Posting Terbaru

Minggu, 11 Oktober 2009

Maverick, Kisah Seorang Ibu Menolak Diagnosis Autisme atas Putranya

Selama seminggu saya absen dari dunia maya, ternyata kangen juga. Kangen melihat kabar teman-teman, kangen membaca karya dan perkembangan teman-teman blogger. Absen dari dunia maya terasa ada rasa kehilangan yang sulit diceritakan dengan kata-kata.
Kemana saya selama ini, pastinya ada kesibukan di dunia nyata. Mau apa lagi?. Pentingnya keseimbangan antara kesibukan dunia maya dan dunia nyata. Dua dunia, sama-sama penting untuk menciptakan kebahagiaan hati. Bahagia memang kita sendiri yang bisa menciptakan, kalau tidak …. Bisa menimbulkan stress. Daripada stress saya ingin bercerita tentang sebuah buku yang beberapa hari ini menyita waktuku.
Maverick, Kisah seorang ibu menolak diagnosis Autisme pada putranya. Ibu tersebut bernama Cheri L. Florance, Ph. D, seorang ahli Patologi wicara bahasa medis, asisten professor ilmu penyakit jiwa, dan direktur klinis The BrainClinic di Ohio State University College of Medicine and Publish Heald. Dia mendirikan sebuah program pendidikan eBrain yang continue melatih para ahli terapi melalui City University of new York.

Kita orangtua memiliki harapan dan impian yang besar untuk anak-anak kita, kita ingin mendukung mereka dengan segala cara sehingga mereka dapat mencapai cita-cita mereka. Alhamdulillah jika kita dikaruniai anak-anak yang manis, cerdas dan sehat. Namun apa yang harus dilakukan oleh seorang ibu yang diberi titipan Allah seorang anak yang menderita autisme?. Kecewa, sedih atau hanya mengeluh, manusiawi. Namun saya pikir semua itu tidak ada gunanya.
Beberapa tahun yang lalu saya mendengar istilah Autisme. Saya berjuang mencari ilmunya, sebagai seorang ibu, guru sekaligus pengurus PKK di desa, maka ilmu tentang kelainan bawaan lahir (anak berkebutuhan khusus) penting sekali dimiliki untuk dibagi pada tetangga dan lingkungan. Bukan untuk kesombongan melainkan sebagai wahana berbagi ilmu di kalangan ibu-ibu, karena Ibu adalah perpustakaan pertamaku. (kapan-kapan akan saya postingkan tersendiri). Biasanya kami berbagi pada saat kegiatan posyandu (Sayang sekarang jarang sekali bisa saya lakukan berbenturan dengan jadwal mengajar di sekolah), saat ini hanya bisa berbagi pada saat kegiatan PKK baik RT/RW maupun Desa.
Penderita autis banyak kita jumpai di masyarakat, namun sayang sekali masih banyak ibu-ibu yang tidak mengenal jenis kelainan bawaan lahir anak (anak berkebutuhan khusus), terutama autis. Saya juga masih mengenal sedikit tentang autis, Alhamdulillah Allah memberi saya kesempatan mendapatkan buku Maverick ini dengan diskon 50% di toko buku Uranus Surabaya pada tanggal 6 oktober 2009.
Menurut Om Wikipedia, ciri-ciri autisme sebagai berikut:
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
 interaksi sosial,
 komunikasi (bahasa dan bicara),
 perilaku-emosi dan
 pola bermain,
 gangguan sensoris, dan
 perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Anak yang dilahirkan autis, asyik dengan dunianya sendiri. Suka menyakiti diri sendiri. Cerita perjuangan Florance di dalam bukunya Maverick ini sangat menyentuh, Dapat dijadikan bahan bacaan ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus maupun para ibu pemuka masyarakat, ibu-ibu pengurus PKK terutama ibu-ibu Kader posyandu maupun ibu-ibu mengurus pengajian.
Cheri Florance memilki tiga orang anak, kedua putranya dilahirkan sempurna, oleh karena itu ketika putra ketiganya didiagnosis autis, Cheri Folrance sempat berkeyakin diagnosis tersebut keliru. Dia pertaruhkan kebahagiaan keluarganya untuk membuktikan kesalahan diagnosis tersebut. Berbekal pengalamannya sebagai ahli terapi bicara, Cheri mengubah Whitney, anak lelakinya yang ‘bisu-tuli’ serta tak terkendali, menjadi remaja yang sehat dan berbahagia seperti remaja pada umumnya. Kini, Whitney adalah remaja 18 tahun yang menakjubkan, terutama bila mengingat selama 6 tahun pertama kehidupannya, dia sama sekali tidak mampu bicara.
Perjuang Cheri Florance membesarkan Whitney memberikan sumbangan pada dunia ilmu pengetahuan dengan penemuan sindrom maverick yang kemudian dikenal sebagai Florance Syndrome. Maverick, memberikan ilmu baru bagi kita untuk melihat para penyandang autis secara berbeda dengan cara pandang selama ini, sekaligus membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk menolong mereka.

