Posting Terbaru

Sabtu, 07 Mei 2011

Kevin, Kembalilah ke Sekolah!


Seperti biasa, setiap hari senin, saya harus bersabar menunggu anak-anak ganti baju setelah mengikuti pelajaran olah raga. Udara di luar kelas terasa sangat panas.  Sebagian besar siswa sudah ganti baju, siap untuk mengikuti jam fisika, sedangkan yang lainnya masih ada di kamar mandi bahkan masih ada yang masih membeli minum di kantin sekolah.
Baru saja saya masuk kemudian duduk di meja guru. Tiba-tiba Kevin bertanya, “Bu, punya air minum?”
            Saya sempat terkejut, “Maaf Vin hari ini ibu tidak membawa air minum. Kamu haus, silahkan beli minum dulu, ibu masih sabar menanti”
            “Saya tidak punya uang”, jawab Kevin dengan ekspresi sedih.
            “Silahkan  beli air mineral di kopsis?”, sambil saya serahkan uang seribu rupiah padanya. 
            Kevin terlihat sangat senang menerima uang yang tidak seberapa.  Dia berlari ke Koperasi Sekolah. Sebentar kemudian dia sudah  kembali ke kelas dengan membawa 2 gelas air mineral. Sampai di tempat duduk, satu gelas dia minum sendiri, satunya di berikan ke temannya. Saya hanya diam, mengamati perilaku Kevin dan kawan-kawannya. Ternyata dia tidak hanya memikirkan diri sendiri. Saya bahagia melihatnya.
            Kevin terlihat sangat menikmati air mineral yang diminumnya.  Saya tidak menyangka ternyata uang seribu rupiah sangat berarti baginya. Setelah habis airnya, dia minta ijin ke luar untuk membuang gelas plastik bungkus air ke tempat sampah di depan ruang kelas.
            “Alhamdulillah. Terima kasih bu. Semoga Allah membalas kebaikan ibu”, kata Kevin sekembalinya dari membuang sampah.
            “Amin. Sama-sama Vin”, saya menjawab sambil tersenyum.
Kelas XM2 memiliki motivasi belajar tinggi meskipun jam fisika selesai pelajaran olah raga. Rata-rata kelasnya paling baik diantara enam kelas yang saya ajar. Meskipun ada satu dua siswa yang lambat belajar,  namun semua itu tidak menimbulkan masalah.
            Semua itu kini tinggal kenangan. Ternyata hari itu, hari terakhir Kevin masuk sekolah. Sampai hari ini dia belum   pernah masuk sekolah lagi. Sudah lebih dari satu bulan. Padahal orangtuanya sudah mendapat tiga kali surat panggilan. Kabar terakhir yang saya terima dari wali kelasnya. Kevin tidak mungkin sekolah lagi. Dia sekarang ikut kerja Bapak di Surabaya. Ternyata selama ini dia hidup dengan ibu tirinya. Ibunya sudah lama meninggal. Karena penghasilan bapak Kevin relatif kecil, ibu tirinya tidak setuju kalau Kevin sekolah. Selama ini,  dia sering ke sekolah tanpa uang saku dan sarapan.
            Hampir setiap hari Kevin pulang pergi ke sekolah nggandol Truk barang. Kevin dan kawan-kawannya biasa mencari tumpangan dari perempatan Kertosono ke pasar Baron, begitu pula jika berangkat sekolah. Cari tumpangan truk barang dari perempatan baron ke perempatan Kertosono.   Dari rumah ke perempatan Baron dia dibonceng temannya.
 Kevin seorang anak yang selalu ceria, dia tidak pernah memperlihatkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Sehingga saya tidak pernah tahu permasalahan hidupnya yang sebenarnya.  Bicaranya ceplas-ceplos. Kalau saya menjelaskan materi tertentu dengan cepat. Dia berani mengingatkan.
“Ibu, saya tidak sepandai Irwan, Aziz, maupun Zenip.”, kata Kevin seolah bicara pada dirinya sendiri.
“Saya juga bu”, sahut yang lainnya.
“Baiklah, ibu jelaskan kembali”
Begitu juga pada saat praktikum selalu saja ada ide kreatifnya. Saya suka kejujurannya. Suka gaya bicaranya. Begitu juga dengan tingkah lakunya. Gaya rambut jabriknya, menantang langit. Tubuhnya yang gendut membuat gerakan tubuhnya terasa lucu dan imut. Merupakan hiburan tersendiri bagi saya.
            Kini, setiap kali mengajar di kelas XM2 terasa ada yang hilang. Biasanya ada Kevin yang selalu ceria menyapa saya dengan beberapa pernyataan yang bisa membuat perasaan saya terasa nyaman. Namun semuanya itu kini tinggal kenangan. Kevin terpaksa keluar sekolah untuk bekerja. Mencari uang untuk menyambung hidupnya. Meskipun dia bebas uang iuran sekolah,  namun semua itu masih belum cukup, dia juga butuh makan.
            Kevin kembalilah ke sekolah. Ibu sangat merindukanmu.

           

8 komentar:

  1. Buu...

    Saya menangis membaca ini. Nggak bisa komentar :((

    BalasHapus
  2. Begitulah Mbak Anaz suka duka saya mengajar di SMK.

    BalasHapus
  3. ibu, ada sedih yang merambat saat membaca ceritanya. smg kevin suatu saat kembali sekolah, bu.

    BalasHapus
  4. @fety; benar Mbak, saya berharap juga seperti itu. Sebenarnya masih banyak Kevin-Kevin yang lain di sekolah. Kami sudah berjuang untuk menyelamatkannya ... semoga Kevin kembali ke sekolah. Amin.

    BalasHapus
  5. Salam persohiblogan
    Maaf baru blogging lagi nih daku
    Sudahkah memiliki dan membaca novel Sahaja Cinta? (iklah, hehe)

    Kasihan ya Kevin, padahal anak yg cerdas dan baik.

    BalasHapus
  6. Cerita yang menggugah rasa bu. Btw, Bu Puspita ini memang seorang pendidik dan pengajar sejati. Salut saya bu.

    BalasHapus
  7. salam sahabat, saya dukung d "ikut mensukseskan Misi Indonesia tahun 2045. Indonesia menjadi salah satu dari lima negara paling maju di tahun 2045" semoga menjadi amal Ibu dan rekan2 guru

    BalasHapus
  8. Saya berdoa mudah2an semangat untuk menuntut ilmu dari Kevin tetap menyala. Seandainya tidak bisa melanjutkan saya yakin kelak memperlakukan anaknya sekolah setinggi tingginya

    BalasHapus