Posting Terbaru

Sabtu, 21 Mei 2011

Bermain Peran Salah Satu Upaya Mengubah Perilaku Buruk Anak

Dimasa lalu, anak-anak lebih suka bermain dengan teman dibandingkan duduk manis di depan televisi. Namun kini keadaan sudah berubah. Begitu juga dengan kebiasaan anak-anak. Akibatnya perilaku anak-anak sekarang juga banyak berubah. Lebih banyak meniru kebiasaan buruk tayangan televisi. Apabila orangtua tidak segera pengambil peran aktif dalam pengasuhan tumbuh kembang anak akan berakibat tidak baik di masa remaja dan dewasa mereka.
                Dina, tetangga dekat rumah. Usianya masih balita. Namun dia  memiliki perilaku kasar, suka membentak, cengeng, semaunya sendiri, dan masih banyak yang lainnya. Beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan diri berkunjung ke rumahnya. Ternyata Dina lebih banyak mengkonsumsi siaran televisi dibandingkan bermain dengan teman-temannya.
                Orangtuanya sibuk bekerja, dia lebih banyak bermain dengan pengasuhnya yang suka menonton acara orang dewasa.  Ibunya juga suka menonton sinetron di malam hari.  Pulang kerja bukannya mengasuh atau mendongeng melainkan sibuk menikmati sinetron.
                Alhamdulillah, dengan adanya PAUD di posyandu dekat rumah, kegiatannya menonton televisi Dina agak sedikit berkurang.  Setiap hari senin dan rabu Dina ikut belajar dan bermain di PAUD Kusuma Bangsa. Salah satu kegiatan yang paling disukai Dina adalah bermain peran. Dina sering mendapat peran manjadi seorang gadis kecil yang manis dan santun, atau menjadi seorang gadis periang,  pemberani dan tidak cengeng.
                Ternyata peran Dina di Pos Paud sangat mempengaruhi perilakunya. Menurut informasi yang saya terima dari ibunya, perilaku Dina banyak berubah. Dulu Dina suka marah dan cengeng. Sekarang Dina menjadi anak yang pemberani dan sopan. Kedua orangtuanya sangat senang melihat perubahan perilaku Dina di sekolah. Dan Alhamdulillah,  saat ini, ibu Dina lebih banyak memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain peran dengan Dina dibanding menonton sinetron. Begitu juga dengan pengasuhnya, belajar memperbaiki pola pengasuhannya.
                Bermain peran  bisa menjadi ajang belajar bagi anak, baik belajar membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu, mengenal tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan kita. Tenyatabermain peran mampu mengubah perilaku buruk anak.  Orangtua cukup memberikan informasi sebelum anak mulai bermain, dan atau lebih baik kalau orangtua terlibat dalam permainan agar bisa menggali imaginasi dan mengenalkan informasi baru pada anak. Orangtua jangan mendominasi permainan.
                Semoga pengalaman sederhana ini ada guna dan manfaatnya. Amin.
               
                 

12 komentar:

  1. Semoga generasi yang akan datang, lebih baik daripada sekarang... :D

    BalasHapus
  2. Ya, ini juga membuktikan betapa susahnya memanusiakan-manusia dengan cara mendidik, metode yang baik dan layak dicoba bu ...

    BalasHapus
  3. Mungkin saya bisa sharing mbak...
    Saya dan suami juga sibuk bekerja di kantor...jika hanya di momong si mbak, anak akan suka nonton TV, jadi saat si bungsu usia 2,5 tahun saya masukkan ke TK kecil di dekat rumah. Sepulang kantor, setelah mandi, makan malam, mengobrol dengan anak, terus gantian dia cerita apa yang dilakukan hari ini di sekolah. Sangat menyenangkan...setelah dia bisa baca, saya membacakan buku, kemudian dia juga sering diajak ke toko buku jika akhir pekan. Akhirnya anak-anak saya lebih menyukai baca buku dibanding nonton. Agar si mbak tak mempengaruhi, si mbak dibelikan TV sendiri di kamarnya.

    Dan jika menonton TV, anak-anak akan memilih nonton bersama orangtua....jika saya harus turne ke luar kota, suami yang menggantikan peran saya. Pada dasarnya, anak merupakan tanggung jawab orangtua.

    BalasHapus
  4. salam kenal bu
    isinya mantap2. salut...
    blog ini saya link ya...
    ditunggu kunjungan balasannya

    BalasHapus
  5. Kita harus cerdas dalam memilih acara nonton televisi, jika tidak makanya anak-anak kita selalu mengikuti peran yang jelek dari TV

    BalasHapus
  6. menurut saya televisi itu banyak madorotnya di banding manfaatnya, sprti gosip,wanita membuka aurat dan bersentuhan dengan yg bkan muhrim.. sungguh zaman skrang ini sdah rusak.. semoga kita di lindungi Allah dari segala maksiat Amiiin..

    salam silaturrahmi..

    BalasHapus
  7. Mendidik memang perlu dengan hati,karena sesungguhnya di dalam tubuh manusia tersimpan hati yang hanya bisa ditundukkan dengan hati pula. mendidik dengan ilmu semua guru pasti bisa karena sudah pernah kuliah, tetapi mendidik dengan hati saya yakin belum semua bisa melakukan.
    Salut atas usaha ibu,....salam dari pekalongan

    BalasHapus
  8. Saya juga ada tetangga yang terkesan membiarkan anaknya menjadi liar. Anak2 sy terpaksa saya cegah agar tidak dekat2 dengan anak tersebut, karena mulutnya suka bicara kotor seperti ortunya. Hemh...!

    BalasHapus
  9. weiiisss,,,jadi berdasarkan lingkungan juga anak mengadopsi perilaku perilaku disekelilingnya

    BalasHapus
  10. saya bertanya2 apakah para artis2 itu sama karakternya dng keadaan sebenarnya ya?

    BalasHapus
  11. Selamat sore mbak... lama sekali ya aku tak mampir kesini, apalagi selama 2 bulan kemarin aku menghilang dari blogsphere karena diklat.

    Bermain peran memang sangat bagi anak2. Semoga sekolah2 utk anak2 TK/SD mengoptimalkan kegiatan bermain peran ini.

    BalasHapus
  12. Salam kenal bu!
    Blognya sangat berguna dan mengingatkan betapa pentingnya pendidikan bagi kita.

    Sekalian mau tekeran link http://zulitaufik.wordpress.com terimakasih....

    BalasHapus