Anak berkebutuhan khusus perlu mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat dan pemerintah supaya mereka bisa mandiri di masa dewasa, tidak tergantung pada orang lain. Saya yakin penderitaan mereka bisa berkurang dengan cinta dan kasih sayang.
Selamat berjuang.


Minggu, 04 Oktober 2009

Tiba-tiba Airmataku Menitik

Dalam dunia yang sangat hedonis dan serba kebendaan ini, faktor keikhlasan terasa tak bermakna dan benar-benar kehilangan makna. Hampir lebih dari dua dasawarsa ini para guru di Indonesia terlihat seperti tak menjumpai kata “ikhlas” dalam kamus hatinya.
Membaca petikan artikel ini,
Tiba-tiba airmataku menitik, hatiku terasa teriris, perih sekali rasanya. Benarkah, sudah separah itu kondisi guru-guru di Indonesia. Setahuku, kami (guru-guru) tidak seperti itu. Saya tidak mau membela diri. Namun saya merasakan dan melihat fakta di lapangan ( di sekolah), masih banyak guru-guru yang mengajar dengan hati dan mereka sangat ikhlas.

Mengapa saya menangis, bukan karena sakit hati, tapi mencoba mawas diri. Saya seorang guru. Saya bukan orang bodoh yang hanya mampu membuang-buang waktu dengan bekerja tidak ikhlas.
Andai saya mengajar tidak dengan hati, siswa-siswa saya akan merasakannya, karena mereka juga memiliki hati. Frekuensi gelombang yang keluar dari tubuh saya benar-benar dapat dirasakan oleh mereka (siswa-siswa). Mulut bisa bohong. Akan tetapi, Frekuensi gelombang yang keluar dari tubuh tidak pernah bohong.
Saya manusia biasa yang memiliki keterbatasan dan kesalahan. Saya guru yang sedang belajar, salah satu inspirator saya Albert Einstein. Beliau menyatakan, “Hasil akhir dari sebuah proses pendidikan adalah membuat seseorang dapat menghargai dirinya sendiri (Try not to become a man of success but a man of value)”
Maafkan saya, tiba-tiba saya ingin sekali melakukan pembelaan diri.
Saya pernah sekolah, masa sekolah saya sangat membahagiakan. Guru-guru saya sangat baik dan penuh perhatian oleh karena itu saya ingin meneladani mereka. Sampai sekarang hubungan kami masih baik meskipun beliau-beliau sudah purna, sudah sepuh bahkan sudah almarhum Saat ini, saya sendiri sudah menjadi guru.
Selama sekolah saya mendapat kesempatan mengembangkan diri dan bahagia sekali. Kebahagiaan dan keberhasilan siswa-siswa merupakan harta yang ternilai harganya. Tidak bisa dinilai dengan rupiah.
Andai saya mengajar tanpa hati, tidak mungkin puluhan sms ucapan selamat merayakan Idul Fitri masuk ke hp, email dan Fb. Baik dari siswa yang masih aktif maupun yang sudah alumni. Orangtua siswa juga ada beberapa. Bahkan mungkin sampai hari ini masih ada beberapa yang belum sempat saya balas meskipun saya lakukan tidak dengan sengaja. Tapi saya terus berjuang untuk tidak mengecewakan mereka.
Meskipun rumah saya jauh dari sekolah beberapa siswa dan alumni masih mau berjuang mencari dan berkunjung ke rumah di hari lebaran. Karunia Allah yang tak ternilai harganya. Saya hanya mampu bersyukur dan terus menerus bersyukur. Kunjungan merekapun tak terukur dengan materi atau uang.
Kedua putrakupun berusaha untuk mengadakan silaturahmi pada guru-guru SD dan SMP bahkan TK bersama kawan-kawannya. (saat ini keduanya sudah SMA), saya yakin mereka melakukan silaturahmi karena sangat mencintai guru-gurunya.
Andai saya mengajar tanpa hati, tidak mungkin beberapa alumni masih memohon restu pada saat mereka berjuang untuk sekolah lagi, pindah kerja, berusaha mandiri, berangkat bertugas (TNI) dan masih banyak lagi. .
Sekali lagi maafkan saya.
Hidup guru-guru Indonesia.


Sabtu, 03 Oktober 2009

Wayang Kulit

Unesco pada tanggal 7 november 2003 telah menetapkan bahwa wayang kulit adalah warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengungkapkan, sejak 7 november 2003 lalu organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan pbb (UNESCO) telah mengakui wayang sebagai world master piece of oral and intangible heritage of humanity.

