Posting Terbaru

Senin, 14 Februari 2011

Anak Berbakat


Bukan hanya sebatas anak berkelainan perilaku yang perlu mendapatkan perhatian dari sekolah. Anak berbakat juga perlu mendapat perhatian yang serius dari sekolah. Keberbakatan dapat diartikan sebagai ciri-ciri universal khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir, maupun interaksi dari pengaruh lingkungan (Semiawan, C, 1995).
                Menurut Milgram, R.M.(1991:10), anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih diukur dengan Instrumen Stanford Binet (Terman, 1925), memiliki kreatifitas tinggi (Guilford, 1956) kemampuan memimpin dalam seni drama, seni musik, seni tari, dan seni rupa (Marland, 1972).
                Saya memiliki pengalaman menangani anak berbakat. Kresna anak bungsu saya. Sejak kecil dia menunjukkan bakat yang menonjol dibidang tehnik dan seni. Beberapa teman guru menyatakan bahwa Kresna memiliki bakat yang perlu digali, masalahnya; “Apa yang dia lihat  dia bisa”.  Sejak kelas III SD dia sudah bisa memperbaiki mobil RCnya tanpa bantuan siapapun, belajar mengganti tape mobil Bapaknya, bersama Pak wahyu dia berusaha belajar merakit komputer menginstalnya dan masih banyak yang lainnya.
                Setiap kali dia bisa, dikumpulkannya teman-temannya kemudian dilatih ketrampilan yang dia bisa, oleh karena itu sejak kecil dia memiliki julukan “Komandan”. Di SMP bersama teman-temannya mendirikan klub IT, waktu itu belum memiliki keinginan untuk mengikuti kompetisi. Namun sering saya ajak melihat beberapa kompetisi di Surabaya; kompetisi Robot di ITS maupun di STIKOM, lomba mading, blog dan photografi yang diadakan oleh Jawa Pos dan lain sebagainya. Saya hanya ingin memperkenalkan anak-anak berbakat yang ada di Jatim pada Kresna, supaya tumbuh semangat untuk berkarya lebih baik lagi.
                Di SMA semakin terasah bakatnya. Terakhir saya alihkan dia ke photografi dan Alhamdulillah sudah terlihat hasilnya. Dia sudah mempersembahkan kejuaraan dalam bidang IT dan Photografi untuk sekolahnya, dia biasa belajar secara otodidak, uang pembinaan hasil lomba habis untuk belanja buku. Kresna mendapatkan guru-guru yang luar biasa di SMA, yang mau mengerti dan selalu memberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya.  
                Peserta didik berbakat mempunyai empat kategori, yaitu sebagai berikut:
1.       Mempunyai kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan masuk akal.
2.       Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, musik dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3.       Berpikir kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Umumnya mampu berpikir untuk memecahkan permasalahan  yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi. Pikiran kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imaginasi, kepintarannya, keluwesannya, dan bersifat menakjubkan.
4.       Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orosinil. Berbeda dengan orang lain.
Menurut Guru Besar Luar Biasa Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Conny R Setiawan, dalam buku yang ditulisnya berjudul 'Kreatifitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana?' menyatakan: anak berbakat memiliki kemampuan tinggi pada bidang tertentu, namun sekaligus juga memiliki kelemahan dalam bidang lain yang berbeda. Conny mengelompokkan siswa ini dalam tiga kelompok, yaitu: 
1.      Anak Berbakat sekaligus Learning Disabled.
Kelompok ini adalah kelompok para siswa berbakat yang memperlihatkan kesulitan belajar dalam bidang tertentu. Mereka merasa kurang memiliki harga diri dan sering disebut underachiever, karena sering tidak dikenal sebagai anak berbakat dan rendah motivasi belajarnya. Biasanya, kelompok ini ditempatkan di kelas yang memiliki kesulitan belajar, karena mereka sering juga menunjukkan sifat yang malas. 
2.      Tidak Pernah Teridentifikasi sebagai Anak Berbakat
Disebut tidak teridentifikasi, karena antara kemampuan dan ketidakmampuannya sama-sama saling menutupi, sehingga potensi sesungguhnya tidak pernah terwujud. Kelompok ini kerap dianggap berprestasi rata-rata dan merupakan kelompok terbesar di antara kelompok lainnya.
3.      Anak Berbakat yang Kemampuannya Benar-benar Tidak Teridentifikasi
Kelompok ini betul-betul sulit dikenali dengan baik kinerja intelektualnya. Sebaliknya, mereka pun kerap tidak terlayani kebutuhannya sebagai anak berbakat.
Menurut Conny, ciri utama ketiga sub kelompok ini adalah masalah sosial dan emosional yang sifat antara satu dan lainya tidak saling berkaitan. Bahkan ditemukan, bahwa dua sampai sepuluh persen anak berbakat cenderung memiliki kesulitan belajar. "Diperlukan suatu instrumen khusus bagi kelompok ini, sebab sering sekali keberbakatannya tertutupi oleh kesulitan belajarnya," ujar Conny.
Conny menambahkan, minimnya sumber pengetahuan orang tua atau pendidik akan hal ini menjadikan mereka sangat kurang pengalaman untuk mengenali adanya perbedaan antara keberbakatan dan ketidakmampuannya.
Ternyata menangani anak memerlukan ilmu yang tidak kalah rumitnya dengan menangani anak berperilaku menyimpang.  Semoga ilmu sederhana ini mampu menambah wawasan kita semua baik sebagai guru maupun orangtua.  

               

6 komentar:

  1. luar biasa, bu pita. saya setuju sekali, anak2 yang memiliki talenta dan bakat khusus perlu mendapatkan perhatian lebih, sungguh disayangkan apabila bakat yang mereka miliki tak berkembang hanya lantaran kurangnya perhatian orang2 terdekatnya, salam peduli anak bangsa.

    BalasHapus
  2. terutama dari dalam rumah bu, orang tua harus mendukung anaknya...

    BalasHapus
  3. Karena itu, misalnya seorang guru hendaknya memerhatikan bakat anak didiknya. Baik saat masih menjadi anak didiknya maupun setelah anak didiknya lulus.

    BalasHapus
  4. Sayang, banyak anak berbakat didaerah yang belum mandiri dibiarkan begitu saja. Padahal itu potensi besar, ya kan?

    BalasHapus
  5. @sawali tuhusetya; semoga kita memiliki kesempatan untuk menumbuhkan bakat mereka. Amin.
    @eks; benar.
    @Puguh Utomo; Fb membantu guru memperhatikan para alumninya.
    @Fety; monggo mbak Fety.
    @Kaget; sudah waktunya kita bahu membahu menumbuhkan bakat mereka.

    BalasHapus