Posting Terbaru

Sabtu, 03 Oktober 2009

Wayang Kulit

Unesco pada tanggal 7 november 2003 telah menetapkan bahwa wayang kulit adalah warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengungkapkan, sejak 7 november 2003 lalu organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan pbb (UNESCO) telah mengakui wayang sebagai world master piece of oral and intangible heritage of humanity.

Setelah dikukuhkan apa yang bisa kita lakukan?. Kita semua perlu bertindak untuk melestarikannya supaya budaya kita tetap menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan hanya mampu menyalahkan generasi muda, pada dasarnya peran generasi tua sangatlah penting.
Sebelum membahas masalah wayang ada yang lebih penting kita bahas, yaitu budaya mendongeng. Saat ini kebiasaan mendongeng di kalangan generasi tua sudah menjadi barang langka dalam kehidupan berkeluarga di masyarakat kita. Budaya mendongeng sudah digantikan oleh budaya nonton TV.
Di masa lalu pada saat saya masih kecil, kakek dan nenek saya selalu ada waktu mendongeng, tentang tokoh-tokoh pewayangan. Karena penasaran akhirnya mencari bahan bacaan di perpustakaan. Di sekolah guru-guru masih memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh wayang.
Di masa kini, di sekolah, waktu untuk mempelajari budaya sangatlah singkat sehingga pengenalan budaya di kalangan generasi muda sangatlah terbatas. Kedua putraku mengenal tokoh pewayangn dari kami selaku orangtua ditambah sedikit dari Guru di sekolah. Bagaimana dengan putra-putri Anda?.
Di hari libur sekolah, ada agenda kegiatan yang menyita waktu saya untuk kedua putraku. Libur adalah saat yang tempat untuk mengenalkan budaya pada anak-anak. (oleh karena itu jarang posting selama libur sekolah)
Saat ini putriku terus belajar budaya Jawa, belajar menari, nembang, belajar memahami tokoh-tokoh dalam dunia pewayangan, belajar sanggul dan rias pengantin Jawa. Salah satu pemicu semangat putriku adalah pada saat seleksi pertukaran pelajar ke luar negeri (AFS), karena gagal dia terus terpacu untuk menguasai budaya Jawa dengan harapan jika suatu saat mampu mendapatkan beasiswa ke luar negeri sudah memiliki bekal yang kuat tentang budaya. Amin.
Membicarakan wayang, saya bukan pakarnya oleh karena itu saya hanya akan memperkenalkan salah satu buku rujukan yang bagus untuk bahan referensi orangtua mendongeng pada putra putrinya yang Berjudul Tasawuf Semar Hingga Bagong karangan Muhammad Zaarul Haq Yang diterbitkan oleh Kreasi Wacana Yogyakarta. Adapaun garis besar ilmunya sebagai berikut:
Wayang merupakan kekayaan budaya Jawa. Untuk mengenal secara mendalam masyarakat Jawa, kita bisa melakukannya lewat kesenian wayang. Wayang merupakan symbol perilaku kehidupan manusia Jawa, miniatur dari dunia Jawa dan dunia kejawen yang seringkali dalam mengkaji kebenaran dilakukan melalui rasio dan indnra batin.
Menurut M Mukti S, Kar. Dalam artikelnya berjudul Dewi Kunthi, Konteks Simbol Filosofis Budaya Jawa, setiap cerita dalam pewayangan pada umumnya memakai pendekatan yang tidak partial tetapi holistik dengan selalu mengingat bahwa budaya Jawa penuh dengan simbol-simbol filosofis yang mencerminkan perseteruan antara tokoh antagonis dan protagonis.
Sejarah telah membuktikan bahwa wayang pernah menjadi media pendidikan jitu yang dipakai Walisongo untuk menyebarkan dakwah Islamiyah di tanah Jawa. Wayang juga sarat dengan kadungan nilai sakral. Nilai yang ada sangatlah banyak, tetapi semua itu tidak pernah lepas dari nilai-nilai pendidikan.
Pendidikan yang ditekankan dalam kesenian wayang adalah pendidikan seumur hidup. Manusia harus bisa memahami bahwa dirinya merupakan Khalifah fil ardhi dengan misi khusus untuk memelihara dan mengatur bumi seisinya.
Mengenal Figur Punakawan:
Pagelaran wayang kulit tidak akan pernah sempurna bila tidak dilengkapi dengan kehadiran Panakawan Menurut sejarah, wayang panakawan adalah hasil buah tangan Sunan Kalijaga di tengah-tengah kesibukan beliau menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Karena beliau berlatar belakang ulama Islam, maka beliau menempatkan ajaran Islam sebagai ladang luas dan referensi utama yang di dalamnya penuh dengan solusi-solusi untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan.
Kentut Semar bukan sembarang kentut. Kentut Semar baunya luar biasa ‘jahatnya’, akan tetapi ajaib, bagi orang jahat yang mencium bau kentur Semar seketika itu juga menyadari perbuatan jahatnya. Kentut Semar bisa diartikan sebagai suara rakyat kecil yang memuat nilai-nilai kearifan dan kebenaran.
Salah satu sebutan untuk Petruk yang banyak kita kenal adalah Petruk Kontong Bolong ( saku yang berlubang), disebut demikian karena Petruk terkenal dermawan, suka infak, zakat dan sodakoh jariyah, sehingga sering dikatakan dheweke dewe luwe ora duwe apa-apa (dirinya sendiri sampai tidak punya apa-apa).
Dan masih banyak lagi ilmu yang bisa kita pelajari dari buku ini. Semoga budaya mendongeng kembali menjadi budaya masyarakat Indonesia di masa kini dan akan datang dengan harapan kebudayaan Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negerinya Sendiri. Amin.


