru-guru sedangkan yang lain tidak (menurut kaca mata teman-temannya). Dedy selalu mendapat nilai baik bahkan terbaik di kelasnya. 
Dia memang anak yang baik, jenius dan cepat tanggap terhadap tugas yang diberikan guru padanya. Pekerjaannya selalu rapi, baik pelajaran adaptif, normatif dan produktif.  Tapi sayang sekali dia sedikit  memiliki sifat egois. Emotional Questionnya kurang baik. Seringkali menganggap remeh teman. Hasilnya dia dijauhi oleh teman-temannya dan kebetulan dia berada di kelas yang agak bermasalah.
Pada saat di kelas X belum banyak timbul masalah. Kini setelah berada di kelas XI semakin memperlebar jarak dengan teman-temannya. Sebenarnya ada beberapa masalah pribadi yang dia pendam tanpa mau terbuka dengan teman-temannya, dengan tujuan sebenarnya hanya tidak mau merepotkan serta menimbulkan prasangka buruk. Ternyata semua itu juga menimbulkan persepsi jelek dari teman-temannya. Semakin hari semakin buruk. Dan kelihatannya hari ini mencapai puncak kesabarannya.
Beruntung Dedy masih mau berkonsultasi. Akan lebih berbahaya jika dipendam tanpa mendapat pencerahan dan bantuan menyelesaikan permasalahannya.
Kadang saya goda, “Fisika bisa dapat  sepuluh. Menghadapi masalah kehidupan kok …. Loyo ?!. Semangat …Semangat! Jangan lari dari masalah. Jangan menyerah dan jangan pernah putus asa.”
Salah satu saran saya, menulis … menuliskan semua permasalahannya, biar hatinya sedikit lapang. Lega. Sehingga mampu berpikir jernih. Tidak emotional.  Bahkan beberapa siswa mampu menulis di dalam blognya. Ketika permasalahnya bisa dilewati dan memperoleh hasil yang baik. Bisa menjadi memory yang membahagiakan dimasa datang.
Setiap ada siswa mengadukan permasalahannya, seringkali hanya saya bekali buku supaya dibaca. Belajar secara otodidak terlebih dahulu. Dan hasilnya ada banyak siswa mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri dari membaca. Bisa dimulai dari bacaan ringan tentu saja. Mungkin bisa di mulai dari serial teenlit jika perempuan, buku-buku tetralogi milik Andrea Hirata serta buku-buku motivator (Andrie Wongso, Ary Ginanjar,  Agus Mustofa, Renald Kasali, Paulus Winarto, John Mazwell, Krisnha Mukti,  Rhonda Byrne,  Wallace D Wattles, dll) untuk mengasah kepekaan nalurinya.
Bagi yang tidak suka membaca …. Memang agak sedikit repot, namun ada saja jalan keluar yang bisa kita berikan ke siswa sebagai solusinya jika kita memang berniat belajar, belajar membimbing siswa menjadi dewasa. Saya bukan guru BP (Bimbingan Penyuluhan) namun saya suka mempelajari psikologi perkembangan remaja, sehingga seringkali menjadi rujukan siswa untuk membantu mencarikan solusi permasalahan yang sedang dihadapi. Padahal pada dasarnya mereka berjuang mencari solusi sendiri.
Andai saya biasa mencatat seluruh pengalaman selama saya mengajar mungkin  bisa menjadi sebuah buku yang menarik. Sayang sekali masih jauh beras dari dandang.
Masih banyak siswa yang memiliki masalah, sebagian besar tidak tahu harus bicara dengan siapa, sebagian yatim/piatu, bahkan beberapa terpaksa hidup sendiri sementara orangtuanya merantau. Jika mereka salah bergaul/berteman, bukan solusi yang didapatkan melainkan permasalahan mereka semakin buruk,  bahkan mereka bisa lari ke rokok, minuman keras dan narkoba. Mereka berusaha lari dari permasalahannya dengan mengkonsumsi barang haram. Pelarian semu.
Sudah waktunya orangtua, guru dan masyarakat bersatu padu membangun mental dan berempati pada permasalahan remaja supaya mereka tidak salah jalan. Berani menghadapi masalah dan mencari solusinya bukannya lari dari masalah. Lari pada rokok, minuman keras dan narkoba. Yang lebih parah pada sexbebas.



