Posting Terbaru

Rabu, 04 Mei 2011

Setiap Pilihan Selalu Mengandung Konsekuensi


Ketika memutuskan untuk memilih tentu kita memiliki alasan yang membuat kita berpikir bahwa jalan hidup itulah yang paling kita inginkan. Namun, setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing.
                Tidak biasanya Dika dkk berbondng-bondong ke perpustakaan. Saya pikir mereka mau pinjam buku, ternyata mereka hanya menginginkan curhat masalah lomba band di SMAPAD. Ternyata keinginan mereka ada kendala. Hampir selama 15 menit mereka bergantian mengeluarkan isi hati mereka. Setelah emosi mereka reda, saya baru mulai bicara sambil tersenyum tentunya.
                “Mengapa ibu dari tadi diam saja?. Bagaimana bu? Sekarang malah tersenyum?!”, kata Nayan tiba-tiba. Saya masih tersenyum sambil mengambil nafas pelan-pelan sambil menatap mereka satu persatu.
                Saya hanya mengatakan, “Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi”
                “Di dalam setiap satu kesulitan tersedia minimal dua kemudahan”, kata Agung menyela.
                “Kita harus fokus pada kemudahan yang sudah disediakan Tuhan. Jangan fokus pada kesulitan yang ada di depan mata”, Saiful melanjutkan.
                “Berarti apa yang seharuskan kita lakukan?” , kata Dika
                “Berjuang!”
                “Rawe-rawe rantas”
                “Kita harus bisa. Kita cari dukungan.”
                “Memangnya siapa yang akan mendukung kita?”
                “Pak Wahyu, wali kelas kita.”
                “Bu Damai, guru kesenian kita”
                Saya hanya diam melihat semangat mereka. Saya biarkan mereka beradu argumentasi sendiri. Pada dasarnya saya sangat yakin mereka mampu mengatasi permasalahannya. Tugas saya sebagai guru hanya mendengarkan curahan hati mereka.
                “Ibu yakin kalian bisa menyelesaikan masalah tanpa bantuan siapapun. Ibu bangga pada kalian.”
                “Mari kita tunjukkan, kalau  kita bisa.”, kata Dika sambil mengajak teman-temannya menemui pak Wahyu dan bu Damai.
                "Ya benar, pasti bisa", jawab mereka serentak.
                Membangun karakter siswa memang tidak mudah. Apalagi menghadapi anak-anak di masa kini yang sebagian besar pada dasarnya “Indigo”. Mendengarkan saya pikir lebih baik daripada nasehat. Biarkan anak-anak mencari solusi dari setiap permasalahan atau kesulitan yang sedang mereka hadapi. Tugas kita hanya mendampingi, memfasilitasi dan memotivasi.
                Sudah waktunya anak-anak diberi kesempatan untuk merubah paradigma “Kemudahan akan datang setelah kesulitan”. Sebaliknya, mari kita mengajak anak-anak menggunakan paradigma  baru “Dibalik satu kesulitan tersedia beberapa kemudahan” sehingga anak-anak berusaha fokus berjuang untuk mendapat kemudahan, bukannya menunggu kemudahan tetapi  berjuang untuk mendapatkan kemudahan.



7 komentar:

  1. Wah, salut bu dengan semangatnya. salam ari pekalongan

    BalasHapus
  2. Baru belajar Pak, belum apa-apa. Salam kembali dari Nganjuk.

    BalasHapus
  3. Ini sebuah fakta pendidikan karakter yang patut untuk dicontoh oleh siapa saja yang peduli bangsa ini,Bu. Terima kasih.
    Salam kekerabatan.

    BalasHapus
  4. Anak-anak perlu didengarkan dan di dukung. Serta diberi pengertian, bahwa segala sesuatu ada risikonya, apapun keputusan yang dibuat.

    BalasHapus
  5. @Sungkowoastro; terima kasih motivasinya. Salam kekerabatan kembali.

    @edratna; saya banyak belajar dari Panjenengan.

    BalasHapus
  6. semangat itu, supaya bisa melihat, ada apa dibalik tembok besar itu... tembok yang semakin lama, bertahap, dari pendek sampai tinggi. seiring berjalannya waktu, selama kita hidup di dunia ini...

    --

    BalasHapus
  7. @Srulz;Kata anak-anak yang penting OKE!

    BalasHapus