Setelah dikukuhkan apa yang bisa kita lakukan?. Kita semua perlu bertindak untuk melestarikannya supaya budaya kita tetap menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan hanya mampu menyalahkan generasi muda, pada dasarnya peran generasi tua sangatlah penting.
Sebelum membahas masalah wayang ada yang lebih penting kita bahas, yaitu budaya mendongeng. Saat ini kebiasaan mendongeng di kalangan generasi tua sudah menjadi barang langka dalam kehidupan berkeluarga di masyarakat kita. Budaya mendongeng sudah digantikan oleh budaya nonton TV.
Di masa lalu pada saat saya masih kecil, kakek dan nenek saya selalu ada waktu mendongeng, tentang tokoh-tokoh pewayangan. Karena penasaran akhirnya mencari bahan bacaan di perpustakaan. Di sekolah guru-guru masih memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh wayang.
Di masa kini, di sekolah, waktu untuk mempelajari budaya sangatlah singkat sehingga pengenalan budaya di kalangan generasi muda sangatlah terbatas. Kedua putraku mengenal tokoh pewayangn dari kami selaku orangtua ditambah sedikit dari Guru di sekolah. Bagaimana dengan putra-putri Anda?.
Di hari libur sekolah, ada agenda kegiatan yang menyita waktu saya untuk kedua putraku. Libur adalah saat yang tempat untuk mengenalkan budaya pada anak-anak. (oleh karena itu jarang posting selama libur sekolah)
Saat ini putriku terus belajar budaya Jawa, belajar menari, nembang, belajar memahami tokoh-tokoh dalam dunia pewayangan, belajar sanggul dan rias pengantin Jawa. Salah satu pemicu semangat putriku adalah pada saat seleksi pertukaran pelajar ke luar negeri (AFS), karena gagal dia terus terpacu untuk menguasai budaya Jawa dengan harapan jika suatu saat mampu mendapatkan beasiswa ke luar negeri sudah memiliki bekal yang kuat tentang budaya. Amin.
Membicarakan wayang, saya bukan pakarnya oleh karena itu saya hanya akan memperkenalkan salah satu buku rujukan yang bagus untuk bahan referensi orangtua mendongeng pada putra putrinya yang Berjudul Tasawuf Semar Hingga Bagong karangan Muhammad Zaarul Haq Yang diterbitkan oleh Kreasi Wacana Yogyakarta. Adapaun garis besar ilmunya sebagai berikut:
Wayang merupakan kekayaan budaya Jawa. Untuk mengenal secara mendalam masyarakat Jawa, kita bisa melakukannya lewat kesenian wayang. Wayang merupakan symbol perilaku kehidupan manusia Jawa, miniatur dari dunia Jawa dan dunia kejawen yang seringkali dalam mengkaji kebenaran dilakukan melalui rasio dan indnra batin.
Menurut M Mukti S, Kar. Dalam artikelnya berjudul Dewi Kunthi, Konteks Simbol Filosofis Budaya Jawa, setiap cerita dalam pewayangan pada umumnya memakai pendekatan yang tidak partial tetapi holistik dengan selalu mengingat bahwa budaya Jawa penuh dengan simbol-simbol filosofis yang mencerminkan perseteruan antara tokoh antagonis dan protagonis.
Sejarah telah membuktikan bahwa wayang pernah menjadi media pendidikan jitu yang dipakai Walisongo untuk menyebarkan dakwah Islamiyah di tanah Jawa. Wayang juga sarat dengan kadungan nilai sakral. Nilai yang ada sangatlah banyak, tetapi semua itu tidak pernah lepas dari nilai-nilai pendidikan.
Pendidikan yang ditekankan dalam kesenian wayang adalah pendidikan seumur hidup. Manusia harus bisa memahami bahwa dirinya merupakan Khalifah fil ardhi dengan misi khusus untuk memelihara dan mengatur bumi seisinya.
Mengenal Figur Punakawan:
Pagelaran wayang kulit tidak akan pernah sempurna bila tidak dilengkapi dengan kehadiran Panakawan Menurut sejarah, wayang panakawan adalah hasil buah tangan Sunan Kalijaga di tengah-tengah kesibukan beliau menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Karena beliau berlatar belakang ulama Islam, maka beliau menempatkan ajaran Islam sebagai ladang luas dan referensi utama yang di dalamnya penuh dengan solusi-solusi untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan.
Kentut Semar bukan sembarang kentut. Kentut Semar baunya luar biasa ‘jahatnya’, akan tetapi ajaib, bagi orang jahat yang mencium bau kentur Semar seketika itu juga menyadari perbuatan jahatnya. Kentut Semar bisa diartikan sebagai suara rakyat kecil yang memuat nilai-nilai kearifan dan kebenaran.
Salah satu sebutan untuk Petruk yang banyak kita kenal adalah Petruk Kontong Bolong ( saku yang berlubang), disebut demikian karena Petruk terkenal dermawan, suka infak, zakat dan sodakoh jariyah, sehingga sering dikatakan dheweke dewe luwe ora duwe apa-apa (dirinya sendiri sampai tidak punya apa-apa).
Dan masih banyak lagi ilmu yang bisa kita pelajari dari buku ini. Semoga budaya mendongeng kembali menjadi budaya masyarakat Indonesia di masa kini dan akan datang dengan harapan kebudayaan Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negerinya Sendiri. Amin.