Sejak baru pindah ke desa, ada satu tetangga yang sangat saya kagumi. Beliau bernama mBah Jamilah. Mata pencahariaannya hanyalah penjual sayur/buah/daun atau apa saja yang bisa dijual ke pasar. Dengan penghasilan yang sangat minim. mBah jamilah seorang janda dititipi 4 orang anak, 1 orang tumbuh normal dan 3 orang tuna grahita. Perjuangan beliau sungguh luar biasa. Meskipun hidup dalam kesengsaraan namun beliau tidak pernah pernah mengeluh. Selalu menghadapi kesulitan hidupnya dengan senyum.
Salah satu sikap beliau yang sangat saya kagumi adalah rasa sosialnya yang luar biasa tinggi. Setiap kali ada orang mengaji di musholla, selalu ada saja tajilan yang beliau kirim, kadang pisang, roti atau krupuk dsb. Bukan masalah tajilannya, namun masalah kepekaan sosialnya. Luar biasa. Bagiamana tidak malu, saya seringkali masih menghitung-hitung setiap kali mau mengeluarkan tajilan atau sumbangan, namun sejak saya bertemu dengan mbah jamilah saya menjadi malu sekali. Dalam kesempitan, masih bisa beramal. Sedangkan saya, dalam kemudahan masih menghitung-hitung.
Saya jadi ingat pada kebiasaan salah satu Bude saya. Setiap kali pergi jalan-jalan, jika ditanya bude selalu menjawab, “Mau menabung”. Setahu saya bude tidak bisa membaca dan menulis, tapi depositonya banyak sekali. Jangan salah menilai, setiap dapat rejeki bude selalu menyisihkan sebagian untuk ditabung, namun tabungannya tidak ada bukti fisiknya ndak ada rekeningnya karena tidak ada banknya.
Jangan heran, bagaimana ada rekeningnya, lha wong uangnya di bagi buat mereka-mereka yang membutuhkan, tanpa butuh catatan. Setiap kali beliau jalan-jalan pasti ada beberapa amplop di dalam sakunya. Sebelum berangkat beliau selalu berdoa pada Allah supaya diberi kesempatan menolong orang. Subhanallah bude orangnya sangat beruntung, setiap hari selalu diberi kesempatan untuk menolong orang, bahkan ketika bude sibuk di rumah. Ada saja orang yang membutuhkan bantuan bude, baik berupa materi maupun tenaga dan pikiran. Karena kebiasaannya, harta bude seperti tidak pernah habis. Bude hidup dalam kesederhanaan, namun kalau memberi makan orang susah atau anak yatim piatu sangat istimewa. Membelikan pakaian anak yatim pasti sangat layak.
Mbah Jamilah dan Bude adalah dua Guru besar kehidupan saya. Saya banyak belajar pada mereka berdua. Hidup mereka benar-benar bahagia. Meskipun mereka berdua tidak dititipi harta yang berlimpah.
Kebahagiaan ada di dalam hati bukan di dalam keberlimpahan materi.
Mbah Jamilah dan bude tidak punya tabungan di bank kehidupan sekarang namun punya banyak celengan/ tabungan di kehidupan masa depan . Bagimana dengan kita? Sudahkan kita memiliki celengan/tabungan untuk kehidupan di masa depan?
Senin, 15 Juni 2009
Celengan Masa Depan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hore pertama kali--beneran gak nih?
BalasHapusyah, mungkin mulai sekarang menabung... ato jangan" tanpa sadar kita udah nabung ya?
tabungan untuk hidup sih baru aja mulai..
BalasHapustabungan untuk diakhirat.. belum nih..
aduhh saya belom punya tabungan gimana nih hehehe
BalasHapusdi balik kebersahajaan ada kemewahan...
BalasHapuskemewahan yg tak ternilai dgn apa pun..
menabung atau berinvestasi = positif action
terlebih menabung atau berinvestasi untuk akhirat nanti, itulah yg semestinya hrs kita lakukan...
--terima kasih artikelnya, membuat sy termotivasi dan terinsfirasi...
--salam anget...
Mbak Puspita juga kini sudah menjadi Guru besar saya dengan postingan ini.
BalasHapusDalam setiap Rezeki yang kita dapat, ada hak orang lain yang harus kita sisihkan.
Hhmmm ....Subhanallah Mbah Jamilah....
BalasHapusSemoga saya juga bisa seperti beliau, keikhlasannya....
weh harus nabung ya bu guru...
BalasHapusdasar soewoeng gak punya otak... gak punya tabungan juga dia
kalo semua orang punya gairah tinggi nabung yang seperti itu, masalah kemiskinan juga akan bisa tertanggulangi
BalasHapusaku akan mulai nabung juga dh kaya bude..
BalasHapussaya nabung amal perbuatan yang baik aja deh buat kehidupan di masa depan.. :)
BalasHapusBuat semua terima kasih.
BalasHapusKalau saya pikir-pikir semua blogger tanpa disadari sudah menabung setiap hari, dengan cara berbagi ilmu.
di dalam Ketenangan Jiwa.. ada kedamaian yang tiada dapat di beli dan ditukar dengan apapun.. mari raihlah Jiwa Jiwa yang Tenang dalam penyerahan diri total
BalasHapusSalam Sayang
Ta'jilan tu makanan/snack buat yang ngaji ya? Di kampungku juga ada lho. Tapi gantian dan giliran.
BalasHapusckkckckckckckc salut ma mbah jamilah dan bude...kapan saya bisa seperti itu ya?itulah inti dari kesederhanaan hidup dan inti dari keikhlasan dalam menjalani hidup...mudh mudahan mereka semua dapat tempt yang layak di sisi Allah nantinya
BalasHapusaminnnnnn
Hemmm harus mulai nabung nih...
