Posting Terbaru

Senin, 31 Agustus 2009

Buku = Permadani Terbang


Frank Gruber (1904 - 1969) sastrawan yang menulis lebih dari 300 cerita, 60 novel, dan 200 skenario film layar lebar dan tv, pernah mengatakan, “Buku adalah permadani terbang, yang sanggup melayangkan kita ke pelosok negeri tak dikenal.” Ambil buku dan terbanglah, menjelajahi kancah yang belum dikenal, untuk memperkaya jiwa kita dengan penyingkapan berbagai misteri. Ambil permadani terbang itu, dan menjelajahi berbagai wilayah tak terjamah, untuk memperkaya jiwa kita dengan hikmah untuk menyiasati kesulitan hidup sehari-hari.

Pada saat kita kecil sering berimajinasi dipinjami permadani terbang ratu Bidadari dari Negeri Dongeng, berkeliling di angkasa memandang alam dari atas awan, apalagi jika dipinjami tongkat ajaib Nirmala, segala apa yang kita inginkan pasti bisa kita dapatkan termasuk makan makanan yang sangat lezat serta berpakaian indah. Sampai sekarangpun saya masih suka baca majalah Bobo.
Seseorang yang berpotensi besar mempunyai masa depan cerah di era globalisasi modern ini adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan. Salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan membaca buku.
Kita juga perlu belajar pada Zig Ziglar salah seorang guru manajemen dan motivational speaker besar abad ini, “Tomorrow belongs to those who are investing in themselves today.” Masa depan adalah milik orang-orang dan lembaga, termasuk perusahaan dan negara, yang berinvestasi untuk mengembangkan diri, mulai hari ini. Berarti keluarga dan sekolah termasuk di dalamnya.
Dengan membaca buku kita akan mengetahui banyak hal secara mendalam tentang materi yang sedang kita pelajari. Semakin banyak buku yang kita baca akan membuat kita termotivasi untuk menggali informasi lebih dalam lagi.
Sebagaimana sebuah pepatah bijak menyebutkan, “The more you know, the less you get. – Semakin Anda mengetahui, maka Anda semakin merasa tidak mengerti.” Saya jadi ingat pengalaman saya sendiri di cerca pertanyaan mengenai pepatah ini oleh salah seorang siswa saya. Saya hanya tersenyum menanggapinya. karena saya sendiri merasakan dampaknya. Tambah banyak buku yang saya baca tambah merasa bodoh. Saya hanya mampu menjelaskannya berdasarkan pengalaman saya pribadi dan Alhamdulillah dia mampu memahaminya. Dan sekarang saya amati bahan bacaannya semakin meningkat mutunya.
Beruntung saya mendapat tambahan tugas memimpin perpustakaan sekolah, sehingga saya punya banyak kesempatan mengembangkan minat membaca siswa, karena bahan bacaan perpustakaan sekolah kami terus berkembang sesuai kebutuhan siswa maka jumlah pengunjung dan peminjam buku terus meningkat. Jam istirahat suasana perpustakaan seperti pasar, kasihan anak-anak hanya punya waktu 15 menit untuk melakukan rekreasi intelektual. Oleh karena itu saya dan bu Muniarti berupaya membuka perpustakaan jam 06.30 WIB sebelum kegiatan KBM di mulai. Saya banyak belajar pada Bu Muniarti untuk meningkatan pelayanan kami. Beliau memang luar biasa dan patut diteladani.
Banyak guru menghindari tambahan tugas pelayanan di perpustakaan padahal menurut pengalaman saya sangat membahagiakan. Di saat jam-jam kosong bisa berbagi ilmu dengan siswa. Ilmu apa saja. Jika kita tidak memahaminya beri siswa rujukan pustakanya. Biarkan siswa menaiki sendiri permadani terbang pilihannya sendiri
Kembali kita mengingat petuah Iukuzawa Yukichi (1835-1901) yang hidup di zaman Sakoku (Isolasi). “Meski miskin seorang yang berilmu akan tetap berharga,” Saya sering sebarkan petuah ini pada siswa-siswa saya. Beruntung sekali buku-buku bermutu karya pengarang Indonesia dan duniapun laris manis dibaca siswa.
Tantangan orangtua dan guru di era global semakin berat, jika sebagai orangtua dan guru tidak suka membaca, kasihan anak dan siswa-siswanya.
Saya menuliskan pengalaman saya dengan harapan semoga dimasa datang, sekolah-sekolah di Indonesia mampu meningkatkan koleksi buku di perpustakaan sekolahnya sesuai dengan kebutuhan siswa karena ratusan siswa haus ilmu pengetahuan, biarkan mereka menjelajahi dunia yang sangat luas dan tak terbatas ini dengan permadani terbang (buku) pilihannya. Amin. Karena siswa merupakan asset tak ternilai milik bangsa.


