Posting Terbaru

Selasa, 04 Januari 2011

Permainan Anak Masa Kini dan Masa lalu


Sejak kemarin saya sibuk mencari tempat berkumpulnya anak-anak di masa liburan. Namun tak satupun saya temukan anak-anak bermain di luar rumah. Sebagian besar ternyata sibuk menonton Televisi di rumah. Ada beberapa anak sibuk bersepeda bersama teman-temannya. Yang menarik, beberapa anak  sibuk berain game online di warnet dekat rumah.
                Dimasa lalu, saat  saya seusia mereka, liburan merupakan waktu yang paling menyenangkan. Berkumpul dan bermain di tanah lapang di tengah desa. Kami bisa bermain apa saja, ada gobak sodor (Go back to door), egrang (baik egrang bambu maupun bathok), jamuran, nini thowok, bermain bola dan lain sebagainya. Pada saat bermain tanpa di sadari sebenarnya kami juga belajar. Terutama belajar sosial-komunikasi. Masa-masa itu terasa sangat indah untuk diceritakan.


                Kami bukan hanya berkumpul dengan teman satu RT namun kami berkumpul dan beradu ketangkasan bermain dengan teman satu RW atau bahkan satu Dukuh. Suasananya ramai sekali. Bahkan kadangkala juga bisa menimbulkan pertengakaran. Namanya juga anak-anak. Selesai bertengkar, sebentar kemudian sudah lupa, bermain bersama lagi.
                Apalagi di saat bulan purnama. Biasanya kami berkumpul bermain sambil menikmati indahnya alam. Yangpaling menyenangkan bermain pethak umpet di tengah malam. Bahkan ada pula teman yang disembunyikan gendheruwo. Terpaksa kami mencari dengan menggunakan obor dan membunyikan alat-alat dapur dengan cara memukul-mukul dengan bambu, ataupun alat pukul seadanya. Ramai sekali. Ada salah satu teman saya yang paling sering disembunyikan oleh genderuwo, pernah disembunyikan dibalik pintu bahkan disembunyikan  di rumpun bambu atau atas pohon besar.
                Berbeda dengan permainan anak sekarang. Mereka sibuk bermain playstation bahkan sekarang marak permainan game online di warnet-warnet. Saya ini sering juweh/cerewet mengingatkan anak-anak muda pengelola warnet. Mas,“Tolong kegiatan anak-anak dipantau, kita sama-sama bertanggung jawab terhadap perkembangan  psikologis anak. Sering-seringlah diperhatikan situs-situs yang dibuka anak-anak, mereka masih dalam taraf perkembangan. Kalau bisa kita saling menjaga, supaya rejeki lancar dan barokah.”
                Setiap jenis permainan, baik elektronik atau bukan, mempunyai tujuan yang sama, yaitu merangsang kreatifitas anak, melatih anak untuk tekun dalam suatu usaha, bisa bekerja sama dengan orang lain, mengendalikan diri dan mempersiapkan anak untuk masa depannya. Setiap jenis permainan memiliki kelebihan dan kekurangan. Permainan dikatakan positif jika sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan.
                Jadi teringat belajar masak di tahun 1970-an. Karena kami tidak ingin merepotkan orangtua dan merasa bangga dengan hasil perjuangan sendiri maka bahan masakan kami yang pertama adalah genjer (sejenis kangkung tumbuh disela-sela tanaman padi di sawah dataran tinggi), di saya tidak menemukannya di daerah dataran rendah. Kami beramai-ramai mencari genjer sambil ngasak padi sawah. Oseng-oseng genjer enak sekali. Lezat dan bergizi. Padahal kalau dipikir-pikir orangtua kami tidaklah kekurangan namun kami melakukan kegiatan ini dengan gembira. Meskipun malamnya terasa gatal semua. Padi hasil kerja kami di sawah ditukar  mainan. Rasanya bangga sekali. Bisa membeli mainan dari hasil keras kami sendiri. Tanpa kami sadari sebenarnya kami melakukan kegiatan bermain sambil belajar. Belajar bekerja dan belajar menghargai uang.
                                Perjuangan kami dimasa kecil sering saya ceritakan pada kedua anak saya, Dita dan Kresna. Sayang sekali sejak kecil mereka berdua hidup di tengah kota. Sehingga tidak pernah merasakan kebahagiaan bermain-main di sawah. Apalagi kedua kakek neneknya sudah berpindah juga ke kota, sehingga permainan mereka sejak kecil mainan anak kota. Kalaupun ingin  mainan desa kami harus bersepeda ke luar kota menikmati udara segar dipinggir sawah, kadang ikut makan  para buruh tani yang sedangberistirahat dan bertukar lauk bawaan kami dari rumah, belajar berjalan di pematang sawah, mencari ikan di sungai irigasi desa, dll. Anak-anak menikmati kegiatan ini. Menjadi kenangan tersendiri buat mereka.
                Kini, sejak Dita memutuskan mengambil jurusan PLB (Pendidikan Luar Biasa) di Universitas Negeri Malang, kembali kami menggali kenangan manis dimasa lalu. Kami diskusikan, mencari suatu permainan edukatif yang cocok untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Sayapun menggali permainan edukatif yang cocok untuk anak-anak PAUD yang menjadi tanggung jawab kami.
                Menurut Elisabeth B. Hurlock, pada dasarnya permainan anak terdiri dari dua jenis; yaitu bermain aktif dan bermain pasif.
A.      Bermain Aktif adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh kesenangan dan kepuasan dari aktifitas yang dilakukannya sendiri.
Jenis-jenis kegiatan bermain aktif:
a.       Bermain bebas dan spontan
b.      Bermain konstruktif
c.       Bermain khayal/bermain peran
d.      Mengumpulkan benda-benda (collecting)
e.      Melakukan Penjelajahan (exploration)
f.        Bermain Musik
g.       Melamun
h.      Bermain komputer/video game
B.      Bermain Pasif adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan seseorang dengan mengikuti pola atau aturan yang datang dari luar dirinya.
Jenis-jenis kegiatan dalam bermain Pasif:
a.       Membaca
b.      Melihat komik
c.       Menonton film/televisi
d.      Mendengarkan radio
e.      Mendengarkan musik
Demikianlah kegiatan yang sempat kami lakukan berdua sebatas membahas masalah permainan. Besuk kita sambung lagi dengan penjelasan lebih terperinci. Semoga tulisan sederhana ini mampu menyambung tali silaturahmi. Amin.
               
               
               
               
               

5 komentar:

  1. Itulah kondisi sosiologis sebagian anak-anak pada masyarakat kita.

    BalasHapus
  2. Meskipun begitu ternyata di beberapa tempat anak-anak masih melakukan aktifitas bermain bersama-sama, seperti memancing, sepak bola, volley dll.

    BalasHapus
  3. permainan anak2 masa kini memamng makin beragam, bu pita. sayangnya, model2 permainannya seringkali gagal menghidupkan otak kanan. meski demikian, apa pun jenis permainannya, sepertinya anak2 perlu diakrabkan pada dunia permainan seperti itu.

    BalasHapus
  4. @sawali tuhusetya; Dunia anak memang dunia bermain. Dengan adanya pndirian PAUD di desa-desa mampu membantu masyarakat mencerdaskan anak bangsa. Di PAUD anak-anak bisa bermain sambil belajar.

    BalasHapus
  5. Pola bermain untuk kondisi saat ini memang sangat berbeda dimana dengan perkembangan teknologi tentu saja akan banyak pengaruh semakin banyak model permainan pasif..dan info yg ada pada posting ini begitu bagus sukses

    BalasHapus