BalasHapusBelum ada tabungan sama sekali... masih nyari-nyari...
BalasHapusKita memang harus banyak belajar dari orang lain, termasuk dari tulisan seperti itu. Tks buat pencerahannya
BalasHapusmasih banyak kekurangan saya..thank mas atas infonya
BalasHapusWach benar2 harus banyak belajar n menabung untuk masa depan yang kekal nich
BalasHapusPencerahan sekali tulisannya.........
BalasHapusmakasih sharingnya
jangan lupa untuk berkomentar n dukung aku dalam kontes Alnect komputer dengan berkomentar di
http://www.supanku.co.cc/arsip/06/2009/advan-vanbook-no1ga2-dari-alnect-komputer.aden
makasih ya.........semoga ini menjadi tabungan kebaikan buat Anda
Wah, jadi inget pelajarannya Ustadz Yusuf Mansyur, sepertinya Konsep Ekonomi Sedekah memang jadi jalan keluar di era Globalisasi yang semakin mengglobal ini...
BalasHapusbu buka blog saya , perlengkapan blog saya sudah agak lengkap
BalasHapusBuat semua yang sudah berkunjung, terima kasih saja dulu ya.
BalasHapuslam kenal juga bu, makasih ya udah mampir ke blogku dan ngasih nasihat yang berarti buat saya seorang newbie..artikel yang bagus nih, artikel ini juga adalah salah satu celengan masa depan ibu juga, karena sudah berbagi ilmu,memberi contoh yang baik dan motivasi buat pembacanya.sekali lagi, salut buat ibu..salam dari blog bisnis online>
BalasHapuswow.. ruar biasa..
BalasHapusmakasih bu nice postingnya
Wah.. Wah.. Wah..
BalasHapusJd memikirkan masa depan nih..
Nice Blog.. ^^
masya allah, mbak puspita. kedua contoh di atas memang patut jadi teladan. dan saya selalu percaya, bahwa menafkahkan rezeki di jalan kebaikan tak kan pernah menyebabkan kekurangan. janji allah tak pernah ingkar, bukan?
BalasHapushebat sekali nenek itu orang seperti itulah yg patut dicontoh
BalasHapusBu alamtnya iklan tu dmana???? klu bsa beri tau caranya bls klik disini
BalasHapusbls klik disini
BalasHapusmaap komentar yang atas ndak bsa bu
BalasHapussedang bukak rekening tabungan masa depan mbak... mbaknya nabung tabungan masa depan di bank mana?
BalasHapushehehe...
wah klu nabung sich tiap hari tapi ehm tiap bulan mesti kepake' buat ngenet !!!tp alhamdulillah bagi saya internet jug merupakan tabungan ilmu bagi saya.ngmg2 ibu suka nggk ma film romantis,klu suka silahkamn liat dan download http://yanuar87.co.cc/?p=41
BalasHapussi nenek tidak mengenal lelah, itu yang sangat saya kagumi..
BalasHapusMemang kita sebaiknya selalu menabung kebaikan, karena kita tak tahu jalan yang ada di depan kita. Dengan berbuat kebaikan, semoga perjalanan kita dalam kehidupan ini dimudahkan.
BalasHapusblom nehh
BalasHapusuntuk sekarang aja masih pas-pasan
:)
ooo.. celengannya belum di bongkaaaar yaaa bunda..
BalasHapusSalam Sayang
Every coin has two sides. Setiap masalah bisa dilihat dari minimal dua sudut pandang. Kalau ada orang yang meminta bantuan kepada kita bisa dipandang sebagai gangguan dan bisa pula dipandang sebagai kesempatan untuk berbuat baik. Rupanya Bude dan Mbah Jamilah (cantik) memilih untuk memandang dari sudut pandang kedua.
BalasHapusabah berkunjung neh sobat
BalasHapusItulah Bu Guru, pelajaran ngga hanya kita dapat dari sekolah saja. Untuk menjadi bijak dalam menjalani kehidupan, kita harus bisa menuntut ilmu tentang hidup. Yang ngga' kita dapet di meja sekolah.
BalasHapusmenabung di akhirat sesuatu yang baik karena untuk bekal kita waktu penimbangan amal nanti
BalasHapusDengan segala kerendahan hati saya memberikan award kepada Anda pada 30 Juni 2009. Silahkan diperiksa dan diteruskan. Terima kasih.
BalasHapussalam buat Bu Dhe dan Mbah Jamilah. kapan2 kalau mudik saya ingin kopdar.
BalasHapussalam kenal!
beruntung yah, wulan bertemu dengan dua orang bijak seperti itu :)
BalasHapusBuat Teman-teman yang sudah berkunjung dan meninggalkan komentar, Saya hanya mampu mengucapkan terima kasih.
BalasHapuskadang2 kebaikan yang mungkin kecil tapi konsisiten .itu malah lebih baik . kita harus banyak belajar dari si mbah. selamat sore
BalasHapussungguhkebijakan yang sangat muliaaa salam kenal teman aku berasal dari muntilan kabupaten magelang
BalasHapus@Kawanlama95; setiap hari kita usahakan menabung kebaikan buat bekal jika suatu sat Allah memanggil kita.Kita bisa belajar dari siapa saja dan apa saja.
BalasHapus@riyan; Magelang juga saya sampai tahun 1972 di magelang setelah pemilu pindah ke Nganjuk. Terima kasih kunjungannya.
Somoga menambah kualitas iman kita
BalasHapusmemang mesti dicicil dan terus dicicil :D
BalasHapus