Minggu, 30 Agustus 2009

Ngeblog Mampu Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Siswa


Setiap anak di lahirkan special, namun pendidikan di Indonesia cenderung membentuk anggapan umum bahwa; ada anak yang dilahirkan jenius dan ada anak yang dilahirkan bodoh. Pada dasarnya tidak ada anak yang dilahirkan bodoh.

Sebenarnya kemampuan berpikir setiap individu bisa ditingkatkan kualitasnya menjadi semacam keterampilan. Sering saya merenung mengapa saya tidak terampil berpikir, benarkah karena saya merupakan produk pendidkan masa lampau, atau karena kesalahan saya sendiri.
Kemudian bagaimana produk yang sudah saya hasilkan sebagai guru di masa kini?. Permasalahan ini selalu menjadi perenunganku sebagai guru. Saya terus memohon kepada Allah SWT supaya diberi kesempatan belajar pada ahlinya, dan Alhamdulillah saya sudah sering mendapatkannya diberi kesempatan Diklat Tingkat Nasional 2 kali dan Regional Jatim 2 kali, padahal masih banyak teman-teman guru yang sama sekali belum mendapatkan kesempatan seperti saya.
Salah satu hasil perenungan saya yang sedang coba terapkan pada diri saya dan siswa saya adalah belajar ngeblog. Menurut analisa saya, ngeblog dapat meningkatkan ketrampilan berpikir baik siswa maupun guru.
Salah satu ketrampilan berpikir yang menarik perhatian saya adalah PMI (Plus Minus Interesting) yang dirancang oleh Dr.Edward de Bono. Menurut beliau untuk bisa trampil "mengemudikan otak" kita, ada sejumlah tehnik atau alat berpikir yang bisa dipelajari dan dilatih. Semakin sering anak anda mempratekkannya, akan kian trampil mereka berpikir. Dan berhubung jenis ketrampilan tersebut jarang diajarkan di sekolah, maka selaku orang tua anda perlu melengkapi pendidikan formal anak dengan latihan-latihan tehnik berpikir (seperti yang antara lain dirancang oleh Dr.Edward de Bono).
Ketrampilan berpikir jarang diajarkan di sekolah, saya jadi tertantang untuk mempelajarinya dan berjuang untuk meningkatkan ketrampilan berpikir siswa saya, salah satu upaya saya mengajak siswa ngeblog.
PMI (Plus Minus Interesting): bertujuan memperluas persepsi atau wawasan pikiran anak dengan mengarahkan perhatian pada segi-segi : baik, buruk dan menarik dari ide-ide atau situasi yang dihadapi. Latihan teknik ini menjadi penting mengingat kebiasaan banyak orang (orang dewasa tidak terkecuali) untuk memandang berbagai hal hanya terbatas dari satu segi.
Cuma yang positif atau yang baik-baiknya saja, yang negatif atau buruknya semata ; dan nyaris tak pernah mencoba menemukan segi-segi menarik atau unik yang ada padanya. Tanpa PMI kebanyakan penilaian didasarkan bukan pada bobot gagasan itu sendiri, tapi pada emosi anda pada saat itu. . Dengan PMI anda memutuskan apakah anda suka atau tidak pada gagasan tertentu sesudah anda menjelajahinya bukan sebelumnya.
Saya yakin ngeblog dapat meningkatkan ketrampilan berpikir siswa, karena saya sudah mengalaminya sendiri dan merasakan dampak positif dari ngeblog.
Semoga ide sederhana saya ada gunanya dimasa datang. Amin.

