Setiap anak sebagai makhluk sosial memiliki motivasi dasar akan kebutuhan untuk merasa dimiliki. Anak, seperti individu yang lain, mempunyai keinginan yang sama untuk diterima. Sikap dan perilaku mereka diarahkan untuk memenuhi keinginan ini. Sebagai akibatnya, semua perilaku mereka mempunyai maksud , diarahkan pada tujuan-tujuan yang sangat spesifik.
Sebagian besar orangtua tidak memahami dan memiliki pengetahuan kebutuhan alamiah dasar anak. Tanpa pemahaman dan pengetahuan tentang tujuan masing-masing anak, adalah tidak mungkin untuk memahami dan mengubah perilaku.
Sebagai contoh, ketika anak-anak berkelahi , kebanyakan orangtua akan menghentikan pertengkaran , berusaha menghakimi pertengkaran tersebut. Kemudian menghukum yang bersalah. Campur tangan orangtua seringkali tidak menghentikan kebiasaan bertengkar karena tujuan pertengkaran adalah perhatian orangtua.
Jika orangtua mengabaikan petengkaran dan membiarkan anak-anak bebas menyelesaikan pertengkarannya, insiden pertengkaran intensitasnya akan berkurang bahkan bisa berhenti sama sekali. Mengapa? Karena tujuan anak untuk mendapat perhatian orangtua tidak membuahkan hasil.
Orangtua tidak akan berhasil mengubah perilaku anak sebelum mereka paham dan memiliki pengetahuan akan tujuan di balik perilaku tersebut.
Apa yang dilakukan anak di rumah, entah itu perilaku yang dapat diterima maupun tidak dapat diterima , menggambarkan cara yang dipilih oleh anak untuk mendapatkan tempat di dalam keluarga.
Anak yang percaya akan kemampuan mereka untuk mendapat tempat dan merasa diterima di dalam keluarga melalui perilaku yang konstruktif dan kooperatif, cenderung tidak menjadi masalah. Mereka dapat menghadapi tuntutan dari setiap situasi yang baru penuh percaya diri, karena merasa mampu menanggulangi dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orangtua.
Anak-anak yang putus asa/tidak percaya diri akibat praktek-praktek pemanjaan, perlindungan yang berlebihan, penolakan, hukuman, pembandingan dengan anak lain dan pencarian kesalahan yang dilakukan orangtua akan berpaling pada cara-cara yang tidak dapat diterima dalam berperilaku untuk mendapatkan tempat di dalam keluarga.
Sebagian besar anak-anak mengalami krisis kepercayaan diri. Akibatnya sebagian besar tumbuh menjadi anak nakal. Oleh karena itu perlu kerjasama antara orangtua, guru dan masyarakat untuk menumbuhkan kepercayaan diri seorang anak. Supaya mereka mampu membangun karakternya.
NB. Artikel ini pernah saya postingkan di Kompasiana.com
Kamis, 25 Februari 2010
Setiap Perilaku Anak Memiliki Tujuan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tulisan yang mencerahkan Bu Guru...makasih
BalasHapusbener banget, jangan sering ngehukum anak ;)
BalasHapuskok kotak komennya ada duanya :)
Assalamualaikum...Mampir Bu Puspita, benar-benar salut tentang ilmu psikologinya...Mg sukses selalu. Tukar link, kalau berkenan balasannya saya tunggu mampir di blog saya. Maturnuwun.
BalasHapus@Pak Deni; terima kasih kunjungannya.
BalasHapus@Fery; sip ibu akan berusaha tidak menghukum. Suer! Satunya mana?
@Ums Edukasi RSBI; sedang belajar saja bu Umi. Silahkan tukar link. Langsung ke TKP.
hmmm.. hmmm... cuma bisa mantuk2 aja Bu Guru...
BalasHapusMalam...
BalasHapusBu Guru ini emang keren dah
BalasHapusduh jadi pengen balik meluk Rangga
BalasHapusgag ada yang salah ini bu ^^
BalasHapusibuk,,, tukaran link...
BalasHapuslinknya ibuk udah aq pasang...
sungguh artikel yang menarik Ibu.. gak heran bisa dibuat di Kompasiana :)
BalasHapus*link Ibu Puspita sudah ada di blog saya: www.nyubi.com". Semoga kita bisa saling berinteraksi, Ibu :))
akhirnya bisa koment pake nama soewoeng
BalasHapusmakasih pencerahanya bos
BalasHapusassalamu'alaikum bu, kunjungan perdana dan salam perkenalan,...:D
BalasHapusterima kasih banget atas tulisannya, bu pita. baca postingan ini mengingatkan saya akan perilaku anak yang cenderung agresif, tapi penanganan yang keliru, membuat anak2 makin agresif.
BalasHapusKita punya kerjaan sama; ngurusi banyak anak orang, tapi kdg anak sendiri malah kurang keurus. Wah..., terima kasih telah Ibu ingatkan.
BalasHapusBener bu jadi ortu itu harus offensif ya gag
BalasHapusbu ternyata kompasiana sama kayak blog ya
BalasHapuswah..jadi tahu neh saya mbak, kalo ternyata anak-anak juga mempunyai tujuan. Terutama soal kepercayaan. Trimakasih sharing-nya mbak. Salam kenal ya mbak..
BalasHapuskunjungan sore bu...!!!
BalasHapusPermisi mbak ,, berkunjung ,,kunjungan pertama ,, Salam kenal.. :):)
BalasHapuskunjungan sore...!!!
BalasHapusMohon maaf lama baru bisa mampir disini.
BalasHapusbagus nih untuk psikologi anak..
BalasHapusnice post!
Betul bu guru, perkembangan anak harus benar-benar diperhatikan ... agar orang tua mengerti dengan baik kemana arah langkah sang anak ....
BalasHapuskalau pertengkaran anak tidak dihentikan dengan harapan perkelahian itu mengajarkan anak untuk semakin mawas diri dan merasa tidak diperhatikan orang tua adalah solusi, ilmu baru dan semoga manfaat bagi yang lain//
BalasHapusbu saya kmbli lagi
BalasHapusBu, silahkan membuat Profil di kotaangin.com
BalasHapusUsername dan Password bisa minta ke saya atau Mas Dzofar . . .
ada bisnis baru, silahkan mampir di blog ku ya . . . ;)
BalasHapusbu. . monggo. . salam bLOGGER NGANJUK!!!!
BalasHapushttp://putuwardhani.info/
Usia anak-anak umumnya masih didominasi oleh kehendak bebas. Btw, wah, bu, blog ibu ramai ya...
BalasHapuscocok diposting untuk Hari Anak Nasional. Salam kenal bu Puspita. Tulisannya bagus :=)
BalasHapus-Adie-
http://adieriyanto.blogspot.com/
wah aku kudu blajar ki...
BalasHapusmaklum adikku sering bertengkar dengan tetanggaku...
info yang sangat bagus Bu Pus...