Posting Terbaru

Rabu, 11 Mei 2011

Ketegaran Hati Rizki


Siang itu udara sangat panas. Suasana perpustakaan sekolah masih lengang hanya ada satu dua siswa kelas XII yang sudah selesai ujian. Menunggu pengumuman ujian sekolah dan mencari informasi lowongan kerja dari BKK.
                Tiba-tiba bu Wati datang membawa kabar tentang keberadaan Rizki siswa kelas XTL2. Beliau baru saja terima sms dari Rizki yang sedang  berada di Bali.  Sudah dua hari Rizki tidak masuk sekolah, tidak biasanya dia bolos sekolah tanpa kabar berita. Rizki seorang siswa yang cerdas dan selalu ceria. Sehingga pada saat Rizki tidak masuk sekolah wali kelasnya sibuk mencari informasi tentang keberadaan siswanya.
                “Bu, tolong jika besuk pagi Rizki belum masuk jangan di A (Alpa), namun di I (ijin) saja”, pesan bu Wati pada saya.


                “Baik bu wati sayang. He he he ...”, canda saya.
                “Keluarganya sedang bermasalah. Saat ini dia sedang berada di Bali. Mungkin ijin selama seminggu”, lanjutnya menambah informasi sebelumnya.
                Bu Wati, seorang wali kelas yang penuh dedikasi. Beliau sangat peduli pada siswa-siswanya. Saya sangat suka padanya. Suka pada perhatian dan kasih sayangnya pada saat mengajar. Juga suka pada inovasi dan kreatifitas mengajar beliau.
                “Kasihan anak-anak, sebagian besar orangtuanya bermasalah. Akibat keterbatasan ekonomi, meniimbulkan  banyak konflik”, kata beliau seolah pada dirinya sendiri.
                “Yah begitulah. Oleh karena itu kita harus banyak bersabar menghadapi anak-anak di kelas. Kita harus saling mengingatkan dan bekerja sama dalam membimbing mereka”
                “Semoga Rizki diberi ketabahan”, lanjut bu Wati.
                “Amin”,  jawab saya.
                Senin jam ke 5-6 saya masuk ruang kelas XL2 bel masuk baru saja terdengar. Istirahat baru saja usai. Sebagian besar anak-anak masih di luar kelas. Dari jauh sudah terlihat Rizki sedang bermain dengan temannya. “Alhamdulillah”, ucap saya dalam hati.
                Sebelum masuk kelas, Rizki sudah memohon maaf pada saya karena beberapa hari yang lalu meninggalkan jam Fisika tanpa ijin. Kemudian tanpa saya minta menceritakan permasalahannya. Permasalahan keluarganya. Dia bercerita dengan penuh semangat dan tak lupa selalu tersenyum bahagia. 
                Ibunya berasal dari Banyuwangi. Namun Saat ini neneknya sedang berada di Buleleng ikut buliknya dalam keadaan sakit parah. Sudah agak lama kedua orangtuanya berselisih paham.  Puncaknya, beberapa hari yang lalu ibunya menangis minta diantar ke Buleleng, terpaksa malam-malam Rizki mengantar ibunya ke Bali. Karena ayahnya bekerja di Sidoarjo dan setiap dua minggu sekali baru pulang. Sementara adiknya terpaksa dititipkan di rumah tetangganya.
                Saat ini Rizki hanya tinggal bersama adiknya yang baru duduk di kelas I  SD. Dia terpaksa harus berperan sebagai bapak, ibu sekaligus kakak bagi adiknya. Setiap hari dia memasak, mencuci dan merawat sapi. Meskipun demikian dia jalani semua itu dengan penuh semangat.
                “Bu, doakan saya bisa menjalani hari-hari saya dengan tegar. Kedua orangtua saya bisa rukun kembali seperti sedia kala. Ekonomi keluarga kami bisa bertambah baik seperti beberapa waktu yang lalu”, kata Rizki memohon.
                “Kamu pasti bisa. Bisa tegar dan kuat serta tabah. Siapa dulu gurunya .... ?’, jawab saya sambil tersenyum tentunya.
                “Ibu tentunya ...!”, jawab Rizki tertawa.
                “Bukan saya, bu Wati tentunya!”
                “Ha ha ha ... iya ya!... bu Job Sheed!”, jawab Rizki sambil tersenyum bahagia.
                “Rizki pasti bisa ...”, belum selesai saya bicara.
                “Bisa mengubah permasalahan maupun kegagalan menjadi keberhasilan”, sela Rizki cepat.
                “Masih ingat rupanya?!”
                “Pasti. Rizki ....! Si anak Jenius!. Berani mengubah hambatan menjadi tantangan dan berjuang meraih keberhasilan. Jangan cengeng!. Dalam hal ini berlaku hukum apa bu? Hukum Kekekalan Energi atau hukum III Newton?”, kata Rizki sambil berlari menuju ke kursinya.
                Pernyataan Rizki tidak perlu dijawab.  Dia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Di sekolah, bukan hanya Rizki yang saat ini sedang menghadapi masalah keluarga, namun masih ada beberapa Rizki-Rizki yang lain yang sedang bermasalah. Semoga kami, guru-gurunya mampu mendampingi mereka belajar dan menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan, mampu membangun karakternya. Sehingga anak-anak merasa bahagia berada di sekolah,  karena sekolah mampu menjadi rumah kedua bagi mereka dan guru-gurunya mampu menjadi orangtua kedua bagi siswa. Amin.

6 komentar:

  1. ahhh ... anak2 seperti Rizki ini
    jangan sampai putus sekolah
    semangat belajarnya tinggi
    kemauannya keras
    semoga keluarganya dilimpahi rizki, seperti namanya, amin!

    BalasHapus
  2. Amin. Kami, guru-guru di sekolah bahu membahu berjuang mempertahankan siswa kurang mampu untuk melanjutkan belajarnya.

    Insyaallah Rizki tak akan putus sekolah. Terima kasih motivasinya.

    BalasHapus
  3. Membaca ini jadi membuat saya melihat ke cermin, masalah sepele saja kadang membuat saya bergalau ria, gimana bila saya dapat masalah super-galau yang dialami oleh Rizki?? :O

    Salam ya Bu buat Rizki. Terus semangat!!

    BalasHapus
  4. Semoga Rizki dan anak2 yang mempunyai jalan hidup yang sama dgn Rizki, tetap mempunyai semangat utk terus belajar...

    salut utk bu Guru :-)

    BalasHapus
  5. Amin. Kami juga berharap seperti itu.

    Terima kasih dukungannya.

    BalasHapus
  6. kebetulan nama saya rizki...hehehe
    Semoga rizki dapat mengalir deras ke rizki yang sedang mengalami maslah kluarganya

    BalasHapus