Jumat, 28 Agustus 2009

SASI SAE (Satu Siswa Satu Email)


Setiap hari selalu kubuka email, kegiatan rutin harian yang wajib kulakukan. Sejak tahun ajaran 2008-2009 saya canangkan program SASI SAE (Satu Siswa Satu Email) ke siswaku tepatnya sejak speedy ada di Nganjuk sebuah kota kecil di Jawa Timur, atau sejak warnet semakin tersebar hampir di 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Nganjuk .

Kota kami biasa di sebut kota Bayu, kota kecil di antara Kabupaten Madiun dan Kabupaten Jombang, kebetulan saya berdinas di SMK Negeri I Kertosono merupakan kecamatan yang berada di ujung timur Kabupaten kota sedangkan rumahku sekarang di Kecamatan Bagor di ujung barat Kabupaten Nganjuk. Hampir setiap hari saya menempuh perjalan ± 40 km dari rumah menuju sekolah dengan mengendarai bis antar kota antar propinsi.
Beberapa tahun yang lalu saya sering berimajinasi alangkah bahagianya jika saya bisa melakukan pelayanan ke siswa dari jarak jauh, Alhamdullillah sejak setahun yang lalu di kabulkan oleh Allah SWT dengan perantara speedy. Kini semua anganku telah menjadi kenyataan, oleh karena itu saya coba canangkan SASI SAE, sebuah ide yang sangat sederhana, meskipun begitu karena fasilitas sekolah belum memadai siswa-siswaku terpaksa menggunakan jasa warnet untuk mengerjakan tugasku.
Mengingat kebiasaan masyarakat kita yang lebih menghargai materi daripada ilmu, program ini butuh kesabaran agar supaya bisa berhasil, masyarakat lebih bangga memiliki sepeda motor baru daripada komputer baru, sehingga perkembangan tehnologi di daerah sulit sekali dicapai.
Hari ini, hampir 85 % tercapai, dan sebagian sudah melangkah mengerjakan program keduaku yaitu: SASI SAB (Satu Siswa Satu Blog), padahal sebenarnya bagi angkatan 2009-2010 belum menjadi kewajiban, namun sebagian besar siswa setelah mampu membuat email belajar membuat blog. Kembali saya hanya mampu bersyukur atas perkembangan semangat siswa-siswaku.
Bagi guru di sekolah favorit program sederhana seperti ini pasti sangat mudah dicapai namun bagi kami di sekolah pinggiran perlu perjuangan tersendiri. Namun jika melihat hasilnya sangat membahagiakan.
Kini kami bisa berbagi ilmu lewat email. Tugas-tugas bisa dikumpulkan via email atau ditulis di blog individu. Harapan ke depan sedikit mengurangi menumpuknya limbah kertas di rumah dan di sekolah, apalagi saat ini banyak hutan yang gundul sehingga pemanfaatan tehnologi terutama internet mampu meminimalisir limbah kertas.
Saat ini baru beberapa siswa yang telah mampu menghasilkan dollar dari bisnis onlinenya, harapan ke depan semakin banyak siswa mampu menulis dan mampu mengasilkan uang dari blognya. Amin Amin ya Robbal Alamin.
Jarak bukan lagi penghalang bagi guru untuk melakukan pelayanan profesi.
Hidup guru Indonesia.

Senin, 24 Agustus 2009

LIMBAH WUDHU


Di setiap rumah orang muslim pasti memilikinya, namun sayang sekali limbah ini tidak dimanfaatkan secara maksimal, padahal air limbah wudhu sangat bermanfaat, apalagi di masa pemanasan global seperti saat ini.
Jika dalam satu rumah terdapat 4 orang penghuni maka setiap hari memiliki minimal 20 timba air limbah wudhu bisa ditampung, air ini bisa dipakai untuk merawat puluhan pot tanaman hias, tanaman obat dan sayur yang kita tanam di halaman rumah, dan hasilnya lebih baik dibandingkan disiram dengan air biasa, saya berani menulis artikel ini karena sudah saya teliti selama beberapa tahun.

