Posting Terbaru

Minggu, 13 Februari 2011

Anak Berperilaku Menyimpang


Sudah lama saya tertarik mempelajari perilaku yang menyimpang pada beberapa peserta didik. Bahkan akhir-akhir ini semakin banyak peserta didik yang memutuskan mengundurkan diri dari sekolah. Menurut catatan harian peserta didik yang saya buat, sebagian besar dari mereka berperilaku menyimpang. Beberapa sempat membuka diri, sedangkan yang lainnya belum sempat berbagi cerita tentang keluarganya. Setiap kali ada peserta didik yang mengundurkan diri saya merasa sangat sedih. Kesedihan dan keprihatinan ini yang membuat saya terus menerus belajar mencari akar permasalahan yang sebenarnya.
                Menurut Geddes,D (1981:124) dan Kaufman, J.M. (1985:22), karakteristik anak-anak yang mempuinyai kelainan perilaku menyimpang adalah mereka yang menunjukkan lima karakteristik sebagai berikut:  
  1. Mempunyai masalah belajar yang tidak dapat dikemukakan oleh faktor-faktor intelektual, sensori, atau faktor kesehatan.
  2. Ketidakmampuan untuk membangun hubungan antarpribadi secara memuaskan, sehingga hubungan antarpribadi (dengan teman-teman dan guru) yang sangat rendah.
  3. Berperilaku dan berperasaan yang tidak semestinya.
  4. Pada umumnya, mereka merasa tidak bahagia atau depresi.
  5. Bertendensi terjadi gejala-gejala fisik yang kurang sehat, rasa sakit, atau rasa takut yang bersifat psikologis berkaitan dengan masalah-masalah saat melakukan hubungan dengan orang lain dan sekolah.
Kelainan perilaku merupakan perilaku yang menyimpang dari perilaku yang normal. Hal ini diakibatkan adanya pertentangan dengan orang dan masyarakat sekitarnya. Kebanyakan dari mereka mempunyai skor rendah dalam belajar. Diperkirakan berkisar antara 5 – 20 persen atau bahkan lebih dari populasi anak usia sekolah. (Kauffman, J,M., 1985:25). Dari pernyataan ini, saya buka kembali beberapa daftar nilai dan catatan harian siswa yang saya miliki ternyata keprihatinan saya ada landasan penelitiannya. Kemudian terus menerus dari tahun ke tahun saya coba mengamati dan melakukan pendekatan dari hati ke hati dengan mereka.

Masalah-masalah pribadi atau psikologis pada anak-anak dan remaja banyak dibicarakan dan telah dilakukan penelitian-penelitian oleh para ahli. Model psikoanalisa Freud dan psikologis kemanusiaan melalui teori-teori dari Adler, Maslow, Allport, Combs, dan Rogers ( Reinert, 1976 dan Geddes, D, 1981:124). Para ahli psikoanalisis mempercayai bahwa interaksi negatif yang terjadi sejak dini antara orang tua dan anak, khusus hubungan ibu dan anak merupakan penyebab utama dari permasalahan-permasalahan berkaitan dengan kelainan emotional yang serius.

Peserta didik yang terindentifikasi melalui pengamatan saya mengakui bahwa hubungan mereka dengan ibunya tidak harmonis. Akibatnya mereka suka menghindarkan diri dari teman, berlaku agresif suka nakal,  merusak, membolos, dan melakukan kejahatan.
Pendekatan dalam dunia pendidikan yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
  1.  Pendekatan secara psikoanalitis; penekanannya terletak pada pembentukan hubungan yang baik antara guru dan peserta didik,  agar diri  peserta didik mempunyai perasaan diterima dan bebas untuk mengemukakan keadaan dirinya yang sebenarnya.
  2. Pendekatan psikoedukasional; pemenuhan kebutuhan setiap individu melalui bentuk-bentuk aplikasi yang memanfaatkan kegiatan kreatif seni, seperti musik, tari, dan kegiatan yang bersifat seni.
  3. Pendekatan secara humanistik; guru dan peserta didik bekerja sama saling memberikan informasi dalam keadaan yang saling menguntungkan dan berkesan.
  4. Pendekatan secara ekologis; membutuhkan seorang guru yang cakap dalam memberikan keterampilan-keterampilan spesifik berguna, termasuk di dalamnya, keterampilan akademik, rekreasi, dan keterampilan untuk hidup sehari-hari.
  5. Pendekatan perilaku; tanggapan-tanggapan peserta didik hendaknya dapat segera disadari oleh guru atau praktisi serta dapat diukur secara cermat. Sehingga dapat memanipulasi konsekuensi-konsekuensi perilaku peserta didik yang bersangkutan dalam upaya melakukan perubahan.
Mungkin yang saya pikirkan selama ini merupakan suatu langkah yang terlalu dini atau bahan dianggap sok tahu, namun mereka semua benar-benar memerlukan perhatian. Mereka memerlukan kesempatan untuk mendapatkan; kesempatan untuk dapat mengekspresikan dirinya sendiri, meningkatkan persahabatan,  kesempatan memecahkan masalah-masalah nya secara sendiri.





11 komentar:

  1. Sehebat apapun metode pembelajaran yang dilakukan guru, secanggih apapun teknologi yang dimiliki sekolah, dan sepandai apapun guru dalam memberikan materi pembelajaran, tetapi psikologis anak tidak pernah disentuh, maka proses pembelajaran akan terasa hambar bagi sebagian anak, bahkan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali sekedar gugur kewajiban guru untuk mentransfer ilmu. salut buat ibu guru,....

    BalasHapus
  2. perlu kesabaran yg luar biasa utk mendidik anak2 spt ini ya

    BalasHapus
  3. @teguhsasmitosdp1; saya hanya berusaha membangkitkan semangat mereka, anak-anak yang sering mendapat stempel negatif dari guru, orangtua maupun masyarakat.
    @Sang Cerpenis bercerita; bukan hanya kesabaran namun juga pengertian. Pada dasarnya mereka anak-anak yang baik. Mereka juga berhak meraih keberhasilan.

    BalasHapus
  4. Semoga upaya2 selama ini membuahkan hasil dan bisa mendatangkan berkah untuk semua
    amiin

    BalasHapus
  5. sebuah pengalaman yang sederhana di : http://ekowinarto.wordpress.com/2009/06/12/aku-biasa-biasa-saja/#more-676

    BalasHapus
  6. Wah, sebuah kenyataan yg mengejutkan mbak. Tak kusangka bahwa ternyata ada banyak anak yg memutuskan keluar dari sekolah. Kalau guru2 tak peduli akan hal tersebut, mungkin akan lebih banyak anak yg mengundurkan diri dari sekolah.

    BTW, apa kabar mbak? Maaf... sudah lama tak mampir kesini.

    BalasHapus
  7. Salut nih mbak.. atas upayanya yg tak kenal lelah utk belajar lebih banyak agar bisa memahami anak didik. Memang harusnya tiap guru bisa seperti mbak, yg peduli pada anak didiknya. Kalau semua begitu, maka kedekatan antara guru dan anak akan membuat proses transfer ilmu akan lebih mudah.

    BalasHapus
  8. Selamat malam tante... apakah tante ini guru? :)

    BalasHapus
  9. Wah, seneng banget kalau semua guru spt tante. Salam kenal ya tante....

    BalasHapus
  10. Siep, artikel yang menunjukkan bahwa seorang guru tidak hanya mengajarkan anak didik untuk mengetahui sesuatu saja (kognitif) tetapi juga afektif dan psikomotorik memang ranah yang juga perlu diperhatikan .....

    BalasHapus