Minggu, 11 Oktober 2009

Maverick, Kisah Seorang Ibu Menolak Diagnosis Autisme atas Putranya

Selama seminggu saya absen dari dunia maya, ternyata kangen juga. Kangen melihat kabar teman-teman, kangen membaca karya dan perkembangan teman-teman blogger. Absen dari dunia maya terasa ada rasa kehilangan yang sulit diceritakan dengan kata-kata.
Kemana saya selama ini, pastinya ada kesibukan di dunia nyata. Mau apa lagi?. Pentingnya keseimbangan antara kesibukan dunia maya dan dunia nyata. Dua dunia, sama-sama penting untuk menciptakan kebahagiaan hati. Bahagia memang kita sendiri yang bisa menciptakan, kalau tidak …. Bisa menimbulkan stress. Daripada stress saya ingin bercerita tentang sebuah buku yang beberapa hari ini menyita waktuku.
Maverick, Kisah seorang ibu menolak diagnosis Autisme pada putranya. Ibu tersebut bernama Cheri L. Florance, Ph. D, seorang ahli Patologi wicara bahasa medis, asisten professor ilmu penyakit jiwa, dan direktur klinis The BrainClinic di Ohio State University College of Medicine and Publish Heald. Dia mendirikan sebuah program pendidikan eBrain yang continue melatih para ahli terapi melalui City University of new York.

Kita orangtua memiliki harapan dan impian yang besar untuk anak-anak kita, kita ingin mendukung mereka dengan segala cara sehingga mereka dapat mencapai cita-cita mereka. Alhamdulillah jika kita dikaruniai anak-anak yang manis, cerdas dan sehat. Namun apa yang harus dilakukan oleh seorang ibu yang diberi titipan Allah seorang anak yang menderita autisme?. Kecewa, sedih atau hanya mengeluh, manusiawi. Namun saya pikir semua itu tidak ada gunanya.
Beberapa tahun yang lalu saya mendengar istilah Autisme. Saya berjuang mencari ilmunya, sebagai seorang ibu, guru sekaligus pengurus PKK di desa, maka ilmu tentang kelainan bawaan lahir (anak berkebutuhan khusus) penting sekali dimiliki untuk dibagi pada tetangga dan lingkungan. Bukan untuk kesombongan melainkan sebagai wahana berbagi ilmu di kalangan ibu-ibu, karena Ibu adalah perpustakaan pertamaku. (kapan-kapan akan saya postingkan tersendiri). Biasanya kami berbagi pada saat kegiatan posyandu (Sayang sekarang jarang sekali bisa saya lakukan berbenturan dengan jadwal mengajar di sekolah), saat ini hanya bisa berbagi pada saat kegiatan PKK baik RT/RW maupun Desa.
Penderita autis banyak kita jumpai di masyarakat, namun sayang sekali masih banyak ibu-ibu yang tidak mengenal jenis kelainan bawaan lahir anak (anak berkebutuhan khusus), terutama autis. Saya juga masih mengenal sedikit tentang autis, Alhamdulillah Allah memberi saya kesempatan mendapatkan buku Maverick ini dengan diskon 50% di toko buku Uranus Surabaya pada tanggal 6 oktober 2009.
Menurut Om Wikipedia, ciri-ciri autisme sebagai berikut:
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
 interaksi sosial,
 komunikasi (bahasa dan bicara),
 perilaku-emosi dan
 pola bermain,
 gangguan sensoris, dan
 perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Anak yang dilahirkan autis, asyik dengan dunianya sendiri. Suka menyakiti diri sendiri. Cerita perjuangan Florance di dalam bukunya Maverick ini sangat menyentuh, Dapat dijadikan bahan bacaan ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus maupun para ibu pemuka masyarakat, ibu-ibu pengurus PKK terutama ibu-ibu Kader posyandu maupun ibu-ibu mengurus pengajian.
Cheri Florance memilki tiga orang anak, kedua putranya dilahirkan sempurna, oleh karena itu ketika putra ketiganya didiagnosis autis, Cheri Folrance sempat berkeyakin diagnosis tersebut keliru. Dia pertaruhkan kebahagiaan keluarganya untuk membuktikan kesalahan diagnosis tersebut. Berbekal pengalamannya sebagai ahli terapi bicara, Cheri mengubah Whitney, anak lelakinya yang ‘bisu-tuli’ serta tak terkendali, menjadi remaja yang sehat dan berbahagia seperti remaja pada umumnya. Kini, Whitney adalah remaja 18 tahun yang menakjubkan, terutama bila mengingat selama 6 tahun pertama kehidupannya, dia sama sekali tidak mampu bicara.
Perjuang Cheri Florance membesarkan Whitney memberikan sumbangan pada dunia ilmu pengetahuan dengan penemuan sindrom maverick yang kemudian dikenal sebagai Florance Syndrome. Maverick, memberikan ilmu baru bagi kita untuk melihat para penyandang autis secara berbeda dengan cara pandang selama ini, sekaligus membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk menolong mereka.

Anak berkebutuhan khusus perlu mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat dan pemerintah supaya mereka bisa mandiri di masa dewasa, tidak tergantung pada orang lain. Saya yakin penderitaan mereka bisa berkurang dengan cinta dan kasih sayang.
Selamat berjuang.