Cara mudahnya; kita tampung limbah wudhu kita ke dalam timba selesai wudhu kita pakai menyiram tanaman, mudah dilaksanakan dan hemat biaya. Segi manfaatnya ada apalagi segi ekonomisnya jelas irit energi.
Sayang air limbah wudhu selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal, andai semua keluarga mau memanfaatkan secara maksimal maka Indonesia akan semakin hijau dampak pemanasan global sedikit berkurang. Setiap hari kita bisa menghirup udara bersih, minimal di sekitar rumah.
Kita bisa belajar tentang bentuk Kristal air yang telah di beri doa kepada Masaru Emoto dalam bukunya The True Power Of Water.
Semoga ide sederhana ini ada manfaatnya. Amin.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Mengembangkan Semangat Berbagi


Seberapa pentingnya berbagi? . Menurut pendapatku penting sekali karena dengan berbagi membuat hidup kita lebih berarti. Bagi kami yang hidup di desa kebiasaan berbagi salam dan senyum sudah menjadi kebiasaan (kecuali yang sedang sakit gigi), mungkin bagi sebagian besar orang kota sudah langka terjadi karena alasan kesibukan.
Berbagi hasil panen … nikmat sekali. Meskipun kami tidak memiliki sawah namun masa panen seperti sekarang memberiku kebahagiaan tersendiri, bagaimana tidak bahagia hampir setiap hari ada saja buah tangan para tetangga berdatangan ke rumah; ada pisang, singkong, bawang merah, sawi, kacang hijau dll. Seperti hari ini saya masak kacang hijau pemberian tetangga, sore nanti ganti saya berbagi bubur kacang hijau ke tetangga.
Tidak kalah menariknya kegiatan anak-anak saya, mereka berdua punya klub belajar terutama si Bungsu, teman-temannya sangat kompak, dan mereka sering kumpul-kumpul di rumah untuk berbagi, yang menarik, anak yang tidak jelas diterangkan guru di dalam kelas mau bertanya dan temannya yang mampu mau berbagi, saya sering menemani mereka sambil menitikkan airmata karena bahagia.

Pada awal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) anak saya sempat opname selama 4 hari dan tidak masuk beberapa hari karena bronchitisnya kambuh, karena kepayahan MOS (Masa Orientasi Siswa) dan MOB (Massa Orientasi Belajar) hanya untuk kelas khusus saja, dia sempat merasa sedih karena ketinggalan. Tapi saya bangga sekali dengan teman-temannya, pada saat terbaring sakit bergantian temannya datang untuk menghibur dan menyemangati supaya cepat sembuh dan mau menemani belajar dan berbagi ilmu setelah sembuh.
Kemarin mereka berkumpul, karena ada beberapa teman yang baru saja selesai mendapat tugas Paskibraka di Kabupaten dan adapula yang menjadi duta olahraga sekolah dalam rangka memperingati HUT RI ke-64, mereka begitu sibuk berbagi, ketika teman-temannya yang sempat ketinggalan pelajaran bisa menerima dan mengerti, terlihat kepuasaan pada wajah-wajah mereka. Prinsip mereka, “Kita hidup bukan untuk bersaing namun untuk saling melengkapi’, sportif sekali. Mereka merasa hidupnya ada gunanya dan bernilai.
Kedua anak saya berada di Kelas Khusus SMASA Nganjuk. Kegiatan si sulung tidak sepadat adiknya, mungkin karena perempuan jadi lebih suka berada di rumah. Si Sulung kelas XII dan adiknya kelas X. Di SMASA Nganjuk ada kelas khusus dan kelas reguler. Kebetulan putraku punya tanggung jawab sebagai ketua kelas. Semoga kebiasaan berbagi menjadi bagian dari hidupnya. Amin. Meskipun pada awalnya saya sempat khawatir kedua putraku menjadi egois, ternyata kekawatiranku tidak beralasan.
Sebagian teman-temannya juga berasal dari kelas ungulan SDN Ganung I, dan saya juga melihat sejak kecil mereka punya kebiasaan berbagi, sampai di SMP Negeri I Nganjuk juga membuat klub ITC dengan tujuan berbagi ilmu serta ketrampilan tehnologi komputer, mereka memiliki kelebihan yang berbeda-beda namun selalu menghargai perbedaan. Hal inilah yang membuat klub mereka semakin kuat, meskipun saat ini anggotanya tersebar di beberapa SMA Negeri di Nganjuk, saya melihat ilmunya semakin berkembang.
Saya kebetulan guru di SMK, kita semua tahu semangat belajar anak SMK seringkali kalah dengan siswa SMA namun disinilah tantangannya. Meningkatkan semangat belajar siswa-siswa SMK, supaya semangat belajar dan semangat berbaginya tidak kalah dengan siswa SMA.
Saya tidak memiliki maksud apa-apa selain ingin berbagi, berbagi pengalaman. Sebagai generasi tua saya memang sangat banga melihat perjuangan kaum muda untuk berbagi.