13 komentar:

  1. Wah,,, bagus kalau sudah diakui biar ga klaim lagi sama tu Negara Pembajak he...

    Jaya Terus Indonesia

    BalasHapus
  2. Amin. Nice posting bu. Maaf baru bs mampir. Selamat berhari minggu bersama keluarga.

    BalasHapus
  3. Dulu suka wayang, suka nonton wayang, karena kebetulan Kakek saya punya 2 perangkat wayang kulit lengkap dengan gamelannya.

    Tapi kalau sekarang nggak semangat karena ngantuk...

    Ceritanya itu2 saja, sudah hafal semua.
    Yang menarik justru sindennya...

    BalasHapus
  4. Salut untuk Mbak,..
    ditengah derasnya arus teknologi dan pembelajaran budaya yang cenderung termarginalkan, mbak telah menunjukkan solusi untuk pelestarian nilai budaya buat putra-putri kita.

    BalasHapus
  5. Wah Mbak, sungguh buku yang menarik :). Agaknya, saya bisa gak yah mendongeng? sepertinya, koleksi buku mbak banyak yah..?? pinjem dunk mbak.. :)

    BalasHapus
  6. Wah salut banget buat Mbak Puspita Wulandari, yang punya komitment tinggi terhadap kebudayaan kita. Mbak telah membawa keluarga pada kesadaran yang tinggi akan akar budaya warisa leluhur kita. Double thumbs up kagem jenengan....dan selamat berjuang!

    Oiya, salam kenal juga Mbak!

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah... akhirnya kesenian favorit saya ini di patenkan juga sbg warisan asli Indonesia....

    BalasHapus
  8. wah, mau dong belajar tari jawa. aku gak pernah nih. tapi udah ketuaan ya? he hehe...

    BalasHapus
  9. Lho? Sejak kapan ganti tema (lagi) bu? BTW, terakhir saya nonton wayang langsung sudah hampir 10 tahun lalu.

    BalasHapus
  10. @Kang Dedy; Amin. Jaya terus Indonesia.

    @Newsoul; selamat berhari minggu juga. terima kasih.

    @Marsudiyanto; kita sudah hapal ceritanya, anak dan siswa kita belum hafal, mari kita berbagi cerita pada mereka.

    @Seti@wan Dirgant@Ra; kami baru belajar, belajar menghargai budaya asli Indonesia, warisan leluhur yang harus dilestarikan.

    @Anazkia; saya juga tidak terlalu pintar mendongeng. Saya dari kecil lebih suka mengoleksi buku daripada baju. Boleh-boleh ... semakin banyak yang pinjam buku saya semakin bahagia hidup saya.

    @pelangi anak; saya baru belajar membimbing anak-anak untuk menghargai budaya untuk bekal di masa mendatang.
    Salam kenal kembali. Terima kasih.

    @Kang sugeng; benar mas, Alhamdulillah ribuan kali.

    @Sang cerpenis bercerita; saya tidak bisa menari jawa, putriku mewarisi seni dari bapaknya.

    @nahdhi; ganti tema tidak sengaja, belum sempat memperbaiki. Sudah waktunya nonton wayang lagi.

    BalasHapus
  11. Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang
    ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
    I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllll

    BalasHapus
  12. kembali kepada kearifan Budaya Nusantara..

    BalasHapus