Minggu, 04 Oktober 2009

Tiba-tiba Airmataku Menitik

Dalam dunia yang sangat hedonis dan serba kebendaan ini, faktor keikhlasan terasa tak bermakna dan benar-benar kehilangan makna. Hampir lebih dari dua dasawarsa ini para guru di Indonesia terlihat seperti tak menjumpai kata “ikhlas” dalam kamus hatinya.
Membaca petikan artikel ini,
Tiba-tiba airmataku menitik, hatiku terasa teriris, perih sekali rasanya. Benarkah, sudah separah itu kondisi guru-guru di Indonesia. Setahuku, kami (guru-guru) tidak seperti itu. Saya tidak mau membela diri. Namun saya merasakan dan melihat fakta di lapangan ( di sekolah), masih banyak guru-guru yang mengajar dengan hati dan mereka sangat ikhlas.

Mengapa saya menangis, bukan karena sakit hati, tapi mencoba mawas diri. Saya seorang guru. Saya bukan orang bodoh yang hanya mampu membuang-buang waktu dengan bekerja tidak ikhlas.
Andai saya mengajar tidak dengan hati, siswa-siswa saya akan merasakannya, karena mereka juga memiliki hati. Frekuensi gelombang yang keluar dari tubuh saya benar-benar dapat dirasakan oleh mereka (siswa-siswa). Mulut bisa bohong. Akan tetapi, Frekuensi gelombang yang keluar dari tubuh tidak pernah bohong.
Saya manusia biasa yang memiliki keterbatasan dan kesalahan. Saya guru yang sedang belajar, salah satu inspirator saya Albert Einstein. Beliau menyatakan, “Hasil akhir dari sebuah proses pendidikan adalah membuat seseorang dapat menghargai dirinya sendiri (Try not to become a man of success but a man of value)”
Maafkan saya, tiba-tiba saya ingin sekali melakukan pembelaan diri.
Saya pernah sekolah, masa sekolah saya sangat membahagiakan. Guru-guru saya sangat baik dan penuh perhatian oleh karena itu saya ingin meneladani mereka. Sampai sekarang hubungan kami masih baik meskipun beliau-beliau sudah purna, sudah sepuh bahkan sudah almarhum Saat ini, saya sendiri sudah menjadi guru.
Selama sekolah saya mendapat kesempatan mengembangkan diri dan bahagia sekali. Kebahagiaan dan keberhasilan siswa-siswa merupakan harta yang ternilai harganya. Tidak bisa dinilai dengan rupiah.
Andai saya mengajar tanpa hati, tidak mungkin puluhan sms ucapan selamat merayakan Idul Fitri masuk ke hp, email dan Fb. Baik dari siswa yang masih aktif maupun yang sudah alumni. Orangtua siswa juga ada beberapa. Bahkan mungkin sampai hari ini masih ada beberapa yang belum sempat saya balas meskipun saya lakukan tidak dengan sengaja. Tapi saya terus berjuang untuk tidak mengecewakan mereka.
Meskipun rumah saya jauh dari sekolah beberapa siswa dan alumni masih mau berjuang mencari dan berkunjung ke rumah di hari lebaran. Karunia Allah yang tak ternilai harganya. Saya hanya mampu bersyukur dan terus menerus bersyukur. Kunjungan merekapun tak terukur dengan materi atau uang.
Kedua putrakupun berusaha untuk mengadakan silaturahmi pada guru-guru SD dan SMP bahkan TK bersama kawan-kawannya. (saat ini keduanya sudah SMA), saya yakin mereka melakukan silaturahmi karena sangat mencintai guru-gurunya.
Andai saya mengajar tanpa hati, tidak mungkin beberapa alumni masih memohon restu pada saat mereka berjuang untuk sekolah lagi, pindah kerja, berusaha mandiri, berangkat bertugas (TNI) dan masih banyak lagi. .
Sekali lagi maafkan saya.
Hidup guru-guru Indonesia.


Sabtu, 03 Oktober 2009

Wayang Kulit

Unesco pada tanggal 7 november 2003 telah menetapkan bahwa wayang kulit adalah warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengungkapkan, sejak 7 november 2003 lalu organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan pbb (UNESCO) telah mengakui wayang sebagai world master piece of oral and intangible heritage of humanity.