Kamis, 20 Agustus 2009

Berbagi Sirih Merah

Setiap orang punya cara tersendiri untuk mengisi kemerdekaan, salah satu kegiatan yang bisa kulakukan dalam rangka memperingati HUT RI ke-64 adalah dengan berbagi bibit sirih merah. Alhamdulillah, penangkaran sirih merahku agak berhasil sehingga bisa berbagi ke saudara, teman dan tetangga.
Pada awalnya tetanggaku sungkan untuk meminta bibit tanaman kepadaku (karena saya orang baru) dan mereka belum tahu kebiasaanku di rumah lamaku, namun dengan berjalannya waktu akhirnya semakin banyak tetangga yang mau berkunjung ke rumahku dan berani meminta bibit tanaman padaku. Ini merupakan karunia Tuhan yang ternilai bagiku.

Akhir-akhir ini semakin banyak tetangga yang tertarik menanam tanaman obat terutama sirih merah, bahkan ada juga yang berasal dari luar desa. Bibit tanaman yang kubeli seharga Rp. 20.000,- dua tahun yang lalu kini sudah menjadi puluhan bahkan mungkin ratusan dan sudah tersebar ke beberapa daerah.
Salah satu guru putriku pernah bertanya, “Dipupuk apa?”
“Pupuknya Subhanallah, dan disiram limbah air wudhu”, jawabku.
Sirih merah banyak sekali manfaatnya; bisa menghentikan perdarahan, ambeien, menurunkan kadar gula dalam darah, menghancurkan lemak, mengurangi keputihan dll.

Senin, 17 Agustus 2009

Sensitif Terhadap Perubahan


Membaca Artikel Pendidikan Pemenang juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah ( LKTI )Tingkat Regional (Jawa Timur) Tahun 2009 yang diselenggarakan Redaksi majalah Media dengan judul Strategi Meningkatkan Peran Guru Sebagai “Agent Of Change” Pembelajaran Siswa karya Dr. Arifin, M.Si, agak lama saya merenung dan bertanya dalam hati, mampukah saya menjadi agen perubahan?.
Saya jadi teringat cerita tentang seekor katak yang terjatuh kedalam sebuah panci besar berisi air yang sedang dipanaskan. Semula air tak terasa panas dan ia sangat menikmati. Tetapi tanpa ia sadari lama kelamaan air itu semakin panas. Lalu katak itupun mati dalam air mendidih. Lain cerita jika katak itu langsung dilempar kedalam air panas. Mungkin ia akan segera melompat keluar.
Kisah tersebut menggambarkan betapa penting bersikap sensitif terhadap perubahan. “Become a student of change. It is the only thing that will remain constant. – Menjadi pelajar perubahan merupakan satu hal yang abadi,” kata Anthony J. D’Angelo, penulis The College Blue Book. Bila kita sudah berhasil mencapai target (mendapat gelar), bukan berarti kita bisa tidur lagi tetapi kita harus terus belajar supaya lebih peka dan selalu siap berubah.

