Rasanya mustahil. Namun fakta ini bukan sulap bukan pula sihir. Saya dulu juga tidak pernah mempercayai pendapat ini, “Percakapan yang sangat singkat memiliki tenaga untuk mengikis atau memperkuat pemahaman seseorang atas dirinya(Adler, 1988)
Kini di era global, era internet dimana jarak bukan lagi menjadi penghalang. Seorang guru bisa belajar banyak pada para alumni yang telah meninggalkan sekolah selama bertahun-tahun bahkan pulau dan benua telah memisahkan mereka berdua. Ahmat sudah lama lulus dari sekolah, dia telah meraih sukses di negeri orang bahkan telah mampu menjelajahi beberapa negara dan benua. Sementara gurunya masih tetap tinggal dikota yang sama dan belum pernah sekalipun berkunjung ke negeri orang.
Siang itu ibu guru desa tersebut sedang membuka facebook. Tiba-tiba ada yang menyapa, “Malam ibu, Assalamualaikum”. Dalam hati beliau ngedumel, siapa pula anak ini mengapa siang-siang mencari masalah. Setelah di jawab ternyata tidak juga ada balasan. Karena ada keperluan lain maka beliau tidak sempat mencari tahu siapa yang menyapanya sianng itu.
Malam itu, kembali ibu guru desa tersebut membuka facebook, taba-tiba ada yang menyapa, ”Siang ibu, Assalamu’alaikum” karena penasaran beliau mencari tahu siapa sebenarnya Ahmat yang kembali membuatnya penasaran. Beliau melihat profilnya, foto-fotonya, ternyata benar Ahmat alumni sekolahnya. Namun ada yang membuatnya penasaran mengapa foto-foto Ahmat sangat berbeda berada di tempat yang sangat bersih dan indah serta banyak salju.
“Waalaikum salam Wr. Wb, Sebenarnya kamu berada di belahan bumi mana?”. Saat ini di sini malam hari. Sebentar kemudian terlihat jawaban dari seberang, ”Maaf ibu saya berada di Perancis. Sekarang di sana jam berapa?”. Tak lama kemudian ibu guru menjawab, “Subhanallah. Jam 19.00”.
Lama mereka berdua berbagi kabar dan pengalaman. Tiba-tiba, ‘Terima kasih ibu, saya menjadi seperti ini karena Panjenengan?”. Ada-ada saja anak ini, pikir bu guru. “Mengapa karena saya?”.
Kemudian di layar monitor muncul jawaban, ”Ibu mungkin sudah melupakan peristiwa tersebut namun saya tidak akan pernah melupakannya. Di saat semua guru dan orangtua saya mencomooh perilaku saya selama di sekolah, Ibu selalu mengingatkan keinginan saya, keliling dunia. Dan akhirnya saya bisa meraih impian saya. Keliling dunia. Bahkan naik kapal pesiar yang sangat mewah. Sebentar lagi saya akan sampai di bawah menara Effel. Rasanya seperti mimpi. Dan saya akan panggil nama ibu tiga kali dini. Supaya ibu juga bisa kemari. Amin”
Ibu guru desa tersebut hanya bisa diam sambil menatap layar monitor. Benarkah percakapan sederhana dimasa lalu memiliki energi yang sangat besar, sehingga masih meninggalkan kenangan pada diri siswa, bahkan pada saat mereka telah mampu meraih impiannya.
Ternyata jalinan rasa simpati dan saling pengertian benar-benar memiliki arti penting bagi kehidupan siswa. Kembali ibu guru mengingat kalimat, “Sejauh kita memasuki dunia siswa, sejauh itu pula pengaruh yang kita miliki di dalam kehidupan mereka’. (DePorter, 2000:55)
follow bu puspita.... :D
BalasHapus"beranilah bermimpi, karena tuhan akan memeluk mimpi itu..."
dah lama gk mampir kemari saya... :D
BalasHapusKalau ditulis agak serius, bisa jadi Novel ini, Bu. Salam kenal dari Jogja.
BalasHapusnice note :)
BalasHapusApa yang kita tulis, apa yang pernah kita omongkan mempunyai energi yang besar dan dapat merubah jalan hidup seseorang.
BalasHapusSuatu ketika datang memasuki ruang kerjaku, seorang pria berdasi, berpakaian rapih. Dia langsung menyalami tanganku. Saat saya masih bengong, dia bilang..."Mbak , lupa sama saya ya? Saya sekarang sudah diterima sebagai ODP di Bank ini, dan sedang menjalankan job training. Terimakasih ya mbak, dulu mbak yang menyuruh saya ambil kuliah sore selesai bekerja, agar bisa mendapat gelar S1"...
Alhamdulillah, dan yang bersangkutan sekarang telah menjadi Inspektur di suatu wilayah di pulau Jawa.