Setelah dikukuhkan apa yang bisa kita lakukan?. Kita semua perlu bertindak untuk melestarikannya supaya budaya kita tetap menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan hanya mampu menyalahkan generasi muda, pada dasarnya peran generasi tua sangatlah penting.
Sebelum membahas masalah wayang ada yang lebih penting kita bahas, yaitu budaya mendongeng. Saat ini kebiasaan mendongeng di kalangan generasi tua sudah menjadi barang langka dalam kehidupan berkeluarga di masyarakat kita. Budaya mendongeng sudah digantikan oleh budaya nonton TV.
Di masa lalu pada saat saya masih kecil, kakek dan nenek saya selalu ada waktu mendongeng, tentang tokoh-tokoh pewayangan. Karena penasaran akhirnya mencari bahan bacaan di perpustakaan. Di sekolah guru-guru masih memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh wayang.
Di masa kini, di sekolah, waktu untuk mempelajari budaya sangatlah singkat sehingga pengenalan budaya di kalangan generasi muda sangatlah terbatas. Kedua putraku mengenal tokoh pewayangn dari kami selaku orangtua ditambah sedikit dari Guru di sekolah. Bagaimana dengan putra-putri Anda?.
Di hari libur sekolah, ada agenda kegiatan yang menyita waktu saya untuk kedua putraku. Libur adalah saat yang tempat untuk mengenalkan budaya pada anak-anak. (oleh karena itu jarang posting selama libur sekolah)
Saat ini putriku terus belajar budaya Jawa, belajar menari, nembang, belajar memahami tokoh-tokoh dalam dunia pewayangan, belajar sanggul dan rias pengantin Jawa. Salah satu pemicu semangat putriku adalah pada saat seleksi pertukaran pelajar ke luar negeri (AFS), karena gagal dia terus terpacu untuk menguasai budaya Jawa dengan harapan jika suatu saat mampu mendapatkan beasiswa ke luar negeri sudah memiliki bekal yang kuat tentang budaya. Amin.
Membicarakan wayang, saya bukan pakarnya oleh karena itu saya hanya akan memperkenalkan salah satu buku rujukan yang bagus untuk bahan referensi orangtua mendongeng pada putra putrinya yang Berjudul Tasawuf Semar Hingga Bagong karangan Muhammad Zaarul Haq Yang diterbitkan oleh Kreasi Wacana Yogyakarta. Adapaun garis besar ilmunya sebagai berikut:
Wayang merupakan kekayaan budaya Jawa. Untuk mengenal secara mendalam masyarakat Jawa, kita bisa melakukannya lewat kesenian wayang. Wayang merupakan symbol perilaku kehidupan manusia Jawa, miniatur dari dunia Jawa dan dunia kejawen yang seringkali dalam mengkaji kebenaran dilakukan melalui rasio dan indnra batin.
Menurut M Mukti S, Kar. Dalam artikelnya berjudul Dewi Kunthi, Konteks Simbol Filosofis Budaya Jawa, setiap cerita dalam pewayangan pada umumnya memakai pendekatan yang tidak partial tetapi holistik dengan selalu mengingat bahwa budaya Jawa penuh dengan simbol-simbol filosofis yang mencerminkan perseteruan antara tokoh antagonis dan protagonis.
Sejarah telah membuktikan bahwa wayang pernah menjadi media pendidikan jitu yang dipakai Walisongo untuk menyebarkan dakwah Islamiyah di tanah Jawa. Wayang juga sarat dengan kadungan nilai sakral. Nilai yang ada sangatlah banyak, tetapi semua itu tidak pernah lepas dari nilai-nilai pendidikan.
Pendidikan yang ditekankan dalam kesenian wayang adalah pendidikan seumur hidup. Manusia harus bisa memahami bahwa dirinya merupakan Khalifah fil ardhi dengan misi khusus untuk memelihara dan mengatur bumi seisinya.
Mengenal Figur Punakawan:
Pagelaran wayang kulit tidak akan pernah sempurna bila tidak dilengkapi dengan kehadiran Panakawan Menurut sejarah, wayang panakawan adalah hasil buah tangan Sunan Kalijaga di tengah-tengah kesibukan beliau menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Karena beliau berlatar belakang ulama Islam, maka beliau menempatkan ajaran Islam sebagai ladang luas dan referensi utama yang di dalamnya penuh dengan solusi-solusi untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan.
Kentut Semar bukan sembarang kentut. Kentut Semar baunya luar biasa ‘jahatnya’, akan tetapi ajaib, bagi orang jahat yang mencium bau kentur Semar seketika itu juga menyadari perbuatan jahatnya. Kentut Semar bisa diartikan sebagai suara rakyat kecil yang memuat nilai-nilai kearifan dan kebenaran.
Salah satu sebutan untuk Petruk yang banyak kita kenal adalah Petruk Kontong Bolong ( saku yang berlubang), disebut demikian karena Petruk terkenal dermawan, suka infak, zakat dan sodakoh jariyah, sehingga sering dikatakan dheweke dewe luwe ora duwe apa-apa (dirinya sendiri sampai tidak punya apa-apa).
Dan masih banyak lagi ilmu yang bisa kita pelajari dari buku ini. Semoga budaya mendongeng kembali menjadi budaya masyarakat Indonesia di masa kini dan akan datang dengan harapan kebudayaan Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negerinya Sendiri. Amin.