Namun sayang fakta di lapangan menyatakan begitu banyak orang di Indonesia setelah selesai sekolah dan mendapat gelar berhenti belajar. Siapa yang patut di salahkan dalam kenyataan ini, saya pikir kita tidak perlu saling menyalahkan namun kita harus bersama-sama meraba apa yang sudah kita lakukan sebagai orangtua/guru selama ini. Menyalahkan system pendidikan tidak ada gunanya, hanya buang-buang waktu saja.
Bagaimana anak/siswa kita akan sensitif terhadap perubahan kalau sebagai orangtua tidak mau berubah maupun belajar, salah satu upaya untuk berubah adalah dengan membaca dan berkarya dan berjuang menjadi diri sendiri. Berani memerdekakan seluruh potensinya. Memang banyak hambatan, namun kalau mereka mau berjuang pasti berhasil karena dibalik setiap hambatan tersedia banyak jalan keluar. Berani mengubah hambatan/kegagalan menjadi peluang keberhasilan.
Mungkin benar apa yang dikatakan salah satu teman blogger, pada jaman sebelum Indonesia merdeka kita berperang melawan penjajah, mungsuhnya jelas namun mungsuh kita di era global ini bersifat multidimensi, memerlukan kebijaksaan yang lebih dalam mensikapinya. Oleh karena itu setiap saat kita perlu belajar, belajar mengejar ketertinggalan dan belajar bijak mensikapinya.
Beberapa hari yang lalu saya membaca potongan Koran berisi artikel dengan judul “Jadi Orang Tua Jangan Gaptek”, secara teori mudah diucapkan namun pelaksanaannya …?. Namun himbauan ini memang perlu kita pahami untuk dilaksanakan bukan berhenti sebagai teori.
Salah satu mungsuh terkuat saya adalah acara TV, karena kebetulan saya seorang guru. Di rumah tidak ada masalah, karena kami memang jarang nonton acara TV kecuali berita atau si Bolang, kalaupun nonton reality show hanya untuk belajar, saja itupun sangat jarang kami lakukan.
Bagaimana dengan siswa –siswa kita, sebagian besar orangtuanya keracunan sinetron, sampai lupa mendongeng untuk anaknya. Kadang kalau dipikir menprihatinkan sekali, fakta ini bisa jadi ladang amal bagi guru untuk memotivasi siswa, berpikir kreatif mensikapi keadaaan, diantara proses KBM yang melelahkan, minimal beri anak-anak rujukan bahan pustakanya, saya yakin mereka akan membaca, atau minimal berbagi fotocopy artikel-artikel yang mampu memotivasi siswa. Atau saling berkirim artikel via email.
Generasi era global ini memang menghadapi mungsuh yang lebih tangguh namun seringkali mereka hanyut dengan pikiran negatif sehingga muncul kenakalan remaja di mana-mana, karena mereka tidak tahu mau berkawan pada siapa untuk mengalahkan mungsuh-mungsuh mereka, supaya mereka mampu menyeimbangkan emosinya didalam keterbatasan senjatanya (materi, kecerdasan, kepedualian dll). Sudah waktunya kita bahu membahu mengatasi musuh-mungsuh yang bersifat multidimensi.
Sensitif terhadap perubahan memungkinkan kita terus berkembang dan berhasil. Sebagaimana Mark Victor Hansen mengatakan, “You must be on top of change or change will be on top of you. – Anda harus berada diatas perubahan, atau perubahan itu menggilas Anda.”
Akhirnya mampukah kita menjadi agen perubahan bagi anak-anak kita dan siswa-siswa kita supaya mereka sensitif terhadap perubahan?


Jumat, 14 Agustus 2009

Doa Untuk Putraku


Tuhanku ...
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.

Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.



Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah

namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.


Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"

Puisi ini merupakan puisi yang ditulis oleh seorang jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun pada masa perang dunia kedua, tepatnya bulan Mei Tahun 1952.

“Doa Untuk Putraku” sebuah puisi yang sangat luar biasa, sangat inspiratif apalagi bagi seorang ibu dan seorang guru sepertiku. Saat ini saya dititipi dua orang putra dan ratusan murid yang sedang beranjak dewasa, menjaga mereka gampang-gampang susah oleh karena itu saya terus belajar supaya tidak salah langkah dalam mendidik mereka.

Bagiku melayani siswa dengan baik sama dengan memudahkan hidup kedua putraku, beruntung kedua putra dan suamiku sangat mendukungku. Alhamdulillah keluargaku sangat menghargai perjuanganku.

Setiap orang tua pasti mengharapkn putranya Religius sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Begitu juga saya berharap kedua putra dan ratusan siswaku mampu menumbuhkan seluruh potensinya secara maksimal dan selalu ingat pada Allah SWT dalam setiap langkahnya. Amin.

Semoga puisi ini dapat menginspirasi banyak orang. Amin.


