Saat Anda menggunakan pembelajaran kooperatif, Anda mungkin mengalami beberapa masalah, salah satunya menghadapi peserta yang tidak bisa berteman. Sebagai guru kita harus mencari solusi efektif untuk menghadapi peserta didik yang tidak bisa berteman, atau peserta didik yang suka tebang pilih dalam berteman.
Persoalan ini sering muncul pada minggu pertama atau kedua pembelajaran kooperatif. Para peserta didik dalam setiap tim atau kelompok terdiri dari mereka yang berbeda dari segi jenis kelamin, kinerja akademik dan prestasi akademik. Hal inilah yang memicu timbulnya masalah.
Solusi utama masalah ini adalah waktu. Beberapa peserta didik akan merasa tidak suka pada teman satu tim mereka saat mereka dipertemukan pertama kali, namun apabila mereka sudah mendapatkan skor tim mereka yang pertama dan menyadari bahwa mereka benar-benar sebuah tim dan perlu bekerja sama untuk bisa berhasil, dengan berjalannya waktu mereka akan menemukan cara untuk bisa bersahabat. Membangun tim yang solit memerlukan proses. Tidak bisa instan.
Jangan membiarkan peserta didik berpindah tim kecuali jika keadaannya memang sangat buruk, semua peserta didik harus memfokuskan perhatian mereka pada bagaimana cara membuat tim mereka bisa berjalan dan mampu berkarya secara maksimal, dan bukan pada keinginan keluar dari tim.
Akan tetapi, sebagian peserta didik perlu diingatkan bahwa tugas mereka adalah untuk bekerja sama dengan teman satu timnya. Ajak peserta didik melakukan affirmasi positif setiap kali kegiatan pembelajan akan dimulai. Tetapkan sikap yang pasti bahwa kerja sama dengan teman satu tim adalah perilaku yang benar dan tepat selama mempraktekkan kerja tim. Namun demikian, peserta didik harus terus menerus diingatkan bahwa merendahkan, mengolok-olok, berprasangka negatif pada teman satu tim bukanlah cara yang sangat efektif bagi tim untuk bisa berhasil, dan sikap tersebut bukanlah merupakan sikap yang baik dan terpuji.
Salah satu cara yang efektif untuk membuat peserta didik bekerja sama dengan lebih baik adalah dengan memberikan penghargaan ekstra kepada tim yang menjadi pemenang. Kadang kala para peserta didik tidak peduli bagaimana dan apa yang dilakukan oleh tim mereka atau teman satu timnya sampai mereka tahu bahwa tim yang menang mendapat kesempatan melakukan penyegaran, misalnya: diijinkan bermain sepak bola atau bermain basket, boleh menggunakan komputer untuk bermain game baik offline ataupun online, boleh membaca buku di perpustakaan, dibebaskan dari tes, dan sebagainya.
Merupakan sebuah ide yang bagus juga jika sesekali pasangan peserta didik diganti atau dilakukan proses bongkar pasangan, untuk menekankan kembali bahwa usaha timlah yang dibutuhkan, bukan hanya sekedar persiapan individual.
Apabila ada tim yang tetap tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, Guru bisa mengubah tim-tim tersebut tiga atau empat minggu daripada harus menunggu sampai enam minggu. Pada saat pembagian anggota tim, harus berhati-hati agar supaya kejadian sebelumnya tidak terulang lagi.
Semoga pengalaman sederhana ini ada gunanya. Amin.
ternyata mendidik itu banyak pernik2nya
BalasHapusmudah2an semakin maju bu puspita
Namun yang jelas mendidik itu membahagiakan. Perilaku peserta didik yang unik membuat kita menjadi kreatif dan inovatif bahkan bisa semakin sabar, apabila kita selalu berpikir positif tentang perilaku unik mereka.
BalasHapusKerja kelompok ini penting dilatih sejak dini, karena nantinya tak ada pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri, nyaris semua pekerjaan tergantung satu sama lain dengan teman yang lain.
BalasHapuskapan pendidikan kita bisa memakai kurikulum 20teori 80% praktek?
BalasHapussehingga peserta didik tidak berkutat dengan diktat saja...
Kebeneran saya juga sedang cari solusi bagaimana agar Pembelejaran Kooperatif yang tengah saya uji-cobakan gak macet.
BalasHapusThanks, Ibu!
sebuah pendekatan yang bagus dan mencerahkan ketika fenomena sikap egois dan ingin menang sendiri sudah mulai bermunculan ke permukaan, bu pita. lewat pendekatan kooperatif, anak2 akan belajar bersosialisasi dan menghargai pendapat orang lain, sekaligus juga memberikan pembelajaran berharga buat anak2 yang mengalami kendala dalam bersoisalisasi.
BalasHapus@edratna; terima kasih Sya banyak belajar pada Panjenengan.
BalasHapus@Widodo; 60% praktek 40% teori, belum juga diterapkan.
@M Mursyid PW; sama-sama Pak Mursyid
@sawali tuhusetya; Inggih pak, saya sedang terus-menerus belajar menemani siswa bermasalah belajar. Mohon Doanya.
Jika perbedaan karakter dlm setiap individu itu keniscayaan dan tidak bisa dirubah maka bisa diatasi dengan me-manajemen kumpulan individu tersebut.
BalasHapusjadi keinget tempoe dulu.. :D *masa-masa sekolah.. *
BalasHapusSelamat malam mbak... lama tak mampir kesini. Apa kabar?
BalasHapusAndai semua guru bisa penuh perhatian spt mbak, pasti anak2 dapat berkembang dg maksimal. Pasti murid2 sayang banget pada mbak, ya?
@Puguh Utomo; benar mas Puguh, kuncinya memang pada managemen.
BalasHapus@srulz; makanya sekolah lagi. Amin.
@catatan kecilku; Saya yakin semua guru pasti dicintai murid-muridnya. Saya tidak bisa menilai apakah benar siswa saya sayang sama saya, namun sebagian besar meskipun sudah lama lulus masih mau silaturahmi ke rumah dan kalau saya ke luar kota sebagian mau bersusah payah menemui saya.
Fungsi guru sekarang kan hanya menfasilitasi, dan menggali kompetensi yang dimiliki siswa ya Bu, kemudian mengarahkan. Yang jelas kita harus masuk ke dunia mereka dulu, kemudian kita giring untuk menuju ke dunia kita, hehe.....
BalasHapus@teguhsasmitosdp1; kita harus mengenal gaya belajar siswa, karena gaya belajar guru tidak sama dengan gaya belajar siswa. Semoga sukses. Amin.
BalasHapus