“Touch is powerfull”, sentuhan itu merupakan kekuatan yang dasyat. Tulis Phyllis K. Davis, Ph. D, dalam bukunya “The Power of Touch”. Memangnya sedasyat apa? Mari kita Belajar dari berbagai pengalaman yang ditulis orang, maupun pengalaman kita sendiri.
Pertama, saya akan menuliskan pengalaman saya sebagai ibu. Saya banyak belajar dari kedua anak kami. Pada awalnya saya merasa heran pada kebiasaan kedua putra kami. Mereka berdua pada dasarnya sangat mandiri, aktif di organisasi sekolah bahkan mampu membentuk komunitas baru di kota kami. Di luar mereka berdua sangat eksis, bisa memimpin teman-temannya. Namun jika sudah di rumah, beda jauh kelakuannya. Terutama Kresna anak bungsu saya.
Di Kresna lebih pendiam dari kakaknya, memiliki banyak kegiatan. Apabila suntuk, pasti minta dipijit dan dikeloni (tidur ditemani). Pada saat dia kecil sangat mandiri, lebih suka tidur sendiri. Tidur bersama komputer. Meskipun sekarang di kamarnya semakin banyak dipenuhi alat-alat tehnologi, kalau sedang banyak masalah pasti pindah tidur di kamar saya. Awalnya saya heran. Masalahnya sejak kecil saya terbiasa tidur sendiri, bahkan ketika sakit saya juga tidur sendiri. Hanya bantal guling yang menemani. Beda dengan anak-anak saya. Terutama Kresna, mereka lebih suka didekap meskipun sudah besar-besar. Melihat perilaku kedua anak-anak saya, menyebabkan saya terpaksa banyak belajar dan membaca buku. Belajar pada pakarnya. Maklum orang desa, harus lebih banyak membaca kalau tidak mau ketinggalan informasi dibandingkan dengan teman-teman yang hidup di kota.
Awalnya, saya sempat takut melihat perilaku anak saya. Dengan membaca saya menjadi sedikit lega. Bahkan bisa belajar dari pengalaman Kevin Costner, bintang film papan atas Hollywood. Kisah sentuhan kecilnya yang diungkap dalam buku yang berjudul “When God Winks”.
Dan Kindlon, PhD, penulis buku Raising Cain: Protecting the Emotional Life of Boys , menyatakan: “Anak laki-laki perlu mendapatkan pengalaman sentuhan fisik sebagai ungkapan kasih sayang sejak dini. Dengan begitu ia tumbuh menjadi pria dewasa dengan kepribadian positif yang mampu mengungkapkan kasih sayang”. (Kompas.com)
Kedua, mari kita belajar pada pakar sentuhan ... Jalan-jalan ke Miami, AS. Wow jauh sekali ... memangnya punya nyali? He he he ...! The Touch Researh Institute at The University of Miami School of Medicine, AS. Menyatakan “Lebih dari 100 studi tentang sentuhan yang dilakukan, dan menemukan bukti-bukti yang signifikan tentang efek positif sentuhan. Termasuk pertumbuhan bayi prematur yang lebih cepat, menghilangkan rasa sakit, menurunkan kadar gula dalam darah pada anak-anak penderita diabetis, serta mampu memperbaiki sistem imun pada pengindap kanker”.
Jangan kawatir kita masih bisa belajar pada pakar sentuhan yang lainnya ... Ceritanya dilanjutkan nanti siang ...
wow ... jadi inget buku mbak melly kiong yang hendak diterbitkan. ternyata ortu pun bisa menjadikan anak2 sebagai guru2 kecil.
BalasHapusMbak Melly Kiong?. Semoga ada kesempatan berkenalan dengan beliau. Benar pak, saya banyak belajar pada kedua anak saya dan siswa-siswa saya di sekolah.
BalasHapusTerima kasih motivasinya.