Sabtu, 01 Agustus 2009

Percaya dan Biarkan Siswa Berbuat Salah


Setiap guru pasti menginginkan murid-muridnya pandai dan sempurna, sehingga memudahkan guru melakukan proses pembelajaran di kelas. Mungkin saya salah satu guru yang memiliki pemikiran berbeda. Apabila pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak ada masalah/kendala sepertinya ada sesuatu yang hilang. Namun jikalau pada saat proses pembelajaran timbul masalah/kendala, pulang rasanya bahagia karena memiliki pekerjaan rumah yang menantang.
Kebetulan saya diberi tugas mengajar Fisika dan IPA, selama ini fisika selalu dianggap sulit padahal kalau mau belajar dengan hati maka fisika pada dasarnya asyik. Begitu juga dengan pelajaran IPA.

Siswa yang baru masuk (Kelas X) pasti protes setiap kali saya menyatakan kalau fisika itu menyenangkan dan mengasyikkan asalkan mau belajar dengan hati. Tambah banyak yang protes. “Belajar dengan hati?!”. Paling-paling saya hanya tersenyum saja setiap kali mendengar protes mereka. Saya ceritakan sedikit caranya belajar dengan hati, kalau membaca soal jangan tergesa-gesa, resapi dan pikirkan. Kalaupun salah/gagal harus mau berjuang lagi supaya bisa. Tidak usah takut mencoba. Begitu juga pada saat melakukan praktikum jangan buat manipulasi data, jikalau hasilnya menyimpang/gagal cari permasalahannya; prosedurnya, rangkaiannya, validitas alat ukurnya atau terjadi kesalahan paralak pada saat membaca hasil pengkuran.
Ada yang menarik, setiap kali siswa disuruh mengerjakan soal di papan tulis, atau mempresentasikan hasil praktikum dan diskusi kelompok di depan teman-temannya, sebagian besar sebelum mencoba mengerjakan soal atau presentasi sudah takut salah/gagal. Mencoba saja belum, bagaimana tahu benar dan salahnya atau berhasil dan gagalnya?. Lebih parah lagi, mereka memohon supaya jangan dimarahi bilamana melakukan kesalahan/kegagalan. Ya pastilah saya ndak akan marah, mereka mau maju saja sudah bahagia apalagi kalau pekerjaannya benar, presentasinya luar biasa, kalaupun salah/gagal kita diskusikan bersama dimana letak kesalahannya kemudian kita cari solusinya.
Disinilah tantangannya, berani membiarkan siswa melakukan kesalahan/kegagalan dan berusaha sendiri mencari solusinya, jika memang sudah benar-benar tidak mampu atau tidak sanggup baru kita bantu mencari solusinya, kalaupun masih sanggup biarkan dia berpikir mencari solusinya sendiri, tugas guru menumbuhkan kepercayaan dirinya dengan menumbuhkan prinsip di dalam jiwanya bahwa setiap anak dilahirkan jenius dan special hanya saja kemampuannya berbeda-beda. Kalupun salah/gagal harus berani berjuang mencari jawabannya atau solusi dari setiap permasalahan yang sedang dihadapi.
Pepatah bijak mengatakan bahwa kegagalan adalah proses belajar yang harus dilalui. Tanpa adanya kegagalan, yang namanya keberhasilan tidak akan pernah diketemukan. Thomas Alfa Edison adalah contoh yang nyata. Setelah ribuan kali mengalami kegagalan untuk menemukan listrik, akhirnya beliau berhasil. Pemenang sejati adalah pemenang yang mampu mentoleransi kegagalan yang dialami serta berjuang untuk meraih keberhasilan dan bukannya menyerah pada keadaan. Disamping itu, keberhasilan akan diraih jika seseorang berani mengambil resiko dan tidak takut akan kehilangan / kegagalan.
Menumbuhkan kepercayaan diri siswa tidaklah semudah membalik telapak tangan. Berilah kepercayaan sepenuhnya, biarkan siswa melakukan kesalahan/kegagalan dan biarkan dia belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, dan berjuang untuk memperbaikinya sendiri. Seperti ketika kita membiarkan anak belajar naik sepeda. Berikan sepeda dan biarkan dia belajar menaikinya. Kalau jatuh biarkan dia bangkit dan menaikinya kembali. Kita cukup menyiapkan obat merah saja, bila mereka terluka.